Mohon tunggu...
Karla Wulaniyati
Karla Wulaniyati Mohon Tunggu... Lainnya - Senang Membaca dan (Kadang-kadang) Menulis di karlawulaniyati.com

Let the beauty of what you love be what you do (Rumi)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menyaksikan Keindahan di Rumah Sakit

18 Desember 2018   16:12 Diperbarui: 18 Desember 2018   17:29 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menjelang hari ibu, saya dan si sulung berencana membuat prosa puisi yang bersahutan antara saya dan dia --- mudah-mudahan bukan hanya sekedar rencana saja --- menceritakan bagaimana melihat kehidupan dari sisi saya sebagai ibu dan sisi si sulung sebagai anak.

Untuk awal saya ingin memposting beberapa tulisan tentang keseharian dan mengambil hikmah dari apa yang saya dan anak saya temukan. Sekedar berbagi dan bercerita kalau sampai tulisan ini bermanfaat dengan memberikan kesadaran walau kecil dan sederhana akan jadi bonus besar buat saya.

Menjadi orang tua banyak lika likunya. Saat anak masih kecil dan sampai kapanpun akan menjadi waktu untuk belajar sebagai orang tua. Saya memiliki dua orang anak. Keduanya memiliki cerita sendiri-sendiri dalam perkembangannya. Kali ini saya ingin bercerita tentang  si sulung. Terutama kesehatan saat dia kecil.

Saat berkunjung bertemu dengan dokter si sulung disalah satu rumah sakit ibu dan anak di Jakarta akan selalu menjadi satu momen banyak belajar tentang kehidupan ini.

Sulung saya itu dianugrahi kesehatan yang kurang baik sejak kecil sampai harus rajin berkunjung ke rumah sakit di Jakarta itu. Yang membuat saya tegar adalah sikapnya sejak kecil selalu melalui semuanya dengan sikap menerima untuk itu tidak ada alasan bagi saya untuk tidak bisa menghadapinya.

Saya belajar keberanian dalam menghadapi hidup dari si sulung sejak dia masih kecil. Ada yang mengatakan keberanian adalah keanggunan dalam menghadapi tekanan dan sulung saya memiliki keberanian itu.

Awalnya saat si sulung masih kecil saya sangat sedih dan tertekan karena dia tidak bisa beraktifitas dan bermain bebas seperti anak-anak yang lain. Keluar rumah harus berpakaian panjang, kalau tidak dia akan masuk angin, badannya akan panas berkepanjangan, masuk rumah sakit. Kalau anak-anak yang lain batuk dan pilek bukan hal yang luarbiasa bagi sulung saya batuk dan pilek bisa membuatnya masuk rumah sakit, jadi bisa dibayangkan kalau sedang bermain dan ada temannya yang sedang pilek maka agar aman saya ajak si sulung pulang.

Saya pernah dimarahi seorang ibu karena saya tidak mengijinkan si sulung minum bersama satu gelas dengan anak si ibu yang sedang pilek...hehehe.

Kesehatan si sulung membaik saat mulai bersekolah TK tapi tetap kondisinya tidak sebaik anak-anak lain pada umumnya.

Si sulung dan saya banyak belajar tentang kehidupan yang Alloh sajikan pada kita saat berkunjung ke rumah sakit di Jakarta itu.

Di rumah sakit tepatnya di ruang tunggu, kami bertemu banyak teman yang bernasib sama, jadi kami tidak merasa sendiri bahkan banyak teman-teman pasien yang kondisinya parah atau sangat parah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun