Diksiku masih bertelur
Ketika datang malam yang hujan dan basah
Butuh beberapa purnama untuk hangat mengeraminya agar menetas anak-anak kata imut dan menggemaskan
Agar tumbuh induk-induk kalimat bijak, bajik dan penuh kasih sayang
Suatu saat nanti
Tatkala kalimatku utuh dan dewasa
Akan kuternak sekawanan sajak cinta molek dipandang, menawan dibacakan di batang tubuh hatimu; di ruang keabadian
Sebagai ganti kuncup-kuncup puisi layu dan ranggas dari reranting hatimu
Suatu saat nanti
Manakala tiba musim semi
Sajak-sajak itu akan membiakkan kata-kata menjadi kita,
Akan meluruh lara yang raung dan melesakkannya ke perut ruang
Pada saat kamu serupa Petapa Sakti dalam goa-goa aksara, dalam rerindang paragraf, dalam rerimbun alinea dan dalam semak-semak kertas culas
Kamulah pantas yang abadi di antara prosa-prosa, sajak-sajak, dan puisi-puisi yang juga abadi
Bila saat itu tiba
Namaku adalah fana
Condet,160319
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI