Surakarta (13/05) - Apa sih yang terlintas di benak kalian saat mendengar kata "bubur"? Bubur ayam? Udah biasa. Tapi, tahu gak kalian kalau ada bubur lain yang nggak kalah enak dan punya keunikan tersendiri? Yup! Kenalin, Bubur Samin-kuliner khas Banjar  yang punya cita rasa gurih dengan sentuhan rempah yang bikin nagih. Bubur ini bukan sekedar makan biasa, ada sejarah dan kekhasan sendiri yang bikin bubur ini istimewa. Penasaran? Yuk, kita bahas lebih dalam!
Bubur samin memang makanan khas Banjar namun bubur ini tidak hanya tersedia di Kalimantan Selatan aja. Bubur ini juga tersedia di Kota Solo, Jawa Tengah. Masyarakat Banjar yang tinggal di Solo membuat agenda unik yaitu menjadikan bubur samin sebagai menu spesial saat bulan Ramadhan. Bubur samin akan dibagian selama 30 hari bulan puasa kepada seluruh masyarakat di kawasan Jayengan tepatnya di masjid Darussalam. Masyarakat Kampung Jayengan bergotong royong untuk menggalang dana, menyiapkan bahan-bahan, memasak bubur samin hingga membagikannya.Â
Lalu kenapa bubur khas Banjar ini bisa sampai ke Kota Solo? Hal ini nggak terlepas dari sejarah antara Kalimantan sebagai tempat penghasil perhiasan yang terkenal dengan raja-raja Solo yang saat itu membutuhkan banyak perhiasan. Akhirnya orang Banjar datang ke Solo untuk mempermudah perdagangan terutama perhiasan dari permata. Namun, banyaknya orang Banjar membuat mereka membutuhkan tempat untuk tinggal serta mengelola perhiasan maka dipilihlah  tempat yang dekat dengan keraton yaitu Kelurahan Jayengan, Kecamatan Serengan, Surakarta yang sekarang sering disebut dengan Kampung Permata. Orang Banjar tidak hanya menawarkan perhiasan permata saja namun juga kuliner khas Banjar yaitu soto banjar, kue bingka, dan bubur samin. Â
Dari sekian banyaknya jenis kudapan khas Banjar, bubur samin yang menjadi primadonanya. Bukan tanpa alasan bubur samin menjadi kudapan spesial pada bulan Ramadhan di masjid Darussalam, Jayengan. Bubur samin ini memiliki cita rasa yang unik, dimana dalam pembuatannya memakai minyak samin dan juga rempah-rempah yang berkhasiat. Sehingga saat menikmati bubur samin badan menjadi lebih hangat dan berenergi setelah seharian berpuasa. "Bubur samin ada banyak rempah-rempahnya dan ciri khasnya ada minyak samin. Apabila dimakan pas masih hangat biasanya orang sakit cepat sembuh" Yusuf Alkatiri
Pak Yusuf Alkatiri sebagai Ketua Forum Jayengan Kampung Permata, menuturkan bahwa pada setiap tahunnya jumlah pembuatan porsi bubur samin terus meningkat, dari sebelumnya 1.300 porsi kini mencapai sekitar 1.500 porsi. Tentunya hal ini menunjukan betapa antusiasnya masyarakat terhadap kudapan khas Banjar ini. Bukan hanya warga Jayengan saja yang dapat mencicipi bubur samin, tetapi seluruh masyarakat umum pun juga boleh menikmati. Bubur samin ini menjadi sebuah simbol kehatangan dan kebersamaan. Tak heran, banyak warga yang rela mengantri panjang dengan membawa rantang atau tempat makan sendiri, hanya untuk mendapatkan semangkuk bubur samin hangat yang memiliki khasiat dan cita rasa yang khas.
Tradisi pembagian bubur samin khas Banjar bukan sekedar rutinitas pada bulan ramadhan, namun menjadi tempat untuk mempererat solidaritas masyarakat. Proses memasak bubur yang dilakukan secara gotong royong, serta antusias warga dari berbagai latar belakang yang rela mengantre, menjadikan bukti bahwa semangkuk bubur samin hangat dapat menghadirkan sebuah kehangatan yang lebih luas yaitu kehangatan dalam kebersamaan.
Penulis : Alfina Putri Fawzi dan Farras Salsa Nabila
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI