Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi Hari Kemerdekaan [Bahagian 4] : Pemimpin Kebangsaan

5 Agustus 2022   07:00 Diperbarui: 5 Agustus 2022   07:05 351
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika Hatta masih ada bersama kita, akan ku pilih beliau menjadi pemimpin bangsa.

Sosok sederhana dengan kejujuran sempurna, bisa membedakan mana kepentingan rakyat, mana kepentingan sesaat. Mampu mengelolah kekayaan negeri demi kemakmuran, tak suka mengumbar janji apalagi berkata sumpah tanpa pembuktian. Sederhana apa adanya, tidak rakus kekuasaan apalagi kekayaan.

Jika jenderal Hoegeng masih ada bersama kita, akan ku pilih beliau menjadi pemimpin bangsa.

Tegas tak mempan suapan, teguh memegang prinsip demi keadilan. Mampu membedakan mana tugas dan kepentingan pribadi, mampu tegak lurus ketika kiri-kanan asik bermain korupsi. Tak pernah lalai mengabdi untuk negeri, tidak pernah mencuri meskipun kunci perbendaharaan kekayaan negeri beliau kuasai.

Jika Lopa masih ada bersama kita, akan ku pilih beliau menjadi pemimpin bangsa.

Mampu menegakan hukum demi keadilan, tak pernah mundur meski nyawa harus terkorban. Tidak pernah menjadikan jabatan sebagai ajang menumpuk kekayaan, tidak pernah menjadikan kekuasaan untuk menumbuhkan dinasti bagi anak-istri. Katakan yang benar itu benar, katakan yang salah itu salah.

Aku rindu sosok-sosok hebat seperti mereka.

Tidak akan pernah aku pilih politisi A, B,C, apalagi politisi D, menjadi pemimpin bangsa. Politisi-politisi jenis ini hanya menjadikan kekuasaan sebagai ajang memenuhi ambisi pribadi, menambah pundi-pundi untuk para kroni, menjadikan sahabat dekat dan keluarga sebagai pengusung dinasti. Orang-orang politik seperti inilah yang menjadikan negeri ini mengalami pembusukan dalam segala hal. Polarisasi terjadi, politik indentitas semakin membumi, korupsi merajalela seumpama cendawan di musim hujan, kekayaan negeri belum bisa memakmurkan.

Mengapa Indonesia belum mampu swasembada pangan?

Mengapa Indonesia belum bisa mewujudkan keadilan sosial?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun