Hendak menangis, Engkau tahu rasanya mengalirkan airmata? seperti menenggelamkan sebongkah hati kedalam panasnya lahar membara. Sementara, semua saluran tempat menuangkan rasa telah musnah, tertutup rapat adonan kepentingan tidak bermakna. Lebih gelap, teramat sengsara jika satu persatu kisah mesti tertata rapi di atas meja.
Kadang bergelut dengan kuah santan, berjibaku angkuhnya serbuan sambal, lebih sering bertabrakan dengan aneka menu kekinian, Eropa, Amerika, Korea, hanya sesekali bertemu pucuk daun singkong atau lalap kol petani anak negeri.
Penderitaan adalah penderitaan, siapa akan peduli. Ketika harus di suapkan ke mulut penjahat kelamin, menjadi menu pagi pejabat korupsi, menjadi sumber energi para pencoleng kekayaan bangsa ini. Jika rasa bersalah itu ada, jika rasa malu memang pernah menjadi penguasa tahtah, adakah butiran nasi adalah sumber utama segala dosa.
Kemana hendak mengadu, tembikar ulum telah remuk menjadi abu, wajan dan periuk melepuuh di peluk perapian. Tiada teman, tiada tempat sekedar melelehkan kepedihan.
###########
Baganbatu, sudikah pembaca mengingatkanku hal waktu?