Mohon tunggu...
Imam Maliki
Imam Maliki Mohon Tunggu... Wiraswasta - Manusia yang ingin berbuat lebih, melebihi rasa malas

Entrepreneur

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Putu Lanang, Kuliner Legendaris Kota Malang

22 April 2019   14:17 Diperbarui: 22 April 2019   14:26 778
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamis pagi (04/04/2019) saya sempatkan berkunjung untuk berbincang dengan pemilik usaha kuliner Putu Lanang yaitu bapak Siswoyo. Putu Lanang adalah sebuah nama usaha kuliner yang melegenda. Saking melegendanya jika pembaca menulis kata Putu saja di mesin pencari Google, maka yang muncul Putu Lanang.

Putu adalah jajanan tradisional. Di Indonesia jajanan Putu hampir ada di semua kota. Jadi ketika ada pertanyaan jajanan putu berasal dari mana akan sulit di jawab dengan benar. Putu selama ini identic dengan Putu Ayu, itulah kenapa pak siswoyo menamakan usaha ini dengan Putu Lanang untuk membedakan dengan nama yang sudah ada. Putu lanang yang ada hanya ada di Malang, yang di miliki pak siswoyo. Putu lanang sudah memiliki hak paten.

Sebelumnya pada hari Senin (01/04/2019) penulis berkunjung ke Jalan Claket Gang 2. Untuk melakukan wawancara. Wawancara ini dalam rangka untuk bahan membuat buku 105 kuliner legendaris di Kota Malang.

Bayangan penulis, warung Putu Lanang menempati sebuah warung minimal 4 x 4 meter dengan kursi berjajar semacam warung kopi. Dugaan penulis salah besar. Setelah bertanya ke tukang becak yang mangkal di pinggir jalan. Penulis di arahkan pada sebuah kerumunan orang yang memarkir sepeda motor di pinggir jalan. Warung Putu Lanang ternyata hanya menempati pojok jalan sebuah gang buntu.

Kapanlagi.com
Kapanlagi.com

Bagi penulis jubelan pengunjung yang antri itu kejutan pertama, demi untuk mendapatkan Putu, rela sampai antri. Menurut tukang parkir jubelan pengunjung itu sepi, kalau biasanya untuk jalan saja sulit,. Ketika penulis datang mendekat ke pak siswoyo, beliau dengan sigap langsung menanyai pembeli, pesan apa saja.

Dengan gaya yang akrab pak siswoyo langsung menghargai pesanan pembeli. Penulis di buat takjub ketika sekitar 15 pembeli ditanyai pesanannya sekaligus harganya, pak siswoyo dengan sigap melayani pembeli sesuai pesanan, tanpa salah dan tanpa complain pembeli karena merasa lama belum di layani.

Maka tak aneh ketika penulis berkunjung ke rumah pak siswoyo, beliau bercerita tadi malam berjualannya cukup ramai. Karena ramainya pembeli, pak siswoyo sampai tidak bisa menghafal pesanan pembeli. Pak siswoyo mampu menghafal detail pesanan pembeli sampai 50 orang. Jika sudah tidak mampu menghafal, berarti pengunjung memang lagi membludak.

Warung Putu Lanang tertulis di kartu nama buka mulai jam 17.00. Tapi pak siswoyo biasanya berangkat ke warung setelah sholat magrib, praktis ketika pak siswoyo datang pembeli sudah berjubel. Hanya berjualan 3 jam setidaknya 600-700 porsi terjual. Tak ayal, pak siswoyo menolak ketika di tawari memakai jasa Gofood dan Grabfood.

Putu Lanang nama yang diberikan pak siswoyo mulai tahun 2000 ketika pak siswoyo mulai di beri amanah bu Supiah untuk meneruskan usaha Putu. Sebelumnya nama putu ini terkenal dengan nama Putu Celaket. Pak siswoyo sebenarnya tidak ingin meneruskan usaha Putu ini. Setelah lulus SMA pak siswoyo seringkali harus bekerja di luar Jawa di perusahaan kontruksi. Sedangkan saudara sulung pak siswoyo adalah seorang dokter yang tidak mungkin berjualan Putu. Sebelum di pegang pak siswoyo Putu claket sempat di pegang saudara-saudara dekat, tapi grafik penjualan justru menurun.

Karena keberlanjutan usaha Putu harus tetap berjalan, maka dengan terpaksa pak siswoyo mengakhiri petualangannya di luar jawa. Dengan di dampingi bu supiah, pak siswoyo mulai memegang kendali usah kuliner Putu. Beberapa inovasi dilakukan Pak Siswoyo, diantaranya penerangan yang sebelumnya memakai lampu oblik (lampu dengan bahan bakar minyak) di ganti dengan lampu listrik.

Bahan bakar untuk memasak yang sebelumnya memakai arang di ganti memakai elpiji. Menu pun juga di tambahi jika sebelumnya hanya jual Putu dan Klepon di tambahi cenil, gatot dan lupis.

Menurut Pak Siswoyo kunci dari berkembangnya usaha adalah, pertama Konsistensi, konsistensi yang di maksut yaitu istikomah (tekun) terhadap usaha yang di jalani, pak siswoyo dalam berjualan Putu Lanang tidak mengenal hari libur, sehingga pelanggan yang berniat membeli tidak kecewa jika warung tutup. Kedua, menjaga kualitas rasa. Kualitas rasa menjadi prioritas.

Pak siswoyo sangat ketat mengawasi bahan baku untuk Putu, jika ada bahan baku yang tidak standar maka tidak segan-segan pak siswoyo mengembalikan pada suplayer. ketiga, bersungguh-sungguh. Untuk menjalankan usaha harus dengan totalitas, tidak bisa setengah-setengah, agar usaha bisa berjalan pesat. Keempat, membiasakan berderma. Semakin banyak harta yang di dermakan, akan semakin banyak pula rizki yang akan didapatkan.

Sumber https://travel.kompas.com 
Sumber https://travel.kompas.com 

Bukti Putu Lanang memang jajanan tradisional yang sudah melegenda, Bu Supiah 3 kali di undang ke istana oleh Presiden Soeharto untuk memasak Putu dalam acara kenegaraan. Pak Siswoyo juga beberapa kali di undang ke Surabaya untuk memasak Putu, sebagai suguhan acara gubernur. Pejabat Negara dan artis ibukota jika ke Malang juga seringkali mampir di warung Putu Lanang. Yang unik, siapapun yang pesan meskipun pejabat Negara harus rela antri, tidak akan diistimewakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun