Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Surat-surat Kelebu Layang

22 April 2020   20:49 Diperbarui: 22 April 2020   20:53 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tuliskan untuku rangkaian kalimat azimat, butiran salju sebagai tinta, putik bunga kayangan sebagai pena.

Jabarkan untuku sebuah kisah, jalma manungsa berderajat dewa, atau cerita si buruk  rupa mendambah purnama.

Tuliskan dengan jelas tetes air mata, canda tawa penuh gairah rasa. Biarkan ia mewujud dalam titik dan koma, mengalir seiring aksara berbaris mesra.

Satu paragraf memenuhi angkasa makna, butiran kebijaksasanaan tertera di baris pembuka. A menggandeng B mencipta suasana, H mendampingi E hadirkan frasa

Jangan hentikan sebelum kertas mendengar, jangan sungkan memuji sebagai kiasan. Kata-kata memuja, kata-kata memanggil ruh kesejatian paradigma

Akhiri ketika aku menuntutmu menceritakan takdir, buang tinta dan pena ketika kitab suci hendak di sanggah. Hentikan dengan segera!

Tanganmu pasti gemetar, jantung dan paru-paru hampir meledak. Sobek kertas ini dan lemparkan kepada gelap, salinanya tertera pada batu nisan di bawah rimbun kamboja

Bagan batu, April 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun