Mohon tunggu...
Muhammad Adib Mawardi
Muhammad Adib Mawardi Mohon Tunggu... Lainnya - Sinau Urip. Nguripi Sinau.

Profesiku adalah apa yang dapat kukerjakan saat ini. 😊

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Investasi Bodong

12 Mei 2022   12:05 Diperbarui: 12 Mei 2022   12:19 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar oleh Towfiqu barbhuiya via Unsplash

"Akan tetapi, setelah adanya kasus atau kecurigaan yang semacam itu bukankah akan timbul keraguan dari pihak si anak mengenai kejujuran orang tua mereka pada saat mengelola uang mereka?" Darto mencoba memburu dengan tambahan rasa penasaran.

"Jika demikian adanya, maka orang tua semestinya bisa membuat beberapa solusi. Misalnya, mereka menyusun daftar kebutuhan-kebutuhan si anak secara tertulis, sehingga nantinya hal ini akan dapat dipelajari dan dipahami oleh sang buah hati." tanggap Dul Kaher.

"Sebagai contohnya, mereka bisa membuat susunan anggaran untuk kebutuhan sekolah mereka. Di dalam anggaran itu orang tua bisa menyertakan biaya SPP, pembelian seragam, pembelian buku, peralatan tulis, hingga kebutuhan untuk biaya les anak, yang tentu saja semua itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit." imbuhnya.

"Bukankah semua biaya itu semestinya sudah menjadi tugas orang tua untuk memenuhinya? Terus, apa pentingnya hal ini harus ditunjukkan pada sang anak?" Darto mencoba menyela.

"Memang benar, hal ini sepatutnya menjadi tanggungan orang tua untuk memenuhinya. Akan tetapi, kita juga tahu bahwa latar belakang perekonomian setiap keluarga itu tentu tidaklah sama keadaannya. Bagi orang tua yang kondisi perekonomiannya sudah berkecukupan, mungkin saja tidak ada masalah jika dibuat kesepakatan yang demikian. Dalam artian, orang tua membiayai sepenuhnya kebutuhan anak."

"Akan tetapi, bagi keluarga yang kondisi perekonomiannya termasuk pas-pasan, maka mereka bisa memilih langkah bijak tersendiri untuk menggunakan uang saku lebaran tersebut demi keperluan si anak."

"Saya kira hal tersebut bisa diwujudkan manakala ada sikap saling terbuka dan saling memahami antara anak dan orang tua. Apalagi mereka adalah pihak yang biasa berinteraksi dalam kesehariannya, sehingga latar belakang kondisi mereka pun pastinya juga sudah saling tahu satu sama yang lain." Dul Kaher mencoba menjelaskan dengan lebih rinci.

"Jadi, kesimpulanmu orang tua yang menggunakan uang saku anak itu bukan termasuk investasi bodong, begitu Dul?"

"Bukan, jika uang tersebut digunakan untuk hal-hal yang manfaatnya juga akan kembali ke anak, seperti yang sudah saya contohkan tadi. Lain hal, jika orang tua adalah seorang yang boros yang tak bijak dalam mengelola uang anak, sehingga mereka bukannya menggunakan uang tersebut untuk hal-hal yang dibutuhkan, melainkan menghabiskannya untuk memfasilitasi keinginan-keinginan mereka sendiri. Jika demikian adanya maka wajar jika kemudian muncul kecurigaan-kecurigaan semacam tadi."

"Kesimpulannya, karena latar belakang keadaan anak dan orang tua tidaklah sama pada setiap keluarga, maka kita pun tidak bisa mengambil kesimpulan secara global atau kalau dalam istilah Bahasa Jawanya dengan cara 'gebyah uyah'. Akan tetapi, terlebih dahulu sebaiknya kita harus memahami konteks dan latar belakang masalah yang mengiringinya baru kemudian kita bisa menyusun analisis dan kesimpulan yang akurat dari sebuah kasus tertentu."

"Jadi, begitu ya Dul. Sebuah kesimpulan yang menarik dan saya kira lebih seimbang untuk kedua belah pihak tadi."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun