Mohon tunggu...
MUSHOFA
MUSHOFA Mohon Tunggu... Guru - KHODIM PP. DAARUL ISHLAH AS-SYAFI'IYAH TANAH BUMBU KALSEL

Hobby Baca Buku-Buku Islami Klasik

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Terus Belajar, Terus Hidup

15 Desember 2022   15:00 Diperbarui: 15 Desember 2022   15:06 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terus Belajar, Terus Hidup

Saya ingat papatah arab "al-barokah ma'a al-harokah" kurang lebih maknanya adalah keberkahan itu beserta adanya pergerakan. Artinya berkah itu akan datang bila ada usaha. Sementara berkah sendiri artinya bertambah baik atau lebih baik. Dengan demikian jika kita ingin berkah maka harus ada usaha menjadi lebih baik. Agar menjadi lebih baik harus terus belajar. Begitulah kira-kira silogisme yang saya pahami.

Belajar terus atau terus belajar adalah bukti jika kita ini menginginkan adanya perubahan untuk menjadi lebih baik. Bukan kah perintah belajar adalah syari'at yang pertama kali diwahyukan kepada Nabi kita. Permulaan wahyu yang Allah turunkan kepada Nabi adalah "Iqra'" ini artinya Allah menghendaki Nabi menjadi orang yang terus belajar. Berhenti belajar itu menandakan matinya kualitas kita sebagai manusia. Sebab pada hakikatnya hidup matinya manusia itu terletak pada kemauaan belajarnya. Orang yang sudah tidak mau belajar pada hakekatnya ia sudah mati.

Eksistensi manusia di muka bumi ini sebenarnya terletak pada ilmunya. Ilmu inilah yang menjadikan manusia abadi. Kata Baginda Nabi "ketika anak cucu adam meninggal dunia maka putus semua amalnya, kecuali tiga perkara yaitu sedekah jariyah, ilmu yang manfaat dan anak yang shaleh yang senantiasa mendoakan kedua orang tuanya." Disini Ilmu manfaat disebut juga oleh Baginda Nabi. 

Artinya ilmu tidak akan sirna selama ilmu manfaat. Dan akan membawa hakikat kehidupan yang sesungguhnya sekalipun orangnya sudah meninggal dunia. Orang-orang hebat yang telah wafat lebih dulu tetapi mereka mewarisi ilmu, pada hari ini mereka serasa masih hidup. Mereka ikut mewarnai kehidupan dan menginpirasi zaman untuk terus melakukan perubahan yang lebih baik.

Sayyidina Ali Karamallahu wajhah bersyair:

"Tiada kemuliaan selain bagi orang yang berilmu

Memberi tuntunan dan menjadi bukti bagi pencari petunjuk

Setiap orang dihargai sebanding dengan ilmunya

Tapi orang bodoh dipandang sebagai musuh orang yang berilmu

Carilah ilmu, engkau akan kekal

Semua orang mati, hanya orang berilmu yang tetap hidup"

(lihat: Ihya Ulumudin, juz 1, hal. 19)

Kemuliaan seseorang itu tergantung ilmunya. Hendaknya seseorang itu memuliakan orang lain juga karena ilmu yang dimilikinya, bukan karena harta, jabatan, dan nasabnya. Sebab dengan ilmu, seseorang akan mendapat tuntunan menuju hidayah Allah Swt. Orang yang berilmu itu sejatinya kekal sekalipun jasadnya sudah dikubur. Ilmunya akan tetap hidup menyinari sanubari manusia yang masih hidup yang mendapatkan manfaat dari percikan keberkahan ilmu yang pernah ia berikan.

Ibnu Mubarak berkata:

"Aku heran kepada orang yang tidak sudi mencari ilmu, bagaimana mungkin ia mampu membawa dirinya kepada kemuliaan?" 

Kebodohan jangan dibiarkan ada pada diri kita. Sempatkanlah dengan meluangkan waktu untuk terus mencari ilmu, karena ilmu itu akan menuntun langkah kita terutama dalam hal ibadah. Sungguh sangat naif ketika beribadah tanpa didasari ilmu. Ibadahnya hanya ikut-ikutan, tidak mendapatkan bimbingan dari seorang pembimbing yang alim. Buang alasan sibuk dan tidak sempat lagi. Karena sebenarnya alasan tersebut adalah tipu daya setan agar manusia tersesat. 

Ibadah tanpa didasari ilmu dipastikan keliru. Kekeliruan dalam ibadah menyebabkan ditolaknya ibadah tersebut. Ketika ibadah ditolak, maka tidak ada kemuliaan pada dirinya. Habib Zain bin Ibrahim bin Smith berkata: "sesungguhnya ilmu adalah dasarnya ibadah dan tumbuhnya kebaikan-kebaikan, sebagaimana kebodohan adalah pokoknya setiap kejahatan dan dasarnya semua kerusakan." (lihat: Manhajus Sawi, hal. 77)

Khalil bin Ahmad (100-170 H) berkata:

"Manusia itu ada empat tipe, yaitu: (1) Orang yang mengetahui sesuatu dan ia sadar kalau ia tahu, orang itu berarti alim (berilmu), maka ikutilah; (2) Seseorang yang mengetahui sesuatu, namun ia tidak menyadari kalau dirinya tahu, ia adalah orang yang lalai, maka bangunkanlah; (3) Seseorang yang tidak mengetahui sesuatu, dan ia sadar kalau dirinya tidak tahu, ia adalah orang yang butuh petunjuk, maka tuntunlah; dan (4) Orang yang tidak mengetahui sesuatu dan ia tidak merasa dirinya tidak tahu, ia adalah orang bodoh, maka tolaklah (jangan diikuti). (lihat: Manhajus Sawi, hal. 80)

Penulis lebih fokus pada tipe seseorang yang keempat, yaitu orang bodoh. Orang bodoh yaitu orang yang sok tahu. Sebenarnya ia tidak mengetahui apapun namun ia tidak sadar kalau dirinya tidak tahu.

Apapun yang ia katakan adalah sebuah omong kosong yang tak berdasar. Apa yang disampaikan tidak berdasarakan sumber yang akurat. Jika ada di sekeliling kita orang seperti ini lebih baik dijauhi, karena ia akan menyesatkan kita. Ikutilah orang-orang yang berilmu, kridibelitas keilmuannya sudah teruji dan tidak menyimpang dari ajaran Allah dan Rasul-Nya.

Alhasil, teruslah belajar, anda akan terus hidup, jangan berhenti belajar karena anda akan menemukan kebodohan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun