Mohon tunggu...
Kang Marakara
Kang Marakara Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengangguran Terselubung

Belajar dan mengamalkan.hinalah aku,bila itu membuatmu bahagia.aku tidak hidup dari puja-pujimu

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Memahami Renungan Air Jernih Menghempas Ketinggian

5 November 2019   05:51 Diperbarui: 5 November 2019   05:53 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suara-suara bergemuruh memecah beku, angin mengitari seakan ingin tahu, berjuta kali kejadian berulang, entah berapa episode kehidupan di jalankan. Kadang tenang ketika kemarau menjelang, kadang garang saat curahan langit menghantam

Suara-suara gemericik lembut menusuk hati, memberi kabar indah tentang kedamaian, kupu-kupu menikmati dari kejauhan, pelangi kadang rindu untuk bertandang. Tak cukup sehari semalam hadirkan kesyahduan, rasa rindu dan cinta yang saling mengagungkan

Terhempas dan menghempas dari ketinggian, demi sebuah takdir tentang penciptaan, tak pernah terluka dan melukai, seakan rutinitas baku yang harus terjadi. Berulang terus berulang, terhempas mengukur ketinggian, jatuh ke dasar dengan hati ringan

Ikhlas ketika terjatuh, sabar ketika terulang, tak pernah menyesali nasib mesti sepanjang pengharapan. Buihnya tetap menyegarkan, iramanya menjadi nyanyian alam, gemericik dan gemuruh bukan persoalan, di sanjung atau di hinakan, senyum sambil terhempas tetap di pertontonkan

Bagan batu 5 november 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun