Liburan kenaikan kelas tahun ajaran 2024/2025 sudah usai. Saatnya melangkah kembali untuk belajar lagi. But wait, ini bukan tentang liburan kemarin. Dan sayapun tidak ikut berlibur dengan mereka.
Satu dekade telah berlalu, saat kuteringat hari itu. Begini kisahku. Aku terlahir sebagai sulung dari 3 bersaudara, kedua adikku juga sudah berkeluarga. Sebulan sebelum kepulanganku dari tanah rantau, plan liburan kami adalah seputara kota Ambarawa sampai Paris (Pantai Parangtritis). Hari pertama sampai hari ke 12 pun sdh kami jadwalkan dan alokasi dana juga sudah dipersiapkan. Termasuk diantaranya belanja di tempat wisata serta kuliner ditempat tersebut.Â
H-2 keberangkatan ke Balikpapan, ada kabar kurang nyaman dari maskapai bahwa penerbangan pagi dicancel dan akan dijadikan satu dengan penerbangan sore hari. Panik? Sedikit tapi ya sudahlah karena terlanjur juga tiket travel di H-1 keberangkatan di malam hari. Berlanjut ke hari yang dinantipun tiba, saatnya berangkat naik travel salah satu agen perjalanan yang melayani rute dari tempat kami tinggal saat itu menuju bandara terdekat yaitu Balikpapan. Saat itu perjalanan ditempuh dengan waktu kurang lebih 8 jam (sudah termasuk istirahat makan di pertengahan jalan). Karena belum sempat mencari penginapan untuk singgah sembari menunggu waktu naik pesawat di sore hari maka saat istirahat makan aku mencoba bernegosiasi dengan sopir travelnya. Minta tolong dicarikan penginapan yang terjangkau seputaran bandara Balikpapan. Sampai akhirnya setelah menurunkan beberapa penumpang di bandara, kamipun dicarikan penginapan yang harga terjangkau tetapi nyaman untuk keluarga. Padahal sebenarnya setelah dapat SMS dari maskapai tempo hari, aku coba hubungi saudara yang tinggal di Balikpapan untuk sekedar menumpang mandi dan beliau sangat senang jika kami sudi mampir ke kediamannya. Tapi setelah dipikir pikir di jalan, kurang nyaman juga jika pagi-pagi sudah bertamu (padahal sebenarnya beliau orangnya sangat baik dan humble). Sebentar beristirahat kamipun menghubungi saudara yang disana dan menyampaikan maaf karena tidak jadi mampir kerumah, namun akhirnya beliau malah datang ke penginapan dan bersedia mengantar jemput ke bandara. Wah, memang rejeki tak kan kemana heehhe.
Tepat pukul 14.00 Wita, kamipun sampai di Bandara Sepinggan Balikpapan kala itu, setelah berpamitan dengan beliau kamipun melangkah menuju pintu masuk untuk check in dan menuju ke ruang tunggu. Dalam bayanganku, selangkah lagi kami akan sampai di Ambarawa, kota yang sejuk ditengah gunung yang mengitarinya.Â
Jam 18.00 WIB, pesawat yang kami tumpangipun mendarat dengan mulus di Bandara Ahmad Yani Semarang, tinggal 45 menit lewat jalan tol Semarang Bawen tidaklah terasa. Di pintu kedatangan sudah ada adikku bersama anak laki-lakinya yang saat itu masih berumur 5 tahunan sudah melambaikan tangannya. Hah, senang rasanya kembali lagi berlibur dan bertemu orang tua serta saudara.Â
Dan liburan yang sesungguhnya dimulai di hari itu, belum juga sampai dirumah sudah belok cari makan dan tak lupa kami bungkus untuk dibawa kerumah untuk keluarga yang tidak menjemput kami. Setibanya dirumah, kami disambut hangat oleh kedua orang tua. Pelukan hangat dan tangisan bahagia pun mengalir, padahal tahun lalu baru saja kami pulang. Agenda pulang kampung sekaligus liburan memang tiap tahun diadakan. Karena kami jauh, agar anak lebih mengenal kerabat-kerabatnya serta lebih hangat dalam bersaudara.Â
Udara malam itu sungguh dingin yang menusuk sampai ke tulang, maklum kota yang kami tinggali saat ini terkesan panas bahkan saat panas terik bisa mencapai 34C sedangkan di Ambarawa sangatlah sejuk kala itu. Kembali kutarik selimutku. Pagi itu seperti biasa aku bangun jam 7 pagi sedangkan istri dan ibuku sudah mulai memasak didapur, tidak kutahu bahwa mereka sudah pulang dari pasar. Kebetulan jarak antara rumah dengan pasar hanya sekitar 400-an meter dan biasa ditempuh hanya dengan berjalan kaki selama 10 menitan saja. Sambil berbincang kamipun mulai mematangkan rencana liburan ke Jogja hari minggu nanti. Satu persatu adik-adik mulai berdatangan, karena jarak rumah mereka dengan rumah ini lumayan jauh. Kesepakatan akhirnya terjadi, tujuan pertama adalah candi Borobudur, dilanjutkan ke Pantai Parangtritis dan berakhir di Malioboro dan berangkat pada hari sabtu, bukan minggu seperti di rencana awal.Â
Haripun berlalu.
Sabtu pagi kamipun bersiap, aku bertiga dengan istri dan anak, adikku yang perempuan bersama anaknya dan suami (kebetulan dia yang akan menjadi drivernya, karena dari kami bersaudara belum ada yang bisa nyetir selain dia pastinya), adikku laki-laki beserta istrinya serta ibu kami. Sementara bapak tidak pernah mau ikut karena ada beberapa hewan peliharaan berupa unggas yang lebih disayang dibanding kami heheheh.
Rencana awal keberangkatan jam 8 pagi molor menjadi jam 10.30 dikarenakan masak dulu untuk bekal, padahal saat itu sudah aku kasih tahu kalau nanti kulinernya di warung saja, karena kami sekeluarga kangen dengan hidangan khas disana. Tapi nasi sudah menjadi bubur, tunggu masakan rampung semua.Â
Dan setelah semua perlengkapan dan perbekalan masuk, kamipun masuk ke mobil yang kami sewa tanpa sopir. Di deret depan (sopir) ada adikku perempuan sekeluarga, deret kedua kami bertiga, dan deret belakang adik laki-laki beserta istri dan ibu kami.