Mohon tunggu...
Taryadi Sum
Taryadi Sum Mohon Tunggu... Insinyur - Taryadi Saja

Asal dari Sumedang, sekolah di Bandung, tinggal di Bogor dan kerja di Jakarta. Sampai sekarang masih penggemar Tahu Sumedang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hasil Memanusiawikan Penumpang KRL Jabodetabek

13 Januari 2012   18:14 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:55 687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak Desember 2011 lalu, spanduk-spanduk "memanusiawikan" penumpang KRL Jabodetabek telah dipajang oleh PTKAI di setiap stasiun kereta. Teknisnya adalah dengan meniadakan penumpang yang naik di atas atap kereta. Program ini memang sangat diperlukan mengingat puluhan orang tewas setiap tahun karena tersengat listrik yang berada sekitar 2 meter di atas atap gerbong itu. Terlepas dari kebandelan penumpang atap tersebut, sebenarnya kebijakan menghilangkan penumpang atap itu sudah dilakukan sejak lama, dari mulai dengan menertibkan di tiap stasiun sampai dengan menggunakan semprot warna. Namun penumpang atap tetap saja tidak bias diberantas, bahkan berani melawan petugas. JIka membaca spanduk-spanduk yang akan menggunakan moment 1 Januari 2012 untuk benar-benar menghilangkan penumpang atap, sungguh merupakan program yang sangat bagus jika disertai dengan tindakan nyatanya. Jika tidak, ini sangat mustahil dilaksanakan. Setelah 2 minggu sejak awal tahun 2012, penumpang atap ternyata masih tetap demikian. Jumlah keberangkatan keretapun tak ada kabar ditambah.

13264783061699568504
13264783061699568504
Malah yang terjadi justru sebaliknya, dengan sistem commuter line yang saat ini di jalankan, jangkauan kereta menjadi lebih jauh sehingga untuk bolak-balik membutuhkan waktu yang lebih lama. Jika sebelumnya kereta hanya beroperasi Bogor-Tanah Abang bolak-balik, kini trayeknya menjadi Bogor-Tanah Abang-Kampung Bandang-Jatinegara. Maka menjadi sangat ironi jika program "memanusiawikan" penumpang kereta hanya dengan memindahkan penumpang dari atap ke gerbong yang penuh sesaknya yang juga sudah tidak manusiawi. Gerbong kereta ekonomi pagi dari Bogor memang sangat tidak manusiawi karena penumpang yang naik diperkirakan lebih dari 300% daya angkut kereta sehingga selain selain desak-desakan seperti berburu masuk stadion, copet dan pelecehan seksualpun selalu terjadi di sana. Padahal, program memanusiawikan penumpang kereta dengan menghilangkan penumpang yang naik di atap mungkin dapat terlaksana  jika PTKAI menyediakan 4 atau 5 kereta ekonomi tambahan, pagi-pagi dari Bogor dan sore dari Jakarta.

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun