Mohon tunggu...
Cuham Beib
Cuham Beib Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menjadikan Sepeda Sebagai Moda Transportasi sehari-hari kemana saja,

Penulis amatiran, ringan , dan sederhana. Penikmat sepeda harian. Icon Bersepeda itu Baik.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Sepeda Berperan Penting Dalam Isu Transisi Energi

28 April 2022   10:06 Diperbarui: 28 April 2022   16:06 1485
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bersepeda, Solusi tanpa polusi (Foto : Syamsul Muchtar)

KETERGANTUNGAN masyarakat terhadap penggunaan kendaraan bermotor berbahan bakar fosil menjadi salah satu faktor utama adanya persoalan lingkungan, transportasi, dan kesehatan sehingga perlu adanya solusi yang lebih baik dalam mengatasi beragam persoalan tersebut.

Sony Sulaksono Wibowo, Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) wilayah Provinsi Jawa Barat menyampaikan sebuah materi bertajuk "Mengapa Harus Bersepeda? Tinjauan dari sisi Lingkungan dan Transportasi" dalam sebuah seminar Membangun Budaya Gerakan Bersepeda #3 "Bersepeda Yang Berkeselamatan" yang digelar Forum Komunikasi Komunitas Pesepeda Bandung Raya bersama Pemerintah Kota Bandung, Selasa, 26/4/2022 di Bandung.

Solusi Kemacetan

Beliau mengawali dengan menjelaskan tentang anatomi kemacetan tipikal kota sedang, besar, dan metropolitan berdasarkan tundaan yaitu singkat (< 30 Menit), sedang ( - 2 jam), dan parah (> 3 jam).

Berdasarkan lokasi ada di simpang, ruas,  dan jaringan beberapa simpang dan ruas, serta frekwensi kejadiannya rutin dan situasional.

Penyebab esensial kemacetan adalah adanya perencanaan tata ruang yang salah dan tidak konsisten serta adanya urbanisasi.

Penyebab umumya adalah ketidakjelasan rambu dan market, ketidakdisiplinan pengguna jalan, penggunaan ruang jalan yang tidak efesien, dan volume lalu lintas lebih besar dari kapasitas jalan.

Lebih jauh, Sony menyampaikan anilisis solusi kemacetan dari beberapa penyebab di atas, yaitu volume lalu lintas lebih besar dari kapasitas jalan diperlukan adanya penambahan panjang jalan atau pelebaran, meski hal ini bukanlah solusi yang murah.

Kapasitas jalan meningkat membutuhkan ruang parkir lebih banyak. Kota adalah tentang memindahkan orang bukan memindahkan mobil, sehingga harus ada pembatasan kepemilikan kendaraan yang harus dilakukan pemerintah pusat.

Perlu digaris bawahi, bahwa proses powering menggunakan listrik (elektrifikasi) kendaraan bukanlah solusi kemacetan.

Harga kendaran listrik bisa dipastikan akan mahal karena berbicara kendaraan listrik adalah soal ekslusif partnya, belum jika terjadi kenaikan harga listrik dan tentu saja akan bertolak belakang dengan gerakan hemat energi listrik untuk bumi menjadi baik.

Yang menjadi prioritas solusi kemacetan adalah efesiensi ruang jalan dengan menghilangkan parkir on street melalui kebijakan daerah, ruang jalan hanya digunakan saat diperlukan dengan mendorong layanan delivery (non-trip travel), dan jika melakukan perjalanan menggunakan moda dan ruang jalan yang efesien.

Dua hal yang paling efektif dan efesien berdasarkan hierarki transportasi perkotaan berkelanjutan adalah berjalan kaki efektif sampai 1000 meter karena tidak menggunakan ruang jalan dan bersepeda efektif sampai 3-5 kilometer karena sedikit menggunakan ruang jalan.

Jadi kesimpulannya adalah  solusi kemacetan di perkotaan di Indonesia adalah Efesiensi Ruang Jalan karena tidak membebani anggaran, dan selurah lapisan masyarakat bisa melakukan dengan 3Mulai, mulai dari yang mudah, mulai dari masing-masing masyarakat, dan mulai dari sekarang, diperkuat dengan adanya dukungan masyarakat dan komunitas yang luar biasa dan komitmen bersama menjalaninya.

Hikmah Pandemi

Selanjutnya, dalam poin Aspek Lingkungan dari Transportasi, Ketua Program Pascasarjana Teknil Sipil -- Instititut Teknologi Bandung (ITB) tersebut menguraikan tentang hikmah dibalik terjadinya pandemi covid-19 sejak tahun 2020.

Seperti kita ketahui bersama, kehadiran pandemi memberi dampak yang luar biasa akibat terhentinya berbagai sektor kehidupan termasuk transportasi.

Dengan adanya penerapan lock down atau mobilitas dan interaksi sosial kondisi di seluruh perkotaan, kota menjadi sepi, hening , bahkan bak kota mati.

Namun selalu ada hikmah dibalik setiap peristiwa, mobilitas kendaran menurun tajam, arus lalu lintas sepi dan lancar, sehingga berdampak pada kualitas udara menjadi lebih bersih: Beberapa kota di Indonesia mengalami penurunan udara buruk yang cukup signifikan, rata-rata konsentaris PM 2,5 ug/m3.

Makasar, tahun 2019 mengalami kualitas udara buruk sebesar 9,41  pada tahun 2020 menurun 8,18%  menjadi 8,84, termasuk katagori baik. Jakarta 27,9 menurun 13,34% menjadi 23,9, katagori sedang. Padang 12,58 menurun 20,19 % menjadi 10,4, katagori baik. Pekanbaru 26,23 menurun 22,13 % menjadi 20,66 katagori sedang, dan Banjarmasin 9,10 menurun 29.78 % menjadi 6,39 katagori baik.

Hal tersebut berdasarkan data perbandingan kualitas udara periode 1 januari-31 Mei di tahun 2019 dengan saat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) tahun 2020 oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ditjen Pengendalian Pencemaran Kerusakan Lingkungan Direktoran Pengendalian

Begitu pula perubahan kualitas lebih bersih saat pandemi terjadi di beberapa kota di belahan dunia seperti Mylan, Italy, Paris, Perancis, New Delhi, India, dan Singapura.

Dengan demikan berarti kita harus mempertahankan keuntungan (benefit) dari pandemi dan mendapatkan kembali (memperbaiki) apa yang tertinggal. Dapatkah strategi efisiensi ruang jalan mempertahankan benefit dari pandemi tersebut.?

Hikmah lainnya yang cukup fenomeunal adalah euforia dan animo masyarakat terhadap moda sepeda yang cukup meningkat seiring berkembangnya kabar bahwa dengan bersepeda sambil disinari matahari pagi akan menjaga imunitas dalam tubuh kita melawan toxin-toxin yang berbahaya seperti virus.

Mengapa Sepeda?

Karena sepeda adalah solusi kemacetan untuk transportasi berkelanjutan yang mengandung banyak sekali manfaatnnya jika digunakan, seperti menyenangkan, meningkatkan kualitas hidup, perjalanan diperkotaan menjadi lebih cepat, mengurangi polusi udara, dan mengurangi resiko penurunan kualitas kesehatan terutama obesitas, darah tinggi, jantung, dan diabetes type II.

Bike to Work (B2W) Indonesia menuturkan pentingnya energi lestari dengan beralihnya energi dari bahan bakar fosil yang merusak lingkungan ke bahan bakar terbarukan sudah sangat mendesak.

Harapannya, sepeda yang berperan penting dalam isu transisi energi masuk dalam agenda pembahasan Kelompok Dua Puluh atau G20  sebuah forum antar pemerintah yang terdiri dari 19 negara ditambah satu dari Uni Eropa.

Tujuan forum tersebut untuk menangani isu-isu besar tentang ekonomi global, termasuk di dalamnya mitigasi krisis iklim dan pembangunan berkelanjutan.

Tahun ini Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan forum G20 dengan tema "Recover Together, Recover Stronger", mengamanahkan tiga pokok bahasan : Arsitektur Kesehatan Global, Transisi Energi Lestari, dan Transformasi Digital.

Selanjutnya, B2W Indonesia menyampaikan kenapa G20 harus mengagendakan sepeda? Untuk mendorong penggunaannya secara massiv perlu campur tangan pembuat kebijakan, terutama pemerintah Indonesia.

Pembuatan kebijakan harus memastikan tersedianya prasarana, fasilitas, dan pendukung budaya bersepeda, menandakan adanya kesungguhan dalam upaya mengurangi emisi untuk menanggulangi dampak krisis iklim.

Saat ini, agenda yang dilakukan G20 di sektor transportasi, presidensi lebih mengarahkan ke kendaraan listrik, padahal proses terwujudnya kendaran listrik itu memerlukan waktu yang cukup lama, sekitar 15 sampai dengan 20 tahun, itu pun kalau semua produksi mobil baru adalah mobil listrik. Selama rentang waktu tersebut kerusakan bumi terus berlangsung.

Kendaraan listrik tidak sepenuhnya bebas emisi, tapi yang lebih penting adalah problem perkotaan seperti kemacetan, polusi udara, poluis suara, kematian akibat kecelakan di jalan, dan terus meningkatnya resiko kesehatan akibat gaya hidup malas bergerak.

Dan sepeda adalah pilihan rasional sebagai solusi terbaik dalam mengurangi emisi dengan cepat dan efektif, sebagai sarana mobilitas yang efesien minimal untuk jarak yang pendek, bermanfaat bagi kesehatan jiwa dan raga.

Itulah kenapa,  belakangan B2W begitu rewel bahkan terkesan cari perhatian terkait kritisnya terhadap G20, yang presidensinya dipercayakan kepada Indonesia.  Bahkan terus membuat gerakan dalam rangka #g20pahamsepeda.

Mari bersepeda, karena bersepeda itu baik. Lawan malas bergerak dan ketergantungan terhadap penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil.

Saatnya beralih ke energi terbarukan untuk bumi menjadi lebih baik.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun