Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Teknik Lipogram dalam Menulis dan Kisah-kisah Indah tentang Seni Bertutur Kata

19 Mei 2020   04:00 Diperbarui: 19 Mei 2020   04:05 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

CATATAN TENTANG LIPOGRAM DAN KEINDAHAN SENI TUTUR KATA DAN SENI TULIS

Sesekali saya senang menulis hal semacam ini untuk menghibur diri. Membaca hal-hal yang terdengar aneh dan menarik. Lalu sadar dan tersenyum, betapa unik ragam kehidupan di dunia ini.

Menulis dan bicara itu sendiri butuh ketrampilan. Lalu mengubah tulisan dan kalimat itu menjadi memiliki nilai "kepuasan" tersendiri, juga butuh ketrampilan lain pula. Bakat diatas sebuah bakat.

***

Ini adalah kisah luar biasa khutbah Sayyidina Ali Karromaallahuwajhah. Beliau dipuji oleh nabi Muhammad Shalallahu'alaihiwasallam sebagai pintu ilmu pengetahuan. Tidak diragukan lagi kecerdasan beliau.

Anda pernah mendengar kisah sahabat Ali bin Abi Thalib Karomaallahuwajhah yang melaksanakan khutbah muniqoh? Itu kisah yang terkenal dalam kitab Nahjul Balaghoh.

Maksudnya khutbah itu ya, sepaham saya, bukan kok seperti bayangan khutbah Jumat. Khutbah itu kan bahasa Arab. Maksudnya pidato atau bicara di depan umum. Dalam versi kitab tadi, beliau sahabat Ali karramallahuwajhah suatu hari sedang mengobrol. Terus dalam obrolan hangat itu, membahas kira-kira huruf apa yang paling sering digunakan dalam percakapan sehari-hari dan sulit dihindari?

Nha, ternyata itu adalah huruf Alif.

Tapi faktanya, sahabat Ali karramallahuwajhah mampu membuktikan, seketika itu juga, meskipun tanpa persiapan apapun sebelumnya, ternyata beliau mampu untuk menghindari huruf Alif dalam sebuah pidato spontan super panjang yang tanpa teks sekalipun.

Padahal kita tahu, Alif dan turunannya, seperti hamzah washal, hamzah qath', dan lain-lain itu sebenarnya termasuk huruf yang sulit dihindari dalam komunikasi sehari-hari.

Khutbah muniqoh itu kan istilah. Seperti istilahnya masalah mimbariyyah yang terkenal itu dalam ilmu mawaris itu.

Dalam khutbah muniqoh beliau mampu menghindari pemakaian huruf Alif. Artinya tidak ada satu Alif pun dalam khutbah panjang beliau yang sekitar sekitar tujuh ribu kata. Ini gak mbahas isi pidato beliau apa. Ini mbahas seninya. Anda bisa gak, pidato spontan, dan di naskah pidato itu gak huruf A misalnya?

Dan tidak hanya sekali itu saja, beliau konon juga pernah menyusun khutbah lain tanpa huruf "Ta". Bahkan konon pernah juga tanpa satupun huruf Hijaiyah yang bertitik. Seperti Ba Ta Sta Jim Kho dan seterusnya. Tapi saya kurang tahu seperti apa kisah persisnya. Ya gak semua peristiwa itu terbukukan dalam sejarah. Pasti ada kejadian yang luput ditulis sejarawan, hingga akhirnya dilupakan dunia.

Mungkin hal semacam itu kalau dilakukan sambil menulis akan mudah, karena bisa sambil berhenti dan mikir dulu jika belum ketemu diksinya. "Pakai kalimat apa ya?" Berhenti dulu sejenak. Jalan-jalan dulu. Cari inspirasi dulu. Ngopi dulu, atau lihat televisi dulu.

Tapi kalau yang seperti sahabat Ali karramallahuwajhah akan sulit jika gak benar-benar ahli. Sebab dilakukan spontan. Tanpa persiapan. Gak mikir lagi. Langsung sekaligus dan seketika menyusun kalimat panjang, di depan umum pula.

Membuktikan kalau beliau ini benar-benar cerdas dalam masalah kemampuan linguistik verbal. Jago olah mengolah kata-kata.

***

Lain sahabat Ali karamallahuwajhah, lain pula Syaikh Washil bin Atho'. Beliau ini ulama besar paham Mu'tazilah. Tapi kisah untold story beliau luar biasa. Beliau ini selain cerdas, ulama tauhid, juga ahli bahasa. Ahli sastra. Ahli linguistik pula.

Kisahnya unik. Soalnya beliau adalah salah satu orang di dunia ini yang mampu terus menerus menghindari huruf "Ra" dalam percakapan sehari-hari.

Bukan sehari dua hari. Tapi bisa dikatakan seumur hidup. Ya mungkin gak benar-benar seumur hidup, mungkin mulai menginjak usia berapa tahun setelah jadi tokoh terkenal. Atau bagaimana, kurang paham detilnya.

Kok bisa-bisanya? Ternyata --nuwun sewunya--  beliau ini cadel. Atau lutsghah kalau bahasa Arabnya. Gak bisa mengungkapkan huruf Ra dengan baik.

Hebatnya, berkat bakat dan kepiawaian beliau, cadel tidak sama sekali menjadi penghambat dalam komunikasi sehari-hari beliau. Beliau ini adalah orang yang selalu mampu untuk menghindar dari kalimat apapun yang ada huruf Ra nya.

Bisakah? Ya bisa. Beliau soalnya jago sastra, jago linguistik dan ahli bahasa Arab. Ditambah lagi, sudah terbiasa untuk mengucapkan kata tanpa huruf Ra dalam kehidupan sehari-hari.

Maka kisah-kisah keseharian Syaikh Washil bin Atho' ini kadang unik. Pastinya penuh kontroversi juga. Soalnya pembesar Mu'tazilah.

Seperti ketika suatu saat, beliau pernah mau "dikerjai" oleh orang-orang. Saya kutip kisah ini dari tulisan KH. Afifuddin Dimyathi.

Suatu hari Syaikh Washil bin Atho' lewat di suatu majlis. Orang-orang disitu mengejek dan meremehkan beliau tentang cadel nya itu. Sampai ada yang nantang begini kira-kira begini,

"Bisa gak sampean ngomong ini?

"

Itu kalimat yang super penuh huruf Ra. Setiap katanya ada huruf Ra.

Ibarat guyonan masa kecil saya yang sering saya ledekkan pada orang cadel, "ayo bisa gak kamu ngomong 'uler muter-muter nang pager...?'" hehehe...

Tapi Syaikh Washil bin Atho' ini cerdas. Bisa saja mengubah diksi kalimat itu tanpa mengurangi atau mengubah maknanya sedikit pun.

Dengan spontan Syaikh Washil bin Atho' njawabnya gini,

" ."

Tuh, gak ada huruf Ra sama sekali. Bisa saya bayangkan, orang yang tadinya niat mau ngerjain Syaikh Washil bin Atho', malah malu sendiri karena balik dikerjain. Hehehe...

Gak cuma satu, ada kisah lain lagi.

Entahlah mungkin beliau ini punya banyak haters atau gimana ya.. Tapi tetap gak masalah. Gak diambil pusing barangkali. Dibikin santai aja.

Suatu hari, beliau dikasih kertas, dan disuruh baca. Tahu isinya apa? Secarik kertas yang penuh dengan kalimat berhuruf Ra!

.

"amaRa amiRul umaRa, bihafRi bikRin fii qo'Ris shoRoo', yashRabu minhul haadhiRu wal musaafiRu..."

Perlu diterjemahkan gak? Hehehe... Gak usah lah ya. Isinya sih gak begitu penting sebenarnya. Tapi diksi kalimatnya itu loh.

Kalau saya mungkin akan mati kutu. Sudah tahu kalau beliau cadel, kok masih disuruh baca tulisan kayak gitu. Namanya jelas penghinaan kalau saya bilang. Hehehe...

Tapi bukan Syaikh Washil bin Atho' namanya kalau challenge tadi gak dijawab.

Tanpa ragu, beliau langsung membuang kertas tadi, lantas berdiri dan berkata dengan lancarnya dihadapan semua orang yang hadir,

.

Gak ada huruf Ra sama sekali. Dan itu kalau mau diterjemahkan artinya akan sama persis dengan isi surat tadi. Gak kurang dan gak lebih. Plek jiplek...!

Bisa dibayangkan dong, ekspresi orang yang ngasih challenge tadi? Maunya bikin malu, eh ternyata malah dibikin malu. Mbok ya kalau mau ngeprank orang itu lihat-lihat dulu, siapa orangnya. Hehehe...

Kemampuan beliau ini sangat mengagumkan kalau boleh saya bilang. Sudah terlatih. Saya kutip dari tulisan KH. Afifuddin Dimyathi lagi,

"Dikisahkan bahwa Syaikh Washil bin Atha' jika ingin mengatakan  (al-birr), ia menggantinya dengan  (al-qamhu) yang merupakan bahasa Arab Kufah atau (bahasa Arab Syam).

Kata (al-firasy) akan ia ganti dengan (al-madhja'), kata (al-mathar) akan ia ganti dengan (al-ghaits), kata (al-hafr) akan ia ganti dengan (an-nabs)."

Teknik seperti ini dalam sastra bahasa Arab katanya bernama Badi' Hafdz. Tapi saya kalau disuruh menjelaskan apa itu Badi' Hafdz gak bisa. Sudah lupa. Nadhoman 'Uqudul Juman saja gak rampung hafalannya. Wong itu tadi juga katanya.

Jadi memang ada ilmu dan teorinya tersendiri. Gak usah takut, jika ingin bisa seperti itu, bisa dipelajari. Dan bisa dilatih serta dibiasakan. Hehehe...

***

Dan tak cuma dalam "seni bertutur", yang ada istilah Badi' Hafdz untuk menghindari huruf tertentu dalam pengucapan kata. Di dunia tulis menulis malah ada istilah yang namanya lipogram. Kalau lipogram, adalah teknik menulis dengan menghindari huruf tertentu.

"Lipogram adalah gaya menulis suatu karangan (baik yang pendek maupun yang panjang) dengan cara menghindarkan penggunaan huruf tertentu." (Ini definisi yang saya temukan dalam tulisan mas Gustaf Kusno.)

Bisa kita bayangkan? Menulis kalimat atau bahkan buku yang gak ada huruf A misalnya. Atau E atau apalah. Kalau cuma huruf konsonan sih mungkin akan gampang. Nulis gak pakai huruf Y atau Z atau Q atau apalah.

Kalimat yang terkenal ini loh, "the quick brown fox jump over the lazy brown dog." Semua huruf alphabet ada di situ, kecuali huruf S. Anda bisa bikin yang kayak gitu satu? Mungkin saya harus bikin give away. Hehehe... 

Agak susah-susah gampang sih...

Tapi kalau buat sebuah buku tanpa huruf hidup sama sekali di dalamnya? Huruf yang sangat pokok seperti A atau E, itu sulitnya luar biasa. Otak harus bekerja dua kali. Mikir naskah, dan mikir konsep ide buku. Kemudian mikir mau pakai diksi apa yang gak ada huruf "terlarang"nya itu.

Helah, kurang kerjaan ya? Tapi kalau berhasil puas loh rasanya. Ada kebahagiaan tersendiri. Hehehe...

"Contoh lipogram yang paling mengagumkan dipelopori oleh Ernest Vincent Wright pada tahun 1939 yang menulis novel 'Gadsby' yang terdiri dari 50.000 kata tanpa satu pun menggunakan huruf 'e'. Kendati pun demikian, novel ini mengalir dengan mulus dan enak untuk dibaca dan diakui sebagai salah satu sastra terkemuka."

Membaca fakta semacam itu, saya jadi geleng-geleng kepala. "Wong kok cik kobere rek nulis model ngunu..."

Ternyata karya yang begitu gak cuma satu. Ada beberapa yang menyusul kemudian. Ada novel judulnya La Disparition. Isinya gak ada huruf E sama sekali. Ditulis oleh Georges Perec tahun 1969.

Masih kurang puas? Ada tulisan sastrawan Inggris terkenal Whiliam Shakespeare, yang kemudian diremake ulang. Karya Shakespeare berjudul Hamlet ditulis ulang dengan teknik lipogram tanpa huruf I oleh Gyles Brandreth. Silahkan googling aja untuk tahu bukunya seperti apa.

Itu di luar negeri. Kalau di Indonesia, setahu saya sudah ada novel "Cadl: sebuah novel tanpa huruf E." Tulisan sekitar 54.053 kata tanpa satupun huruf E di dalamnya. Wow... It's amazing.

Penulisnya Henry Triskadekaman. Dia sering sekali berbagi pengalaman di media sosial tentang kiat dan teknik menulis. Ini sebenarnya novel baru, terbitan Gramedia tahun 2020 M. Dan merupakan novel pertama dengan teknik lipogram di Indonesia yang saya tahu. (Saya doakan masuk MURI. Novel lipogram pertama di Indonesia. Hehehe.)

Luar biasa ya?

Kalau data diatas, novel Gadsby adalah karya tulis lipogram pertama di dunia. Tunggu dulu... Anda harus baca ini. Ada yang jauh lebih tua dari novel Gadsby.

Jangan kagum dulu sebelum baca kitab ini. Sawathi'ul Ilham lihalli kalaamillahilmalikil 'allam...

Sebuah kitab tafsir klasik. Kalau lihat tahun wafat penulis kitab itu, 1004 H. Maka ketemunya sekitar tahun 1596 M. Ini hanya perkiraan saya. Itu generasinya siapa ya? Sebelum imam Nawawi sugeng itu kalau gak salah.

Muallif kitab itu, Syaikh Faydhullah bin Mubarak al-Akbar Abaadi, beliau adalah ulama dari negara India. Kitab itu saya pikir sudah jadi pelopor dari teknik lipogram bahkan sebelum novel Gadsby tulisan Ernest Vincent Wright itu. Bahkan bisa jadi ada kitab lain yang lebih tua. Dan saya belum tahu.

Lagi pula novel Gadsby berapa halaman sih? Novel Gadsby "hanya" sekitar 50.000 kata. Kitab ini loh ada enam jilid. Melihat ketebalan kitab itu, 500.000 kata mungkin ada. Bahkan bisa lebih.

Di novel Gadsby, yang gak ada cuma huruf E. Kitab ini yang gak ada huruf buanyak sekali. Semua huruf Hijaiyah yang ada titiknya gak ada di kitab ini. Mulai : hingga . Berapa huruf itu?

Hebat sekali beliau bisa nulis seperti itu. Nulis kitab tafsir enam jilid saja loh sudah sulit. Apalagi nulis tafsir enam jilid tanpa huruf Hijaiyah yang ada titiknya. Butuh kehebatan ekstra. Kesabaran tingkat tinggi. Butuh bakat luar biasa. Butuh pengetahuan yang mumpuni.

Ini bentuk khutbatul kitab, atau pembukaan kitabnya. Demi menghindari huruf yang ada titiknya, muallif kitab dalam memuji Allah SWT sampai nulisnya seperti ini...

...

Sastranya luar biasa... Kalimat itu gak ada huruf bertitiknya sama sekali itu. Dan sampai kata terakhir dalam tafsir surat an-Nas beribu halaman kemudian juga akan seperti itu. Gak ada yang menggunakan titik sama sekali.

Dan hebatnya, ternyata gak hanya satu karya yang demikian. Ada satu lagi kitab tafsir yang tanpa titik. Namanya kitab Durrul Asrar fi Tafsir Qur'an Bil Huruf Muhmalah.

Huruf muhmalah itu, merupakan istilah umum dalam bahasa Arab untuk semua huruf yang tidak memiliki titik. Lawan kata muhmalah adalah mu'jamah. Atau huruf yang bertitik.

Konsep dalam huruf Hijaiyah itu dibagi dua, muhmalah dan mu'jamah. Ibarat huruf alphabet juga sebenarnya dibagi dua, konsonan dan vokal.

Bedanya, kalau kita mau nulis bahasa Indonesia tanpa huruf vokal sama sekali, gak akan bisa. Tapi, jika mau menulis bahasa Arab tanpa huruf mu'jamah sama sekali, bisa.

Kitab kedua ini lebih akhir ditulisnya. Ditulis oleh Syaikh Mahmud bin Muhammad al Hamzawi al-Hanafi (1236-1305 H). Kalau lihat tahun wafat beliau yang 1305 H. Jika dikonversi ke Masehi sekitar tahun 1888 M. Itu hanya perkiraan saya.

Beliau ulama tanah Syam yang produktif menulis. Tafsir ini sendiri lebih ringkas, terdiri dari dua jilid.

Pasti penasaran isinya bagaimana? Saya kutip dari tulisan KH. Afifuddin Dimyathi, soalnya saya sendiri belum pernah melihat langsung isinya seperti apa.

"Untuk menghindari basmalah yang ada titiknya, beliau menulis:

.

kata diungkapkannya dengan kata untuk menghindari titik di kata . Kata digantinya dengan   demi menghindari kata yang bertitik. Kata : diungkapkannya dengan tanpa titik sama sekali."

Luar biasa... Subhanallah... Hebatnya ulama salaf kita dalam kemampuan menulis dan menyusun diksi. Saya sampai gak bisa bilang apa-apa lagi. Silahkan kalau penasaran bisa dicari kitabnya.

Mungkin masih banyak lagi. Soalnya itu baru diskursus tafsir. Belum yang lain. Dan saya kurang tahu kalau selain itu. Tapi ya bukan berarti gak ada. Cuma sayanya saja yang kurang membaca.

***

Nulis dengan teknik lipogram itu ya kalau saya nanti-nanti saja. Soalnya kalau terlalu mekso akhirnya malah tulisannya gak enak dibaca. Istilahnya gak bisa flow atau mengalir. Biarkan mereka yang sudah mumpuni saja yang kebahagian untuk nulis hal semacam itu. Hehehe...

Semoga terhibur dan terinspirasi dengan baca tulisan saya ini.

***

Alhamdulillah...
Wamaa taufiiqi illa billah...
Wallahu a'lam...

18 Mei 2020 M.

Terimakasih untuk tulisan dibawah ini. Saya bukan siapa-siapa. Cuma merangkum kembali saja kok.

Tulisan Prof. KH. Afifuddin Dimyathi
https://alif.id/read/m-afifudin-dimyathi/kitab-tafsir-tanpa-huruf-bertitik-b219444p/

https://bincangsyariah.com/khazanah/mufassir-yang-menghindari-huruf-bertitik/

https://islami.co/washil-bin-atha-pakar-bahasa-yang-cadel/

Tulisan mas kiai Kholili Kholil
https://alif.id/read/kholili-kholil/khatbah-janggal-ali-bin-abi-thalib-tanpa-huruf-alif-b217969p/

Pengalaman pribadi penulis novel Cadl
https://id.quora.com/Dapatkah-Anda-bagikan-satu-buah-lipogram-untaian-tulisan-tanpa-ada-satupun-huruf-e/answer/Henny-Triskaidekaman-1?ch=10&share=e60fffca&srid=unD7GU

Tulisan mas Gustaf Kusno. Pakar bahasa.
https://www.kompasiana.com/gustaafkusno/lipogram-gaya-menulis-yang-unik-dan-antik_550da1b18133111422b1e75e
(Oh iya waktu tulisan mas Gustaf Kusno ini ditulis, belum ada novel dengan teknik lipogram di Indonesia. Sekarang sudah ada.)

Tambahan dari Wikipedia.
https://en.m.wikipedia.org/wiki/A_Void

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun