Mohon tunggu...
Karmani Soekarto
Karmani Soekarto Mohon Tunggu... Novelis - Data Pribadi

1. Universitas Brawijaya, Malang 2. School of Mnt Labora, Jakarta 3. VICO INDONESIA 1978~2001 4. Semberani Persada Oil 2005~2009

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dakon Sang Lorong Waktu, a Time Tunnel 27

11 Maret 2017   21:35 Diperbarui: 11 Maret 2017   21:47 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Boy Gatot :” Hahaha paman kalau memang sudah rejeki tidak akan lari kemana, sungguh nikmat paman, sesuai dengan selera kami.”

Dengan lahapnya mereka berempat makan saat mereka membutuhkan memang dirasakan nikmat sekali, nasi sebakul hanya tersisa sedikit karena mereka benar benar lapar, selesai makan mereka masih saja duduk menunggu nasi turun sambil ngobrol seperlunya, Sunaringsasi :” Paman apakah uang ini cukup untuk membeli beras?” Sunaringsasi mendekati pembawa kidung sambil menunjukkan uang emas pemberian Ken Dedes.

Pembawa Kidung :” Wah lebih dari cukup nini, bisa buat paman makan sebulan bersama isteri.”

Sunaringsasi :” Terimalah paman.”

Pembawa Kidung :” Terima kasih nini, buat paman makan sebulan masih ada sisa lebih untuk membeli kain. Sekali lagi terima kasih nini.”

Danu Subroto :” Paman kami sudah kenyang semuanya, silahkan paman kalau ingin tidur. Kalau diperkenankan apakah kami boleh meneruskan kidung yang dibawakan paman?”

Pembawa Kidung :” Silahkan adi, paman juga ingin mendengarkan suaranya pasti merdu enak didengar. Kalau paman yang membawakan kidung tidak banyak orang berdatangan mendengarkan karena paman membawakan kidung hanya itu itu saja, mungkin orang sudah bosan mendengarkan.”

Danu Subroto :” Aku dulu ya Sunaringsasi kidung pertama nanti yang kedua gantian dengan Sasi ya.”

Ana kidung rumekso ing wengi (Ada kidung menjaga di waktu malam.)
Teguh hayu luputa ing lara (Kuat selamat terbebas dari semua
penyakit)
Luputa bilahi kabeh (Terbebas dari segala petaka)
Jim setan datan purun (Jin dan setanpun tidak mau)
Paneluhan tan ana wani (Teluh tenung tidak berani)
Miwah panggawe ala (Dan lagi perbuatan jahat)
Gunaning wong luput (Guna-guna tak mengena)
Geni atemahan tirta (Api terasa bagaikan air)
Maling adoh tan ana ngarah ing mami (Malingpun jauh mengarah
kepadaku)
Guna duduk pan sirno ( Guna guna langsung akan lenyap)

Sakehing lara pan samya bali (Semua penyakit pulang ketempat
asalnya)
Sakeh ngama pan sami mirunda (Semua hama akan menyingkir)
Welas asih pandulune (Pandangannya penuh belas kasih)
Sakehing braja luput (Semua senjata tidak mengena)
Kadi kapuk tibaning wesi (Bagaikan kapuk menimpa besi)
Sakehing wisa tawa (Segenap racun menjadi tawar)
Sato galak tutut (Binatang buas menjadi jinak)
Kayu aeng lemah sangar (Kayu langka, tanah sangar)
Songing landhak guwaning (Lubang landak, guanya)
Wong lemah miring (di tanah miring)
Myang pakiponing merak ( ke tempat mandi pasirnya burung merak)

Sunaringsasi kini giliranmu yang membawakan kidung dandanggula lanjutannya ya.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun