Mohon tunggu...
FX HendroW
FX HendroW Mohon Tunggu... Karyawan

Memberi warna lain dalam kehidupanku, lahir dan besar di kota Ambarawa dan mencari rejeki di Sangatta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mungkin karena di......

10 Agustus 2025   21:19 Diperbarui: 10 Agustus 2025   21:19 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di hari Selasa.
Dua hari sebelumnya kami sekeluarga ditambah seorang keponakan berkunjung ke kota terdekat dari Sangatta. Yup, kota Bontang. Perjalanan dari rumah kami mulai di jam 9.30 pagi. Jarak dari kota kami ke kota Bontang sekitar 60 km dan estimasi perjalanan sampai tempat tujuan diperkirakan memakan waktu 1 jam 30 menit. Jika beberapa tahun yang lalu pernah memecahkan rekor dengan 45 menit perjalanan dengan jarak tempuh yang sama, seiring dengan meningkatnya usia sepertinya mulai dikurangi untuk menginjak gas terlalu dalam. Disamping karena faktor internal, ada pula dengan kondisi jalan yang belum sepenuhnya mulus serta kontur jalan yang sempit dan naik turun.
Tepat jam setengah 12 akhirnya kami sampai ditempat tujuan. Agak meleset sedikit dari estimasi awal. Tapi ya apa mau dikata, sudah terlalu tua untuk kembali ke masa muda heheheh. Setelah puas bermain, makan siang, serta belanja baju untuk keperluan tujuh belasan, kamipun beranjak pulang. Tidak ada acara istirahat sambil memejamkan mata sebentar, sungguh berbeda dengan kebiasaan di hari Minggu. Goodbye Bontang di jam 15.15 WITA.
Perjalanan pulang serasa lebih cepat, tiba-tiba sudah sampai di pusat oleh-oleh di daerah Kandolo. Sempat mampir sebentar untuk mencari buah tangan sekaligus membeli minuman khas bernama Sarabba. Minuman ini merupakan perpaduan antara jahe, gula merah, serta santan yang tidak kental. Sungguh kehangatan minuman ini mampu mengurangi rasa capek yang mendera. Beda memang kalau umur sudah uzur, kena angin AC mobil sedikit saja sudah mulai sakit. Kalah jauh dengan dahulu kala yang kalau dirumah selalu buka baju dan diguyur oleh hembusan kipas angin langsung mengarah ke badan.
Dari kejauhan sudah nampak jajaran rumah disebelah kiri jalan yang menandakan bahwa kota kami sudah dekat. Masih sore saat kami mulai merapat lagi ke kota ini. Kota berjuta harapan serta impian sebagian orang termasuk aku.
Badan sudah seperti remuk tatkala aku mulai menindahkan barang-barang bawaan menuju kedalam rumah. Setelah beres semua, aku mencoba beristirahat di kursi panjang dengan posisi seperti tidur di kasur. Sungguh nikmat rasanya dapat pulang dan tidur di rumah sendiri. Dua jam berlalu sampai akhirnya kuterbangun dan melangkah pelan menuju kamar mandi. Jujur saat itu mata masih ngantuk dan badan belum sepenuhnya pulih. Setelah beres mandi dan berpakaian santai lagi, barulah aku menuju ke kamar untuk benar-benar terpejam sampai pagi.
Hari Senin pun menyapa.
Kesibukan demi kesibukan kulalui dari pagi hingga sore hari. Karena belum 100 persen fit, setelah sampai dirumah aktifitas hanya sebatas mandi dan terpejam kembali.
Hari Selasa menyapa.
Badan sudah kembali berenergi, bisa kembali beraktifitas lebih lancar dari kemarin, mungkin karena hutang tidur sudah lunas. Tapi tunggu dulu,saat sore menyapa, tiada angin dan tiada hujan tiba-tiba badan ini terasa tidak nyaman, punggung rasanya seperti ada banyak angin terjebak, dan seperti bernafas agak kurang nyaman. Akupun duduk, dan setelah selesai istirahat sejenak di bangku kerjaku, akupun minum air hangat sedikit lebih banyak dari hari-hari sebelumnya. Tepar ini, pikirku. Tapi aku gak ingin menyerah. Setibanya dirumah, langsung bergegas ke kamar mandi. Usai mandi, kubuka pintu lemari es untuk mencari persediaan jahe emprit. Dengan sedikit usaha akhirnya rebusan jahe tanpa gulapun tersedia. Segera kumeminumnya tanpa menunggu waktu lama karena takut keburu dingin. Ah, hangatnya. Dan akupun kembali tertidur.
Keesokan paginya.
Badan benar-benar fit kembali.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun