Tuliskan untuku rangkaian kalimat azimat, butiran salju sebagai tinta, putik bunga kayangan sebagai pena.
Jabarkan untuku sebuah kisah, jalma manungsa berderajat dewa, atau cerita si buruk  rupa mendambah purnama.
Tuliskan dengan jelas tetes air mata, canda tawa penuh gairah rasa. Biarkan ia mewujud dalam titik dan koma, mengalir seiring aksara berbaris mesra.
Satu paragraf memenuhi angkasa makna, butiran kebijaksasanaan tertera di baris pembuka. A menggandeng B mencipta suasana, H mendampingi E hadirkan frasa
Jangan hentikan sebelum kertas mendengar, jangan sungkan memuji sebagai kiasan. Kata-kata memuja, kata-kata memanggil ruh kesejatian paradigma
Akhiri ketika aku menuntutmu menceritakan takdir, buang tinta dan pena ketika kitab suci hendak di sanggah. Hentikan dengan segera!
Tanganmu pasti gemetar, jantung dan paru-paru hampir meledak. Sobek kertas ini dan lemparkan kepada gelap, salinanya tertera pada batu nisan di bawah rimbun kamboja
Bagan batu, April 2020