Mohon tunggu...
Darkim bin Arsabesari
Darkim bin Arsabesari Mohon Tunggu... Pengangguran Terselubung

Lupakanlah! Hanya sebuah nama

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi: Anak Mauridhuri

21 Juni 2025   07:13 Diperbarui: 21 Juni 2025   07:13 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi buah hati/sumber: pixabay.com

Petang tiba sebelum ukiran lembayung layu, jejak kaki seorang anak menapak pelataran langit merah. Cantik wajahnya, lembut suara. Bernyanyi-nyanyi kecil diantara kepak sayap merpati dan burung dara.

Siapa tega menyia-nyiakan anugerah, bak mutiara berharga, semestinya ada ruang aman bagi anak tercinta. Jangan biarkan lingkungan mencengkeram kenakalan, apalagi uap pelecehan mudah menyebar.

Lindungi buah hati segenap perasaan, biarkan ia tumbuh menghias peradaban. Wajah tak berdosa mencerminkan harapan, pada siapa pucuk pimpinan akan menular. Sepuluh tahun lagi, dua puluh tahun kemudian.

Hanya durjana siap menancapkan taring tajam, mengoyak-ngoyak harapan, mencabik tunas muda sebagai korban. Tegakah kita menjerumuskan buah hati dalam jurang kehancuran.

Biarkan yang muda menentukan masa depan, tugas kita hanya memastikan.

#####

Baganbatu, 21 juni 2025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun