Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puisi | Yang Terucap

19 Desember 2019   13:02 Diperbarui: 19 Desember 2019   13:13 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kata-kata telah sejak lama menjadi jembatan, menghubungkan dua jiwa di batasi sungai perbedaan, menyatukan rasa ketika ombak pasang meninggi hendak jadi penghalang. Kata-kara rela menjadi apa saja, asalkan tuan pemilik hati terlaksana kehendaknya

Tapi jauh di ujung dunia sana, kata-kata telah menjelma sebentuk iblis tak berwadah. Mengiris hati dengan perantaraan lidah, membakar dan menghancurkan dengan dalih kata perjuangan. Kata-kata menghancurkan yang seharusnya di kokohkan, merubuhkan cinta yang di maknai penghianatan

Kata-kata hanya hamba menjunjung titah, setia melakukan setiap kehendak sesuka pemiliknya, rela di peralat deni pemuas nafsu siapa tuanya. Siapa peduli kata-kata tak rela di peralat? Siapa menanggung iba bila kata-kata menangis menyesali kodrat.

Apa yang terucap akhirnya menunaikan, apa yang tersurat pada masanya kan kadaluwarsa maknanya. Kata-kata pernah mati berulang kali tapi hidup kembali, kata-kata telah berganti jubah miliaran kali

Tapi kata-kata hanya hamba dari perintah tuanya, suka atau tidak suka itulah takdir pada akhirnya

Bagan batu di suatu siang

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun