Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Bagaimana Cara yang Benar Menyikapi Masalah dengan Dewasa?

8 Mei 2020   04:59 Diperbarui: 9 Mei 2020   05:34 1819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi menyelesaikan masalah. (sumber: shutterstock via kompas.com)

Jika belum menemukan pemecahan, istirahatkan. Ya karena memang belum mampu dipecahkan, buat apa dipikirkan. Itu kalau saya. Jika memang masalah yang dihadapi gak bisa diselesaikan seketika, mau khawatir ataupun gelisah, atau bahkan marah sekalipun gak ada artinya. Percuma karena menambah rumit masalah yang sebetulnya sederhana.

Gelisah, emosi, dan sedih, gak akan secara instan bisa menyelesaikan masalah. Logika saya, suatu masalah bisa selesai ya saat kita mau hadapi. Bukan hanya dengan cukup dipikirkan saja.

Kadang ada cara seperti tidur, atau jalan-jalan, dan mencari semacam pelampiasan. Tapi beberapa hal tersebut tak dapat menyelesaikan masalah. Hanya sekedar melupakan sesaat. Atau yang lebih baik ya bisa sedikit memberi waktu untuk menerima kenyataan. Tapi sebenarnya gak menyelesaikan masalah. Masalah bisa selesai ya jika dihadapi.

Tak mampu menghadapi sendiri, minta bantuan orang lain. Pentingnya menceritakan masalah pada orang yang tepat. Kadang orang hanya penasaran saja, tidak memberikan solusi. Tak mampu minta bantuan orang lain, berdoa.Cukup beri waktu, atau minta bantuan. Atau tentunya berdoa. 

"This too shall pass." Semua yang berlalu kadang hanya sementara. Baik ataupun buruk. Jadi cobalah untuk memberikan waktu. Gak ada duka yang abadi. Gak ada suka cita yang selamanya di dunia. Itu rumus pasti kalau boleh saya bilang. Badai pasti berlalu. Gak ada badai di laut yang terus menerus.

Dan akhirnya selesaikan masalah yang bisa diselesaikan lebih dulu setelah dipetakan. Biasanya orang tetap memiliki kendali atas masalah mereka. Sekecil apapun. Itu peluang sebagai jalan keluar menuju keluar dari semua masalah.

***

Kadang ada yang emosional. Itu memang karakter. Tapi bukan berarti tidak bisa dikekang. Bahkan emosi sendiri sebenarnya bisa disalurkan untuk hal positif. Jika menghadapi masalah dan merasa emosi, mungkin ada jalan lain menyalurkan emosi tersebut. Menyalurkan kekecewaan dan kekesalan dengan hal lain.

Saya ingat kisah Imam Nawawi. Saat kota Baghdad runtuh, hancur dan porak poranda karena diserang oleh pasukan Mongol, Wallahu a'lam, tentunya gak ada orang Islam yang tidak emosi dan kecewa. Gak ada umat Islam yang gak marah.

Tapi penyelesaian atas masalah hancurnya kota Baghdad dengan emosi tak akan menemukan jalan keluar. Imam Nawawi akhirnya menyalurkan waktu dengan belajar segiat-giatnya. Wallahu a'lam, dalam sebuah keterangan beliau mampu mengubah kekecewaan atas masalah itu menjadi energi positif yang bermanfaat. Yaitu belajar dan menulis kitab.

Masalah hancurnya kota Baghdad tentunya adalah masalah super besar yang diluar kendali dan tak bisa dipecahkan seorang diri. Menyikapi hal itu hanya dengan amarah dan emosi tak akan mengubah apapun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun