Mohon tunggu...
Mia
Mia Mohon Tunggu... Bankir - My Self, Only Mine

Karyawan swasta

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

[Fabel] Kepak Sayap Sang Rajawali

7 November 2015   12:38 Diperbarui: 7 November 2015   13:08 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Suatu hari ketika sedang bermain di tengah hutan, tiba-tiba terdengarlah teriakan dari hewan lain yang ada didalam hutan tersebut. “Kebakaran! Kebakaran hutan! Cepat selamatkan diri!” kata sang monyet yang sedang melompat diantara pepohonan.

Untuk sesaat lamanya, seluruh penghuni hutan panik dan berusaha menyelamatkan diri masing-masing. Melihat burung lain yang terbang menyelamatkan diri, Tegar pun berusaha menggoyangkan sayapnya untuk dapat terbang. Namun, dia lupa kalau dia belum tahu bagaimana caranya untuk terbang. Akhirnya dia pun menyesal karena selama ini selalu menghindar jika akan diajar terbang oleh ibunya.

“Ibu! Ibu!” teriak Tegar berlari sambil menagis tiada henti. Sang Ibu dengan sigap mencengram Tegar dan membawanya terbang ke tempat yang aman dekat air terjun.

“Tegar, tunggu ibu disini. Ibu akan kembali masuk ke hutan untuk menolong yang lain!” kata Ibu lalu langsung terbang masuk kedalam hutan yang terbakar. Tegar hanya bisa memandang ibunya pergi lalu menghilang dibalik kepulan asap tebal.

Kebakaran hutan kali ini merupakan kebakaran yang paling parah hingga menyebabkan banyak hewan dan tumbuhan yang mati. Berhari-hari Tegar duduk disitu untuk menantikan kedatangan ibunya, namun sosok ibu yang ditunggu tidak kunjung datang.

“Ibu!” kata Tegar sambil meneteskan air mata.


Minggu berganti minggu, Tegar terus menangisi kepergian ibunya sambil memandangi wajahnya yang terpantul di air. Dia menyesal karena selama ini selalu membohongi ibunya dan tidak mau mendengar nasehat ibunya. Kini dia hanya sendirian berusaha untuk bertahan hidup tanpa ibu yang menjaga dan mengajarinya.

Berulang kali melihat beberapa burung yang terbang di atas langit, naluri Tegar pun mulai muncul. “Saya ditakdirkan untuk melihat dunia ini dari sisi yang berbeda!” katanya dalam hati. Dia lalu naik keatas batu dan menggerak-gerakkan sayapnya. Berulang kali dia berusaha untuk terbang namun selalu berakhir dengan beberapa benjolan dan memar ditubuhnya.

“Rajawali harus bisa terbang didalam badai sekalipun!” Tegar lalu teringat nasehat yang selalu diucapkan ibunya pada saat mengajar kakak-kakaknya dulu terbang. Nasehat ibunya inilah yang mendampinginya selama dia belajar terbang.

Berbulan-bulan lamanya dia berusaha keras untuk dapat terbang hingga pada akhirnya dia pun dapat melayang dengan sempurna diudara. Terbayang wajah ibunya yang sedang tersenyum kepadanya. Kini tiba saatnya bagi Tegar dewasa untuk melanglang jauh keangkasa.

“Ibu, saya sudah siap!” katanya sambil berdiri dengan gagahnya diatas puncak tebing yang tinggi. Dengan sekali hentakan kakinya yang kuat, diapun melompat ke udara, membentangkan kedua sayapnya dan terbang melintasi langit biru lalu menghilang dibalik awan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun