Mohon tunggu...
Kanopi FEBUI
Kanopi FEBUI Mohon Tunggu... Jurnalis - Himpunan Mahasiswa Ilmu Ekonomi FEB UI

Kanopi FEBUI adalah organisasi yang mengkhususkan diri pada kajian, diskusi, serta penelitian, dan mengambil topik pada permasalahan ekonomi dan sosial di Indonesia secara makro. Selain itu, Kanopi FEBUI juga memiliki fungsi sebagai himpunan mahasiswa untuk mahasiswa program studi S1 Ilmu Ekonomi dimana seluruh mahasiswa ilmu ekonomi merupakan anggota Kanopi FEBUI.

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Populisme Ekonomi: Sang Bahtera Penyelamat?

3 Juli 2020   17:03 Diperbarui: 3 Juli 2020   17:13 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ternyata, Bolivarian Missions didanai oleh royalti minyak pemerintah Venezuela. Hal ini tidak mengkhawatirkan ketika harga minyak sedang tinggi. Namun, sewaktu harga minyak global turun sejak tahun 2008, penerimaan ini menurun dan pemerintah mulai melakukan deficit financing secara masif. Akibatnya, terjadi hiperinflasi dan krisis ekonomi berkepanjangan yang berujung pada krisis multidimensional sampai saat ini.

Mana yang benar di antara keduanya? Menurut hemat penulis, retorika populisme ekonomi diperlukan dalam jangka pendek. Lebih tepatnya, dia diperlukan sebagai sinyal politik bahwa change is coming. Tetapi, jangan biarkan populisme ekonomi mendasari pengambilan kebijakan ekonomi dalam jangka panjang. Mengapa?

Perlu diakui bahwa pesan populisme ekonomi menyulut semangat masyarakat sebagai subjek politik. Sayangnya, implikasi ideologi ini justru mengancam standar hidup masyarakat itu sendiri. Jadi, kita perlu ideologi ekonomi yang memberikan kontrol kepada common people. Bukan yang menyerahkan kontrol kepada para demagog populis.

Kesimpulannya, populisme ekonomi bukanlah  bahtera penyelamat di kala krisis. Dia adalah bumerang yang perlu dijadikan sinyal perubahan, but not the agenda of change itself. Jika ideologi ini menjadi agenda perubahan, maka common people pasti menjadi yang paling dirugikan. Sementara para demagog populis terus menjual impian palsu.

    Kalau modus ini terus dibiarkan, institusi demokrasi pasti ambyar. Maka dari itu, para pengambil kebijakan ekonomi harus menjadi nahkoda yang faktual dan tahan banting. Sehingga populisme ekonomi bisa ditempatkan sebagaimana mestinya; bungkus retoris yang segera dibuang setelah ruang kemudi bahtera digapai.

REFERENSI

Bourne, Ryan. (2019). Economic Populism on the Left and Right Is Poisoning US Political Discourse. Diakses dari sini. 2 Mei 2020 (21.57).

Rodrik, Dani. (2018). Is Populism Necessarily Bad Economics?. Diakses dari sini. 2 Mei 2020 (21.57).

Riedel, Rafal. (2017). Economic Nationalism and Populism -- Intertwining Relations. Diakses dari sini 2 Mei 2020 (21.57).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun