Mohon tunggu...
Kang Win
Kang Win Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kebersamaan dan keragaman

Ingin berkontribusi dalam merawat kebersamaan dan keragaman IG : @ujang.ciparay

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cecep dan Jakarta

21 April 2021   08:30 Diperbarui: 21 April 2021   08:30 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan langkah tegap semangat 45 dia langkahkan kaki menuju halte bus kota tujuan Blok M. Lumayan berkeringat, meski pagi belum lagi beranjak siang. Beberapa bis kota telah lewat. Takada lagi tempat duduk tersedia. Maka, berdiri nyaris di pintu bus pun tak apalah.

PPD sudah sampai di terminal Blok M, ketika kemeja lengan pendek warna telor asin yang dikenakannya sudah basah oleh keringat. Dia menepi ke tempat teduh, di emperan sebuah rumah makan Padang di pojokan pintu keluar Terminal Blok M. Mengeringkan kemejanya dari basah keringat. Sejurus kemudian dihampirinya penjual minuman. Dibelinya teh botol dingin. Diteguknya langsung, habis seketika.

Dia harus lanjut dengan 76, Kopaja trayek Blok M - Pondok Labu. Sesuai petunjuk, Cecep turun di Halte Wijaya Grand Center. Di seberangi halte, sebuah gedung berlantai 5 di pojokan Dharmawangsa yang dikelilingi rerimbunan pohon-pohon akasia menjadi tujuan akhir.

Cecep sudah berada beberapa langkah di muka gerbang gedung itu. Untuk beberapa saat, dia berdiri disitu. Jam tangan di lengan kirinya menunjukkan waktu sudah hampir jam 11. Langkah tegap dengan semangat 45 kini nyaris tak ada lagi. Tergantikan oleh gugup, grogi. Beruntung Cecep punya mantra dari guru pidatonya: "nu ngariung kabeh lutung, nu regreg kabeh monyet (yang berkerumun semua lutung, yang berjejer semua monyet)". Dibacanya mantra ampuh itu. Dia ulang sampai 7 kali. Gugup, grogi, tak mau pergi. Hatinya kemudian berkata, "Ini Jakarta, Men!" Mantranya gagal total. Maka melangkahlah dengan pelan menuju gerbang, lalu lobby. Atmosfer persaingan mulai terasa.

Di kantor itu ada 2 orang yang jabatannya sebenarnya setingkat dengannya, salah satunya adalah Gani. Hanya bedanya, Cecep diserahi tugas tambahan sebagai caretaker pimpinan kantor itu, Pjs (Pejabat Sementara). Mungkin karena ini dua kawan itu, tidak begitu wellcome atas kehadiran Cecep.

Belasan karyawan lain yang semuanya berusia di atas Cecep juga menampakkan sikap yang sama. Dalam pikiran mereka mungkin berkata, "Lu anak kemaren sore mau ngatur kite-kite. Ogah gua!" Kantor ini meski status head office, hanya berpenghuni belasan orang itu. Kantor yang di Bandung jauh lebih banyak. Dengan jumlah pegawai yang tidak banyak itu, maka hanya satu lantai yang digunakan sendiri. Selebihnya disewakan.

Hari itu tak ada satupun dari mereka yang mau berbagi dengan Cecep. Tentang kondisi kantor misalnya. Kalaupun ada yang mau bercakap-cakap dengan Cecep, hanya sekadar basa-basi sambil mengorek reputasi Cecep selama di Kantor Bandung. Gani hanya bertanya sekadarnya tentang keadaan Kantor Bandung dengan aroma sinis di wajahnya. Nuansa penolakan terlihat kental.

Beruntung masih ada 2 yang tampak wellcome menyambut kedatangan Cecep. Salah satunya office boy bernama Suparna, yang kemudian hari Cecep mengetahui berasal dari Wonosari Gunung Kidul, Jogjakarta.  Sedangkan yang satunya lagi keset besar dari sabut kelapa di depan pintu lobby. Di keset itu terpampang dengan jelas tulisan hurup balok WELLCOME. Setelah berbasa-basi, Suparna menghidangkan secangkir kopi panas untuk Cecep. Seruputan kopi sedikit mengikis kegugupannya.

Bagi Cecep untuk sementara ini cukup. Dia harus realistis menerima kenyataan ini, karena satu-satunya mantra yang dia punya yang dia dapatkan dari guru pidatonya, terbukti tidak ampuh sama sekali. Dia harus bersiap dengan adagium yang dikumandangkan Maestro Lawak kita, Almarhum Bing Slamet dan Kuartet Jaya, bahwa ibukota lebih kejam dari ibu tiri.

Seminggu berjalan, kondisi tidak berubah. Belasan kawan itu tak ada yang peduli dengan kehadiran Cecep. Mereka asyik dengan urusan mereka sendiri yang bukan urusan pekerjaan. Kondisi ini terus berjalan di minggu-minggu berikutnya.

Cecep masih punya harapan bisa diterima oleh belasan orang itu. Ada 8 orang yang masih harus ditemuinya. Mereka dari jajaran Dewan Komisaris dan Penasihat, yang 5 diantaranya purnawirawan perwira tinggi dan perwira menengah TNI/Polri serta satu tentara aktif Korps Marinir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun