Kata-kata telah sejak lama menjadi jembatan, menghubungkan dua jiwa di batasi sungai perbedaan, menyatukan rasa ketika ombak pasang meninggi hendak jadi penghalang. Kata-kara rela menjadi apa saja, asalkan tuan pemilik hati terlaksana kehendaknya
Tapi jauh di ujung dunia sana, kata-kata telah menjelma sebentuk iblis tak berwadah. Mengiris hati dengan perantaraan lidah, membakar dan menghancurkan dengan dalih kata perjuangan. Kata-kata menghancurkan yang seharusnya di kokohkan, merubuhkan cinta yang di maknai penghianatan
Kata-kata hanya hamba menjunjung titah, setia melakukan setiap kehendak sesuka pemiliknya, rela di peralat deni pemuas nafsu siapa tuanya. Siapa peduli kata-kata tak rela di peralat? Siapa menanggung iba bila kata-kata menangis menyesali kodrat.
Apa yang terucap akhirnya menunaikan, apa yang tersurat pada masanya kan kadaluwarsa maknanya. Kata-kata pernah mati berulang kali tapi hidup kembali, kata-kata telah berganti jubah miliaran kali
Tapi kata-kata hanya hamba dari perintah tuanya, suka atau tidak suka itulah takdir pada akhirnya
Bagan batu di suatu siang