Mohon tunggu...
Mia
Mia Mohon Tunggu... Bankir - My Self, Only Mine

Karyawan swasta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kesempatan Kedua

10 Agustus 2019   13:58 Diperbarui: 26 Agustus 2019   16:35 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ehh, anu pak. jangan di dengar omongan teman saya ini, dia lagi menggigau. Maklum kurang tidur diperjalanan Pak!" sambung Ferdy, temanku yang lain. Sedangkan teman-teman yang lain pada tutup mulut, menahan tawa.

Tak lama kemudian kami pun tiba ditempat perhentian kami. Karena masih ada rasa bersalah ditambah sedikit rasa malu, akhirnya secepat kilat kami mengambil tas carrier masing-masing dan melompat dari bus lalu lari sekencang-kencangnya tanpa memperdulikan teriakan para penumpang dan kernek bus tadi.

Setelah lelah berlari hingga tidak terlihat lagi oleh seisi penumpang bus tadi, akhirnya kami pun berhenti sejenak untuk melepaskan tawa. Lumayan buat olahraga sebelum memulai pendakian.

Setelah melapor ke pos penjagaan, akhirnya kami pun memulai pendakian kami hari ini. Tidak sabar rasanya ingin bermain-main dengan alam pengunungan yang begitu sejuk dan tenang. Suara jangkrik dan kicau burung yang tiada henti semakin mendramatisir pendakian kami. Ditambah lagi air pegunungan segar dan bersih yang mengalir dari pipa-pipa kecil yang dibuat oleh warga setempat membuat kami berebutan untuk meminumnya. Hmmm.., liburan kami kali ini lain dari biasanya.

"Rin, mau kugendong gak?" goda Ary yang membuat Rina malu-malu kucing.

"Apaan seh, malu-maluin aja kamu ini!" kata Rina sambil terus berjalan.

"Cieeeee.., ada yang mau prewed nehh." sahut teman yang lain kompakan sambil tertawa.

"Bagus tuh, kalau foto berdua sambil manjat pohon." kata Ary menimpali disambut gelak tawa kami.

Ary dan Rina memang sepasang kekasih. Mereka berpacaran baru setahun ini dan tahun depan berencana untuk menikah. Saya kadang merasa iri dengan mereka. Saya dan mantan sudah berpacaran selama 6 tahun tapi harus bubar karena ditentang oleh orang tuanya. Kok bisa yah mereka yang pacaran hanya setahun trus langsung berencana menikah? tanyaku dalam hati. Lho, kok saya ngelamun yang aneh-aneh yah? Mereka mau menikah itu urusan mereka, kok saya yang kepo? Sontak saya tersadar sendiri dan menyadari kalau yang lainnya sudah berjalan jauh didepan. "Hey.., tunggu saya!" teriakku setengah berlari menyusul mereka.

Kami benar-benar menikmati pendakian kali ini. Betapa tidak, disepanjang jalan tidak henti-hentinya kami bernyanyi, bercerita, tertawa hingga berteriak sekencang-kencangnya. Seakan-akan semua stress yang ada di kepala kami terlempar jauh ke dalam jurang. Untuk sejenak dengan leluasa mata kami bisa melihat hamparan permadani hijau yang sangat luas dan begitu serasi mendampingi birunya atap langit tanpa awan setitikpun. Untuk saat ini kami membiarkan paru-paru kami bermain sepuas-puasnya dengan kesejukan udara yang mengiringi jejak kami.

Ketika matahari sudah sangat terik, akhirnya kami memutuskan untuk istirahat sambil makan siang. Setelah menemukan lokasi yang agak datar, tanpa komando kami langsung mengambil posisi duduk yang manis. Tapi.., sepertinya ada yang aneh. Sejenak kami saling memandang satu dengan yang lainnya, lalu tiba-tiba pecahlah suara tawa kami. Rupanya ada satu tas kecil yang tertinggal di dalam bagasi bus tadi dan tas kecil tersebut berisi nasi bungkus untuk makan siang kami. Siang itu kami tertawa lama sekali sambil guling-guling di rumput. Kami mentertawakan kelaparan kami. Tawa kami sebagai makanan pembuka kami siang ini. Lucu sekali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun