Mohon tunggu...
Muhammad Khoirul Wafa
Muhammad Khoirul Wafa Mohon Tunggu... Penulis - Santri, Penulis lepas

Santri dari Ma'had Aly Lirboyo lulus 2020 M. Berusaha menulis untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Instagram @Rogerwafaa Twitter @rogerwafaa

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seputar Buku "Perang Pasifik" Karya P.K. Ojong

4 April 2020   07:10 Diperbarui: 4 April 2020   07:36 527
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: americanhistory.si.edu

Maka kali ini, pikir mereka kemenangan akan kembali terulang. Mereka tidak tahu produksi industri Amerika seberapa besar. Lebih-lebih, mereka tidak menyadari bahwa kekuatan yang sebenarnya dari militer Amerika sedang dipusatkan di teater Eropa. Keadaan mulai berbalik sejak daerah pulau Saipan dan Tinian dikuasai. 

Rakyat Jepang sangat kaget ketika melihat pesawat pengebom berat Amerika beterbangan dengan bebas di langit kota-kota besar Jepang. Mereka menghancurkan separuh Tokyo. Mengebom Yokohama. Mengebom kota industri lain. Mulai timbul ketidak percayaan kepada pemerintah. Mulai timbul keraguan kepada militer. Perang yang sedianya dimaksudkan meningkatkan kesejahteraan, menghidupkan industri, justru berbalik menjadi malapetaka. Dimana jutaan orang kehilangan rumah mereka akibat serangan udara.

Bagi yang senang dengan ilmu strategi perang, PK. Ojong selalu menyelipkan beberapa pandangan beliau. Beberapa analisis tentang penyebab suatu pertempuran bisa dimenangkan. Seperti dimanakah letak kesalahan strategi yang diambil seorang jenderal. Atau dimanakah keberuntungan yang tak sengaja ditemukan. Seperti cerita tentang kesalahan laksamana Chester Nimitz yang menggunakan peta wilayah musuh "seadanya" yang ternyata sudah terlampau tua. 

Sementara MacArthur yang dengan segala cara berusaha mendapatkan peta wilayah musuh yang paling up to date. Kita tentu tahu, kondisi geografi mudah berubah. Dan itu tidak menguntungkan saat akan dilakukan pendaratan amfibi. Yah, bahkan beberapa bab juga ada semacam penilaian, tentang total kerugian. Karam berapa ton. Kehilangan berapa serdadu. Jatuh berapa pesawat. Dan dilihat dari hal tersebut lantas siapa yang pantas disebut sebagai pemenang?

Beberapa informasi unik juga kadang terselip dalam buku ini. Seperti asal usul istilah Admiral, yang kalau di Indonesia disebut laksamana. Admiral adalah kata serapan dari bahasa Arab Amirul Bahr. D-Day adalah singkatan dari Debarkation Day, atau hari menurunkan serdadu dari kapal transporter. Maka semestinya istilah D-Day bukan lagi identik dengan hari pertama invasi Normandia di teater Eropa, tapi di teater Pasifik, D-Day lebih banyak terjadi. Sebab operasi amfibi sangat sering dilakukan. 

Ada juga informasi lain, termasuk hal-hal mendasar. Seperti perbedaan antara tentara dan marinir. Jika tentara adalah yang bertugas dibawah satuan tugas angkatan darat, maka marinir adalah tentara laut. Tentara laut, tapi bukan ABK dari sebuah kapal perang. Dua hal itu berbeda. ABK bertugas di kapal, tapi marinir bisa melakukan pendaratan amfibi. Pemimpin marinir selanjutnya disebut jenderal, bukan laksamana atau Admiral. Maka sebetulnya marinir adalah corps yang lebih elit daripada tentara biasa. Proses pelatihannya saja bengis dan kejam. Nah, Informasi semacam itu sedikit banyak membuat buku ini layak dibaca dikala senggang. Yah daripada nonton film melulu...

Sudah dulu lah... Capek saya nulisnya... Masih ada yang pengen ditulis tapi tak terasa sudah sepanjang ini... Mohon maaf kalau banyak kesalahan. Soalnya nulis berdasarkan ingatan lebih sering gak akurat daripada kalau pas lagi ngadep bukunya langsung...

In frame: Jenderal MacArthur saat mendarat di Filipina setelah terusir ke Australia. Dia kalau gak salah bilang... "This is the Voice of Freedom, General MacArthur speaking.... I have returned..." Aku sudah kembali...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun