Ibu Pernah Bilang, Jangan Pacaran Sama yang Bikin Kamu Merasa Sendiri
Wejangan lembut dari perempuan pertama yang mencintaiku tanpa syarat
 Oleh Karnita
Pendahuluan: Cinta Itu Rumah, Bukan Ruang Tunggu
"Kamu kelihatan capek, padahal cuma duduk. Hati kamu ke mana, Nak?"
Itu kalimat pertama yang Ibu ucapkan malam itu, saat aku pulang dengan mata sembab dan senyum yang dipaksakan. Aku hanya menggeleng pelan. Tapi matanya seolah sudah tahu isi hatiku jauh sebelum aku mampu berkata.
Aku sedang menjalin hubungan, katanya cinta. Tapi entah kenapa, aku merasa makin jauh dari diriku sendiri. Makin sering menyimpan, makin sering mengalah, makin sering merasa sendirian meski ada yang katanya "sayang". Dan saat itulah, Ibu bilang dengan tenang, "Jangan pacaran sama yang bikin kamu merasa sendiri."
Awalnya aku anggap itu nasihat biasa. Tapi nyatanya, kalimat itu pelan-pelan jadi pintu keluar dari labirin hati yang kusut. Dan hingga hari ini, kalimat itu masih menyelamatkanku dari jatuh cinta yang salah lagi.
1. Saat Cinta Tak Lagi Membuat Bahagia
Ibu tak banyak bertanya. Tapi dari sorot mataku, dia tahu ada yang tak sedang baik-baik saja. Aku bercerita dengan suara pelan, patah-patah, sambil menatap lantai. "Dia baik, Bu. Tapi aku sering merasa kayak nggak dianggap..."
Ibu menatapku lekat. "Cinta nggak seharusnya bikin kamu merasa kurang, apalagi merasa sendiri. Kalau kamu mencintai dan justru merasa sepi, kamu harus bertanya: itu cinta atau cuma kebiasaan?"
2. Jangan Bertahan Hanya Karena Takut Sendiri
Ada masa ketika aku bertahan bukan karena cinta, tapi karena takut. Takut kembali sendiri, takut mulai dari awal lagi, takut dianggap gagal. Padahal di dalam hubungan itu, aku justru kesepian.
Ibu duduk di sebelahku, menepuk pelan pundakku. "Lebih baik sendiri dan utuh, daripada berdua tapi kosong. Kamu nggak perlu orang lain buat membuatmu merasa cukup."
3. Cinta Seharusnya Menenangkan, Bukan Melelahkan
Hubungan kami terasa seperti ujian yang tak selesai. Hari-hari dipenuhi tanya, prasangka, dan aku merasa harus terus membuktikan bahwa aku pantas dicintai. Melelahkan.
"Cinta yang sehat itu bikin kamu tenang," kata Ibu, sambil menyeduh teh. "Kalau kamu tiap hari capek, mungkin bukan karena cintanya salah, tapi kamu terlalu banyak menanggung sendiri."
4. Jangan Pacaran Sama yang Bikin Kamu Merasa Sendiri
Itu kalimat Ibu yang paling lekat di ingatan. Dikatakan pelan, tanpa nada marah, tapi menancap lebih dalam dari apapun. Kalimat itu jadi semacam pintu keluar dari semua keraguan.
"Kalau kamu harus menjelaskan berkali-kali untuk bisa dimengerti, itu bukan cinta. Cinta itu hadir, peka, dan tahu cara merawat hati yang dititipkan padanya."
5. Perempuan Juga Berhak Diperjuangkan
Dulu aku pikir, kalau aku sabar dan setia, maka dia akan sadar betapa berartinya aku. Tapi aku salah. Ternyata cinta bukan soal siapa yang paling lama bertahan, tapi siapa yang benar-benar hadir.
"Kamu jangan jadi satu-satunya yang berjuang. Perempuan juga layak diperjuangkan," ucap Ibu suatu malam. Dan sejak itu, aku mulai belajar menakar ulang harga diriku sendiri.
6. Ibu Selalu Bisa Membaca Luka Tanpa Cerita
Aku tak perlu banyak bercerita. Wajahku sudah cukup menjadi bahasa. Ibu tahu kapan aku senang karena cinta, dan tahu kapan aku kehilangan diriku sendiri karenanya.
"Kamu berubah. Kamu nggak ceria kayak dulu," katanya. Lalu ia menyuguhkan teh jahe hangat, dan menemaniku diam. Diam yang penuh pelukan.
7. Hubungan yang Sehat Tidak Membuatmu Takut Bicara
Dalam hubungan itu, aku sering ragu untuk jujur. Takut dibilang lebay, takut dianggap cerewet. Lama-lama, aku belajar diam. Tapi diam itu berubah jadi luka.
Ibu bilang, "Kalau kamu takut ngomong jujur karena takut kehilangan dia, itu tandanya kamu udah kehilangan dirimu sendiri."
8. Cinta yang Membebaskan, Bukan Mengikat
Ibu sering bilang, "Cinta yang baik itu membebaskan. Bukan mengikat sampai kamu nggak bisa jadi dirimu sendiri." Dulu aku tidak paham, sekarang aku mengerti.
Hubungan yang membuatku merasa harus selalu minta izin jadi diri sendiri, ternyata bukan rumah. Itu penjara berlapis pujian palsu.
9. Kita Boleh Rindu, Tapi Nggak Harus Balik Lagi
Setelah berpisah, ada malam-malam yang diisi rindu. Tapi Ibu bilang, "Rindu itu bukan alasan cukup buat balik. Yang kamu rindukan mungkin kenangannya, bukan orangnya."
Rindu memang manusiawi, tapi bukan berarti semua yang pernah dekat pantas untuk kembali. Ada cinta yang lebih baik disimpan sebagai pelajaran.
10. Kalau Harus Jadi Orang Lain Demi Dicintai, Itu Bukan Cinta
Dalam hubungan itu, aku berubah. Dari yang ceria jadi pendiam. Dari yang suka tertawa, jadi lebih sering menahan. Demi apa? Demi tetap terlihat cocok di matanya.
"Kamu nggak harus jadi orang lain untuk dicintai. Kalau yang dia suka bukan kamu yang asli, itu bukan cinta. Itu penyesuaian yang menyakitkan," ujar Ibu.
11. Kamu Layak Dicintai Tanpa Syarat
Ibu adalah perempuan pertama yang mencintaiku tanpa syarat. Dia mencintaiku saat aku gagal, saat aku kecewa, saat aku pulang membawa air mata.
"Kamu nggak harus selalu kuat, Nak. Kamu juga berhak dicintai saat kamu lemah," katanya sambil mengusap rambutku. Di pelukannya, aku belajar pulang.
12. Belajarlah Melepaskan Tanpa Membenci
Ibu tak pernah mengajarkanku untuk membenci. Bahkan pada yang menyakiti, ia berkata, "Kita boleh kecewa, tapi jangan biarkan kecewa itu berubah jadi dendam."
Melepaskan bukan berarti kalah. Tapi justru bukti bahwa kita cukup mencintai diri sendiri untuk berhenti menyakiti diri demi orang lain.
13. Jangan Menunggu Seseorang Berubah Demi Bahagiamu
Aku pernah percaya, dia akan berubah. Lebih perhatian, lebih peka, lebih sayang. Tapi perubahan itu tak pernah datang. Yang ada, aku yang terus mengalah.
"Kalau kamu harus menunggu dia berubah untuk bahagia, kamu sedang menggantungkan hidupmu pada ketidakpastian," ujar Ibu. Dan itu menyadarkanku.
14. Maafkan Dirimu yang Pernah Salah Memilih
Bagian paling sulit dari perpisahan adalah memaafkan diri sendiri. Karena sering kali, yang kita sesali bukan dia, tapi pilihan kita.
Ibu bilang, "Kamu nggak bodoh karena pernah mencintai. Kamu cuma manusia. Maafkan dirimu, dan ambil pelajaran. Itu yang lebih penting."
15. Kalau Ingin Dicintai Dengan Baik, Mulailah Dari Mencintai Diri Sendiri
Hari ini aku tidak sedang menjalin hubungan. Tapi aku tak merasa sendiri. Karena aku punya cinta dari keluarga, dari sahabat, dan terutama, dari diriku sendiri.
Ibu bilang, "Cinta yang paling baik datang ketika kamu tahu cara mencintai dirimu sendiri." Dan aku baru benar-benar memahaminya sekarang.
Penutup: Pulanglah ke Dirimu, Sebelum Mencari Rumah Pada Orang Lain
Ibu pernah bilang, jangan pacaran sama yang bikin kamu merasa sendiri. Dan kalimat itu menjadi cahaya kecil yang menuntunku pulang ke diriku sendiri.
Hari ini, aku tidak lagi takut sendiri. Karena sendiri bukan berarti sepi. Kadang, sendiri justru kesempatan terbaik untuk menyembuhkan hati, dan bersiap mencintai dengan lebih bijak nanti.
Terima kasih, mamah tercinta!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI