Tapi, ah sudahlah! Bertikai adalah satu-satunya selera dan gairah yang nampak dipermukaan kehidupan kita kiwari. Sebagai tamu Tuhan yang tengah di jamu (dengan keberkatan, kasih sayang, ampunan) kita bukanlah tamu yang tahu diri, tahu terima kasih dan tahu adab mertamu. Sebagai orang-orang modern yang berpikir efesien terhadap tiap waktu, peluang dan kesempatan hidup yang ada, kita adalah kesia-sian.
Masyarakat yang membusuk
Perbedaan suku, agama, kepercayaan, cara pandang, pilihan politik, mazhab dan sebagainya yang menjadi alasan atas pertikaiaan, permusuhan abadi, pembenaran atas segala kekerasan satu sama lain hingga pemusnahan adalah proses dimana masyarakat tengah membusuk.
Apa yang terjadi baru-baru ini pada kerusuhan 21-22 Mei 20019, adalah satu ledakan yang menjadi bagian dari penajaman perbedaan yang di amplifikasi terus menerus secara sadar dengan mula-mula 'membinatangkan satu sama lain sejak hampir lima tahun kebelakang (2014) -- Cebong dan Kampret.
Pada lanjutannya, setelah saling 'membinatangkan', sementara pikiran manusia telah terlanjur juga menempatkan dirinya sebagai makhluk yang lebih mulia kedudukannya dari binatang dan makhluk lainnya di jagat ini, maka satu sama lain akan memandang dengan sangat hina dan rendahan, untuk itu absah, legal, dibenarkan, digemakan 'peperangan', perlawanan dan kekerasan verbal non verbal, bahkan di cari dalil-dalil sucinya untuk makin leluasa  mengenyahkan satu sama lain.
Jaringan kehidupan yaitu keragaman robek menganga, busuk karena  dilanggengkan oleh masayarakat itu sendiri, oleh para oknum elit, oknum pembabar agama, terutama oknum politisi yang dasarnya busuk, haus kekuasaan dan kehormatan. Satu pemandangan masyarakat yang jauh dari akhlak.
Dibagian 10 hari  akhir bulan sucipadahal, adalah malam-malam hibernasi i'tikaf, adalah proses sterilisasi dari yang membusuk untuk kesembuhan selanjutnya.Â
Sebagai tamu yang dijamu, dengan asih  Nabi sang teladan memandu laku kita terhadap yang berbeda," Waqruu kibaarikum, war ham shigorakum, washiluu arhamakum, wahfadzu alsinatakum". Hormati orang yang lebih tua darimu, sayangi orang yang lebih muda darimu, sambungkan kasih sayang dan jagalah lidah-lidah kalian (dikutip dari khotbah Nabi menjelang Ramadan).
Adakah dan semoga silaturahim di moment Idul fitri, pembusukan kehidupan sosial itu adalah berarti pemulihan dan kesembuhan, bukan kerusakan menuju kepunahan.