Mohon tunggu...
Karissa Fedelina Sutanto
Karissa Fedelina Sutanto Mohon Tunggu... Ilmuwan - Siswi SMA Kolese Loyola

Bio

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Simpanse sebagai Binatang Percobaan HIV/AIDS

23 Agustus 2019   22:14 Diperbarui: 23 Agustus 2019   22:18 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Apa kabar semua pembaca yang penulis hormati dan kasihi. Bagaimana kabar kalian semua? Semoga kabar kalian baik-baik saja! Penulis akan menjelaskan sebuah topik yang bisa dikatakan sederhana, tetapi jika kita pikirkan lebih dalam, topik itu tidak semudah yang kita perkirakan. Topik yang akan kita bahas pada artikel ini adalah "Simpanse sebagai tes peneliti obat HIV/AIDS". Tetapi dari topik itu kita dapat menemukan beberapa pertanyaan yang sederhana. Sebelum masuk ke topik, kita akan membahas pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Di zaman sekarang pasti kalian pernah mendengar kata-kata, seperti HIV dan AIDS. Namun, tahukah kalian apa itu HIV/AIDS? Atau apa koneksi dari keduanya? Mari kita bahas kedua itu terlebih dahulu!

Human Immunodeficiency Virus atau yang biasa kita sebut HIV merupakan virus yang dapat merusak sel darah putih atau sistem kekebalan tubuh, dengan menghancurkan dan menginfeksi sel CD4. Sistem kekebalan membantu tubuh melawan infeksi. HIV yang tidak diobati menginfeksi dan membunuh sel CD4, yang merupakan jenis sel kekebalan yang disebut sel T. Seiring waktu, HIV menghancurkan lebih banyak sel CD4, maka semakin melemahnya sistem kekebalan tubuh. Mengakibatkan tubuh menjadi lebih rentan untuk mendapatkan serangan dari berbagai jenis infeksi dan penyakit, salah satunya penyakit kanker. Tanpa pengobatan atau penanganan secara langsung, orang yang memiliki infeksi HIV akan berkembang menjadi kondisi yang sangat serius yang biasa kita sebut AIDS atau Acquired Immune Deficiency Syndrome. Atau juga dapat diartikan sebagai tahap/stadium akhir dari virus infeksi HIV. Pada saat itu, sistem kekebalan tubuh sudah terlalu lemah/sudah hilang sepenuhnya untuk melawan penyakit dan infeksi lainnya. Jika tidak diobati, orang yang mempunyai AIDS memiliki harapan hidup sekitar tiga tahun. Sampai sekarang, obat untuk menangani HIV dan AIDS masih belum ditemukan. Namun, ada cara untuk memperlambat perkembangan penyakit tersebut, yaitu dengan terapi antiretroval. Akibatnya HIV dapat dikontrol dengan baik dan dapat meningkatkan harapan hidup penderita sehingga bisa hampir sama dengan seorang yang belum tertular HIV.

Nah, sekarang kalian tahu apa itu HIV/AIDS dan koneksi dari keduanya. Tetapi tadi disebutkan bahwa saat ini masih belum ditemukan obat untuk HIV/AIDS. Sekarang para ilmuwan sedang mencari obat untuk menyembuhkan HIV/AIDS. Dalam pencarian obat mereka pasti melakukan banyak penelitian. Di penelitian, mereka membutuhkan tes subjek atau binatang percobaan untuk dieksperimenkan agar dapat diketahui apakah obat mereka berhasil atau tidak. Seperti topik yang akan dibahas, binatang percobaan kita adalah simpanse. Penulis tidak setuju akan simpanse sebagai binatang percobaan. Ada beberapa alasan mengapa penulis tidak setuju. Ayo kita lihat alasan-alasannya!

Simpanse (Pan troglodytes) termasuk spesies hewan yang terancam punah. Mengapa bisa begitu? Karena meskipun simpanse terlepas dari hubungan dekat kita, simpanse masih di bawah ancaman. Akibat dari itu simpanse terdaftar dalam IUCN Red List. Diperkirakan antara kurang lebih 170.000 dan 300.000 individu di seluruh rentangnya. Ancaman terbesar terhadap simpanse adalah hilangnya habitat, perburuan, dan penyakit.

Maksud dari hilangnya habitat, yaitu simpanse itu hanya bisa ditemukan di Afrika Tengah dan jika mereka mengalami kehilangan habitat itu pasti akan menurunkan populasi mereka secara drastis. Kalau maksud dari perburuan, itu seperti simpanse diburu untuk diambil dagingnya yang dipandang sangat lezat bagi orang kaya di Afrika Tengah. Serta, maksud dari penyakit, itu termasuk pengaruh di luar tangan manusia. Penyakitnya, seperti ebola yang memusnahkan populasi simpanse juga.

Ada juga beberapa bayi simpanse yang diambil dari ibu mereka dan dijual sebagai hewan peliharaan. Selain itu mereka juga diambil untuk muncul dalam budaya popular barat sebagai tokoh badut stereotip. Dan mereka telah tampil dalam hiburan, seperti pesta teh simpanse, pertunjukan panggung, dan pertunjukan sirkus. Meskipun kekuatan dan agresivitas mereka membuat mereka berbahaya dalam peran ini.

Namun, Beberapa ratus telah disimpan di laboratorium untuk penelitian, terutama di Amerika. Penelitiannya, seperti banyak upaya telah dilakukan untuk mengajarkan Bahasa, salah satunya Bahasa Isyarat Amerika kepada simpanse, dengan keberhasilan yang terbatas. Tetapi ada juga yang digunakan sebagai tes penelitian untuk obat-obat manusia, seperti kanker, hepatitis, HIV/AIDS, dan masih banyak lagi.

Mengapa mereka menggunakan simpanse sebagai tes penelitian mereka? Salah satu alasannya adalah simpanse dan manusia memiliki perbedaan dalam DNA kurang lebih 1,2%. Manusia dan simpanse sangat mirip karena kedua spesies ini sangat erat hubungannya. Manusia, simpanse, dan bonobo diturunkan dari satu spesies leluhur tunggal yang hidup enam atau tujuh juta tahun yang lalu. Karena manusia dan simpanse berangsur-angsur berevolusi dari nenek moyang yang sama, DNA mereka yang diturunkan dari generasi ke generasi, juga berubah. Pada kenyataannya, banyak dari perubahan ini menyebabkan perbedaan antara penampilan dan perilaku manusia dan simpanse.

Tetapi apakah perbedaan DNA yang begitu kecil memiliki pengaruh yang besar dalam kehidupan? Ternyata jawabannya adalah iya. Mengapa? Karena manusia dan simpanse memiliki kesamaan DNA 98,8%. Dan hanya 1,2% itu sama dengan kurang lebih 35 juta perbedaan. Beberapa di antaranya memiliki dampak besar, yang lain tidak begitu besar. Dan bahkan dua rentangan identik DNA dapat bekerja secara berbeda-beda. Mereka dapat "dihidupkan" dalam jumlah yang berbeda, di tempat yang berbeda atau pada waktu yang berbeda.

Apakah gen yang sama memiliki perilaku yang berbeda? Ya, karena meskipun manusia dan simpanse memiliki banyak gen identik, mereka sering menggunakannya dengan cara yang berbeda-beda. Aktivitas gen dapat dinaikkan atau diturunkan seperti volume pada radio. Jadi gen yang sama dapat dinaikkan pada manusia, tetapi sangat rendah pada simpanse. Gen yang sama diekspresikan di daerah otak yang sama pada manusia dan simpanse, tetapi dalam jumlah yang berbeda-beda. Ribuan perbedaan seperti ini mempengaruhi perkembangan dan fungsi otak, dan membantu menjelaskan mengapa otak manusia lebih besar dan lebih cerdas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun