Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengapa Waktu Kadang Begitu Cepat atau Begitu Lambat Berlalu?

17 Juni 2020   05:30 Diperbarui: 17 Juni 2020   05:56 600
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

**

APAKAH WAKTU KITA MELAMBAT? ATAU JUSTRU LEBIH CEPAT

____________

Alasan waktu lebih cepat berlalu bagi orang yang bahagia adalah jawaban rasional yang sangat klise. Semua orang juga sepertinya tahu akan hal itu.

Tapi waktu gak pernah melambat, atau juga tidak berjalan lebih cepat. Kecuali jika teori relativitas bisa diamalkan. Dan kita mampu bergerak mendahului cahaya.

Atau kita sejenak nostalgia dengan film Interstellar. Dan seolah jadi aktor di film itu. Atau film yang lebih lawas, seperti Time Machine. Dunia fantasi tentang imajinasi sungguh tak mengenal rambu-rambu...

Dan apakah benar waktu itu konstan? Mengapa seminggu ini berlalu bagaikan sehari? Tahu-tahu sudah hari Minggu lagi.

Tapi dimanapun juga sehari ya dua puluh empat jam...

Maka apa yang ditulis oleh Arvan Pradiansyah di pengantar buku Life is Beautiful edisi baru ini ada benarnya.

"Tetapi ternyata hidup ini bukanlah persoalan fakta, bukan juga soal realitas. Hidup adalah persoalan 'merasa'. Dan kebahagiaan sesungguhnya adalah masalah 'merasa'. Jadi dalam hidup ini fakta atau realitas sesungguhnya kalah penting dibandingkan dengan perasaan kita. Yang menentukan kebahagiaan kita adalah 'perasaan' kita bukan 'faktanya'.

Jadi, ketika ada orang yang berkata bahwa waktu berjalan begitu cepat, pada saat yang sama pasti ada orang yang sedang mengeluh mengapa waktu berjalan begitu lama."

Sisi dan sudut pandang kita dalam menikmati sesuatu kadang mempengaruhi. Rasa kopi tak pernah berubah. Namun saat kopi dinikmati ketika hujan turun, ditemani lagu yang mengusik kenangan, diminum bersama dengan seseorang, maka kopi itu akan "terasa" lebih nikmat. Hanya "terasa". Sebab hakikatnya rasa kopi tak pernah berubah, sejak dulu.

Apa yang membuat pemandangan nampak keruh dan kusam, kadang bukanlah kenyataan. Di luar cuaca begitu cerah dan udara begitu sejuk. Namun sayang kaca jendela kita sungguh kotor. Hingga pemandangan jadi "kelihatan" tak menyenangkan. Padahal sejak dulu pemandangan gak pernah salah. Tak pernah berubah. Suasana hati kita saja yang kadang resah. Kadang sedih, kadang bosan, hingga mempengaruhi sudut pandang.

"Kesulitan hidup adalah sebuah fakta. Tapi kesulitan hidup juga adalah sebuah perasaan. Dan sesungguhnya kesulitan hidup sebagai sebuah 'perasaan' jauh lebih menentukan kebahagiaan kita ketimbang 'faktanya'.

Jadi walaupun faktanya adalah kesulitan hidup tetapi ada orang yang 'merasa' sedih dan berduka tetapi di lain pihak ada juga orang yang menghadapi 'fakta' yang sama tetapi malah 'merasa' tertantang dan bersemangat untuk menciptakan masa depan yang lebih baik." (Pengantar buku Life is Beautiful)

Maka yang perlu kita perhatikan dan benahi sebelum memandang sesuatu adalah pikiran kita sendiri terlebih dahulu.

Bagaimana menurut anda nasihat ini?

"Seorang guru spiritual di Ubud pernah bertanya, 'Mengapa banyak orang yang punya masalah pada akhirnya hidup mereka menjadi menderita dan tidak bahagia?'

Lalu setelah semua orang ramai menjawab, beliau berkata, 'karena jika kita mengalami masalah kebanyakan orang selalu mencari 'Jalan Keluar' dan bukannya 'Jalan Ke Dalam'.

Ya! jalan ke dalam diri kita, ke dalam pikiran dan hati nurani kita. Pergilah ke dalam dan bukan keluar, karena sesungguhnya di dalam keheningan hati kitalah tersedia semua jawaban dan solusi bagi semua persoalan yang kita hadapi."

Kalau bayangan di cermin itu kotor, jangan buru-buru menyalahkan gambar di dalam cermin itu. Bersihkan dulu kaca cerminmu itu, barangkali kaca milikmu yang kotor.

Yah... Sebab dunia ini sebetulnya konstan. Masalah hidup juga sebenarnya ya itu-itu saja. Berbagai macam kesedihan dan kebahagiaan juga jenisnya kurang lebih sama. Tapi jika diakumulasikan dalam tingkat yang beragam, akan menghasilkan hasil akhir yang mengejutkan.

Kebahagiaan merupakan akumulasi dari faktor internal dan eksternal. Misalnya, makanan seenak apapun (faktor eksternal) gak akan terasa nikmat ketika dimakan saat sedang sakit (faktor internal).

Katanya uang gak bisa membeli kebahagian? Iya memang. Tapi kita juga sebenarnya butuh lingkungan yang menyenangkan untuk menciptakan kebahagiaan dalam diri. Dan uang hanyalah perantara untuk menciptakan lingkungan yang kita harapkan. Tapi gak selamanya itu akan berhasil. Sebab keluarga dan sahabat juga termasuk perantara menciptakan suasana yang bahagia. Dan itu gak bisa dibeli.

Sudah meraih cita-cita, kemudian merasa punya banyak uang dan kekayaan, tapi gak kunjung bahagia? Berarti mungkin ada yang salah dalam diri kita sendiri.

"Hidup yang indah bukanlah sebuah puisi ataupun ungkapan yang berlebihan. Hidup yang indah bukanlah kata-kata yang dikemas untuk menghibur orang-orang yang 'kurang beruntung'. Hidup yang indah adalah suatu kenyataan, sesuatu yang real, sesuatu yang bisa kita nikmati setiap hari... bahkan setiap saat."

Andaikan kita selalu tahu caranya. Dengan bisa menciptakan kebahagiaan dari dalam diri dan di lingkungan kita. Tak harus selalu dengan uang atau pencapaian akan suatu hal, tentunya...

Makanya, kadang kita hanya lelah. Atau letih. Butuh istirahat. Dan butuh tidur sejenak...

***

Wallahu a'lam...

***

12 dan 13 Juni 2020 M.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun