Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: Jendela Berkabut Mimpi Menyerupai

9 Desember 2020   06:46 Diperbarui: 9 Desember 2020   06:46 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menanti. Menantimu lewat deretan pesan singkat, mengharap huruf pertama adalah gambaran rasa suka.

Terlalu lama, butiran embun memberontak penuh iba. Panas merambat melelehkan raga, angin mendatangi dengan kuku tajam mencabik rasa.

Hampir mati, detak kelopak mewangi terkulai ke bumi, mimpi dan janji betebaran menghiasi tanah suci.

Sampai kapan,  kabut tipis mulai menghitam, rintik hujan tertahan di antara keraguan dan kekecewaan.

Tetap menanti, tetap sendiri melawan rayuan hayal. Membiarkan raga tersakiti dalam diam, dalam pengharapan.

Tidakkah engkau memiliki hak untuk menentukan?

****

Bagan batu, desember 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun