Mohon tunggu...
Gemawan Teduh
Gemawan Teduh Mohon Tunggu... Mr

Senang makan-makan susah minum-minum

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Suatu Saat Nanti

16 Maret 2019   16:45 Diperbarui: 16 Maret 2019   19:37 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diksiku masih bertelur
Ketika datang malam yang hujan dan basah
Butuh beberapa purnama untuk hangat mengeraminya agar menetas anak-anak kata imut dan menggemaskan
Agar tumbuh induk-induk kalimat bijak, bajik dan penuh kasih sayang

Suatu saat nanti
Tatkala kalimatku utuh dan dewasa
Akan kuternak sekawanan sajak cinta molek dipandang, menawan dibacakan di batang tubuh hatimu; di ruang keabadian
Sebagai ganti kuncup-kuncup puisi layu dan ranggas dari reranting hatimu

Suatu saat nanti
Manakala tiba musim semi
Sajak-sajak itu akan membiakkan kata-kata menjadi kita,
Akan meluruh lara yang raung dan melesakkannya ke perut ruang

Pada saat kamu serupa Petapa Sakti dalam goa-goa aksara, dalam rerindang paragraf, dalam rerimbun alinea dan dalam semak-semak kertas culas
Kamulah pantas yang abadi di antara prosa-prosa, sajak-sajak, dan puisi-puisi yang juga abadi

Bila saat itu tiba
Namaku adalah fana

Condet,160319

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun