Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cecep dan Jakarta

21 April 2021   08:30 Diperbarui: 21 April 2021   08:30 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karena yang sebenarnya Made sudah tahu bahwa kantornya resmi merekrut Cecep, dari Pak Handoyo yang menjadi Bosnya. Dia baru saja mendapat perintah menyiapkan SK Pengangkatan atas nama Cecep, beberapa saat sebelum Cecep menemui Pak Handoyo.

"Urang ge rek gawe di dieu euy (saya juga akan kerja disini)," jawab Cecep.

Untuk kali kedua mereka berangkulan sebagai rasa syukur akan bersama bekerja di kantor yang sama. Made memberitahu Cecep bahwa Togar juga ada disini. Juga bekerja di kantor ini. Made kemudian mengajak Cecep menemui Togar di ruangan lain di lantai 4 itu.

"Ceeeep.... ! urang bisa panggih deui nya (Ceeeep.... ! kita bisa ketemu lagi ya)," seru Togar menyambut kedatangan Cecep.

Keduanya berangkulan, setitik air mata menetes dari salah satu sudut mata Cecep. Tetes air mata bahagia. Bisa berkumpul kembali dengan 2 sahabat lawasnya.

Togar ternyata juga sudah tahu rencana bergabungnya Cecep. Hanya dia tidak tahu kapan Cecep akan datang. Togar mengetahui hal itu dari Pak Kuswara, Direktur Keuangan, sore kemarin.

Siang itu, mereka makan siang bersama untuk merayakan berkumpulnya mereka dalam satu kantor yang sama, di ibu kota. Mereka maksi sambil ngaguar carita heubeul (membuka cerita lama). Kisah-kisah saat mereka masih di Bandung. Siang itu, mereka maksi di tempat yang lumayan ekslusif di bilangan Senayan agar bisa leluasa ngobrol melepas kangen, dengan berbahasa Sunda. Togar dengan logat bataknya, Made dengan logat Balinya.

Mereka sekantor sekarang, di lantai yang berbeda di sebuah gedung berlantai tujuh tepat di seberang Slipi Jaya. Mereka dipertemukan kembali bahkan menjadi rekan kerja sekantor meski berbeda tugas. Togar dan Made ternyata sampai juga di Jakarta, menyusul Cecep lewat rute yang berbeda.

Kini mereka bertiga berkumpul kembali untuk melanjutkan berjuang menggapai asa yang sempat terajut di Kota Bandung, menaklukkan ibu kota. Mereka pun kini mendewasa. Asa menaklukkan ibu kota, mereka memaknainya sebagai "spirit berjuang". Cecep tidak sendirian lagi berjuang menaklukkan ibu kota. Sekarang bertiga. Mereka jadikan gedung berlantai 7 itu, sebagai landas pacu untuk take off menjelajah pelosok negeri.

Pada akhir tahun kelima, Cecep mulai bersentuhan dengan teknologi AMPS. Ditinggalkannya Skytell, radio panggil yang setia menemaninya selama 5 tahun. Saat itulah Cecep resmi mundur dari Dharmawangsa dan fokus di Slipi. Kawan dari Kantor Semarang kemudian menggantikannya di Dharmawangsa. Sebelum pergi, Cecep sempat menawari Marzian pindah ke Jakarta untuk nemegang salah satu jabatan penting. Namun Marzian menolak, ia tetap setia dengan janjinya di alun-alun Bandung: "urang mah rek tetep di Bandung". Marzian terlanjur jatuh cinta kepada kota Bandung dan Mojang Priangan sudah jadi pendampingnya.

Pada titik itu, bantal keramat yang jadi senjata ampuh nan mematikan dalam jurus pamungkas Cecep telah tilem (moksa) meninggalkan jejak etos kerja dan persahabatan. ...........>|

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun