Begitu ia mendekati dan memandangi wajah-wajah mereka itu satu per satu, ia pun menjadi terkenang akan peristiwa sekian tahun yang lalu, di saat saudara-saudaranya itu telah membuangnya ke dalam sumur.
Baca juga:Â Siasat Keji Saudara-saudara Yusuf
Ia berusaha menyembunyikan rasa kecewa atas mereka yang begitu dalam itu dengan serapat mungkin, sehingga yang tampak dalam pandangan mereka hanyalah sosok rupawan dengan sikap yang ramah saat menjamu para tamu.Â
Diantara saudaranya itu memandangi penampilan Yusuf yang tampak begitu anggun dan berwibawa, melukiskan bahwa sosok di depannya itu adalah bagian golongan bangsawan kerajaan.Â
Pada kesempatan itu, Yusuf pun menyapa dan bertanya tentang asal-usul dan kabar mengenai keluarga mereka. Mendapat pertanyaan yang terkesan mengakrabi ini, mereka pun bercerita dengan penuh antusias, sebab mereka merasa seakan mendapat perhatian lebih dari sang bangsawan yang tampak ramah saat menyiapkan kebutuhan pangan mereka.Â
Sambil menjamu saudara-saudaranya itu, Yusuf mengisyaratkan pada salah seorang pembantunya untuk mengembalikan seluruh barang yang telah mereka tukar dengan bahan makanan itu, tanpa sepengetahuan mereka sehingga mereka akan membawa pulang bahan makanan itu secara cuma-cuma.Â
Usai memenuhi segala kebutuhannya ini, mereka pun mohon diri padanya agar dapat segera kembali pada keluarga mereka. Dan sebelum berpisah, Yusuf pun berpesan pada mereka agar di masa berikutnya mereka bersedia untuk mengajak serta saudaranya yang lain, yakni Bunyamin, untuk ikut serta dalam rombongan mereka.
Untuk mempertegas permintaannya itu, Yusuf pun mengancam pada mereka bahwa jika mereka tidak mengindahkan permintaannya itu, maka ia takkan berkenan lagi untuk membagi bahan makanan itu pada mereka di masa kelak.Â
***
Sahabat, berdasarkan potongan kisah Nabi Yusuf di atas, kiranya kita dapat mengambil kesimpulan yakni begitu luhurnya sikap seseorang yang mampu memaafkan orang lain yang dahulu pernah menzaliminya. Dan alangkah lebih mulia lagi manakala pemberian maaf itu telah ia lakukan ketika orang yang pernah menzalimi itu belum sempat untuk memintanya.Â
Hal ini dikarenakan orang yang memiliki perilaku yang demikian tentunya telah memiliki kebesaran hati, kesabaran pada saat menerima perlakuan zalim dari pihak lain di masa terdahulu.Â