Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Matinya Sahabat Sejati

1 Juni 2020   06:43 Diperbarui: 1 Juni 2020   07:04 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Satu persatu gugur dalam perjalanan, dada berlubang tertembus peluru moncong senapan. Yang tertinggal hanya alas kaki penuh bercak lumpur di setiap sisi, tetes air mata yang mulai mengering, jeritan pedih melolong tinggi.

Satu persatu mengukir nama di atas batu nisan, beraksara mahadewa, beraroma cendana, bertutupkan kain sobekan bendera.

Hilang di terbangkan angin, menguar menuju langit malam, meresap kedalam tanah tak bercela, hingga tiada tersisa hendak berbagi cerita, tak berbekas ketika menjadi monumen sejarah.

Meringkuk di pergantian waktu, membeku di permainkan musim. Menggigil kala hujan memanggil dalam dingin. Matinya sahabat sejati adalah kemalangan tak terkira, seperti matahari terbit dari barat adanya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun