Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Film "Tintin Adventure of The Unicorn" dan Dongeng Bajak Laut

29 Maret 2020   06:00 Diperbarui: 29 Maret 2020   06:24 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Aku kira kau orang yang selalu optimis."
"Kau salah, aku ini realistis."
"Jika kau peduli akan sesuatu, kau berjuang untuk itu. Ada satu hal yang kau perlu tahu tentang kegagalan, jangan biarkan kegagalan mengalahkanmu."

Film Adventure of Tintin the Secret of Unicorn, arahan Steven Spielberg setidaknya membuktikan, bahwa Spielberg adalah sutradara berbakat dan multitalenta. Bisa membuat mini seri, membuat film biografi, film tentang spionase, bahkan film animasi.

Sutradara bunglon satu ini mungkin memiliki kisah masa kecil tersendiri, hingga dibuatnya film dengan tokoh kartun lawas, Tintin. Kita yang sudah terbukti tua, mungkin bisa nostalgia saat film ini tayang lagi. Mengingat komik ini, bersama film Popeye, atau Tom and Jerry yang masih diproduseri William Hanna dan Joseph Barbera. Mungkin hampir seperti mas Joko Anwar kecil yang terobsesi dengan film Pengabdi Setan, hingga membuat remake untuk film dengan judul yang sama ketika sudah dewasa.

Sebenarnya tak begitu tertarik lagi dengan film animasi, tapi setelah tahu fakta bahwa ada om Stephen Spielberg dan Peter Jackson dibalik layar sebagai dalang, dan Daniel Craig sebagai wayang, saya jadi penasaran. Sepertinya bukan film kaleng-kaleng. Apakah akan sesuai ekspektasi saya? Atau justru berakhir mengecewakan seperti film Dolitle. Meskipun saat rilis poster, ekspektasi begitu tinggi, karena bertabur bintang, tapi sampai paragraf ini ditulis, tak sampai hati saya mau menontonnya.

Ini hanyalah film keluarga. Jadi tak ada yang perlu masuk akal. Yang paling penting bukanlah cerita, tapi bagaimana film ini bisa menghibur. Menikmatinya bersama keluarga, ada ayah, ibu, dan sang anak yang tertawa bersama karena tingkah konyol kapten Archibald Haddock, detektif kembar Thomson dan Thompson, juga polah anjing mungil Tintin.

Kisah tentang bajak laut memang selalu menarik bagi anak kecil. Mengisi ruang tersendiri di televisi rumah. Dalam kisah-kisah sebelum tidur, bajak laut bukanlah sosok penjahat. Justru mereka yang pahlawan dan angkatan lautnya yang jadi villain. Bajak laut itu citra seseorang yang pemberani, tak kenal takut, kaya raya, dan punya petualangan menegangkan. 

Sungguh nilai-nilai moral yang begitu dirindukan oleh bocah lima tahun. Mereka tak tahu kehidupan sebenarnya bajak laut. Seratus delapan puluh derajat dengan yang ada di film. Bak langit dan bumi, jika ikut penggambaran dalam franchise Pirate of Caribbean garapan Disney. Hampir mirip seperti lelucon badut. Yang seharusnya bisa menghibur, malah dibuat menakutkan. Ingat kisah Pennywise dalam novel IT punya Stephen King?

Ada yang mengidolakan sosok Sir Francis Drake. Atau mungkin yang paling legendaris, Blackbeard. Bajak laut dengan kapal fregat Queen Anne's Revenge. Bukankah itu luar biasa? Bajak laut memiliki sebuah kapal jenis fregat, bukan galeon atau korvet. Kapal-kapal para saudagar pasti merinding, karena berhadapan dengan bajak laut yang memiliki kapal yang didesain sebagai kapal perang, bukan kapal dagang. 

Atau kisah legendaris Anne Bonny dan Marry Read. Hampir semua kisah semacam itu juga sampai digunakan untuk membuat game Assassin's Creed Black Flag jadi semakin memikat. Kalau setahu saya kapal terbesar di game itu adalah jenis Man O' War.

Apa yang paling menarik dari dunia bajak laut? Tentu saja harta karun. Selain petualangan itu sendiri. Adventure of Unicorn juga bercerita tentang pencarian harta karun. Namun masihkah kita percaya harta karun Blackbeard itu nyata? Jika kita menurut pada logika, orang mana yang rela mengubur kerja keras yang dilakukan, sampai rela mempertaruhkan nyawa. 

Bajak laut seharusnya pensiun dan hidup dengan harta rampokannya, bukan justru mengubur harta yang mereka dapat susah payah. Lagi pula, harta rampasan bajak laut bukan milik kapten seorang. Itu milik semua kru yang dibagi rata. Katanya ada rule yang mengatakan bila kapten tak memiliki wewenang tentang menguasai sendiri seluruh harta. Pembagian jarahan adalah tugas quartermaster.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun