Â
Dunia serba digital ini, informasi melesat bak roket, emosi meluap bak air bah, dan etika? Kadan . . . ya, kadang sedikit mengambang. Kita hidup di era di mana "kebebasan berekspresi" yang sering disalahartikan sebagai "kebebasan untuk menyebarkan kebencian tanpa filter". Di mana "efisiensi" seringkali mengorbankan sopan santun. Dan di mana "viral" lebih penting daripada "benar".
Â
Perang di Dunia Maya
Pertama, perang di dunia maya. Bayangkan skenario ini: Anda memesan makanan online, tetapi pesanan Anda salah. Alih-alih menghubungi customer service dengan sopan, Anda malah membanjiri kolom komentar media sosial restoran tersebut dengan makian dan ancaman. Apakah ini etika? Tentu saja tidak. Ini adalah contoh bagaimana kemudahan akses internet seringkali membuat kita lupa akan sopan santun dan tata krama. Lebih bijak menghubungi customer service secara langsung dan menyampaikan keluhan dengan bahasa yang santun.
Â
Kesopanan yang Terkikis
Kedua, kesopanan yang terkikis. Contohnya: Anda sedang mengobrol dengan teman di kafe, tiba-tiba telepon Anda berdering. Anda mengangkat telepon dan berbicara keras-keras tanpa memperdulikan teman bicara Anda. Atau, Anda sedang antre di kasir supermarket, tiba-tiba Anda menyela orang yang sedang berbicara dengan kasir untuk menanyakan sesuatu yang tidak terlalu penting. Hal-hal kecil seperti ini seringkali kita anggap sepele, padahal menunjukkan kurangnya perhatian dan rasa hormat terhadap orang lain.
Â
Privasi yang Terabaikan
Ketiga, privasi yang terabaikan. Contoh yang sangat relevan: Anda tanpa sengaja menemukan foto-foto pribadi teman Anda di media sosial, dan Anda langsung menyebarkannya ke grup WhatsApp tanpa izin. Atau, Anda membagikan informasi pribadi teman Anda, seperti nomor telepon atau alamat rumah, kepada orang lain tanpa sepengetahuannya. Ini adalah pelanggaran privasi yang serius dan dapat berdampak buruk bagi korban.
Â
Etika di Tempat Kerja
Keempat, etika di tempat kerja. Contohnya: Anda mengirimkan email kepada atasan dengan bahasa yang tidak profesional, penuh dengan singkatan dan emotikon yang tidak pantas. Atau, Anda membicarakan rekan kerja Anda di belakang mereka dengan bahasa yang buruk. Perilaku seperti ini tidak hanya menunjukkan kurangnya etika, tetapi juga dapat merusak reputasi Anda dan hubungan kerja Anda dengan orang lain.
Â
Lalu, Apa Solusinya?Â
Kita perlu menyadari bahwa teknologi bukanlah pengganti etika dan sopan santun. Kita perlu lebih bijak dalam menggunakan teknologi, dan lebih peka terhadap perasaan orang lain. Kita perlu belajar untuk menghargai perbedaan pendapat, dan menghormati privasi orang lain. Kita perlu mengingat bahwa di balik layar gadget dan koneksi internet, ada manusia dengan perasaan dan emosi yang sama seperti kita. Mulai dari hal-hal kecil, seperti membalas pesan dengan sopan, menghindari ujaran kebencian, dan menghormati privasi orang lain. Langkah kecil, dampak besar. Bagaimana? Mulai sekarang, mau coba?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI