P.O.V
tentang seorang yang  candu merdu lantunan adzan dan seorang lainnya pada ritmis dentang lonceng gereja
Aghnia.
        Perkenalkan aku Aghnia Haura Qaireen , gadis sederhana dari keluarga yang bisa dibilang taat dalam beragama. ayahku adalah seorang tokoh yang cukup dihormati di kalangan masyarakat, salah satu pengasuh pesantren besar di wilayah jawa, sedangkan ibuku adalah pengajar materi agama di pesantren itu. Nafas Islam telah mengalir di tiap nadiku yang berdenyut. Aku pun berguru langsung pada ayah dan ibuku dalam memahami ajaran agama berdasarkan kitab suciku. Hidupku berjalan dengan hal-hal yang sama setiap harinya kecuali perkembangan keilmuanku tentunya, hingga pada saat aku menempuh pendidikan perguruan tinggi di tanah seberang dan semesta mempertemukanku dengannya..
Aaron.
        Aaron Geonathan namaku, terlahir dari keluarga Katolik taat. Ayah dan ibuku mengajariku sejak kecil untuk menjadi seorang pemeluk Katolik yang baik, terbukti dengan waktu khusus yang rutin dikerjakan bersama di keluarga untuk berdo'a kepada Tuhan dan rutin membawaku ke gereja setiap hari Minggu untuk menghadiri liturgi. Deutorakanonika adalah pedoman berkehidupan yang tiap hari kudengarkan dengan seksama melalui penjelasan kedua orang tuaku. Harapan orang tuaku padaku juga tampak dari nama yang disandangkannya padaku, menjadi lelaki mulia dalam pandangan Tuhan. Sejak kecil aku hanya tahu satu jalan dalam menuju Tuhan, seperti yang biasa kulihat di sekitarku. Beranjak dewasa aku mulai paham akan wajah dunia yang berbeda termasuk jalan menuju-Nya. Aku mulai memahami lebih jauh saat aku mengenalnya...       Â
Aaron
        Saat ini aku sedang menempuh pendidikan di salah satu perguruan tinggi kota metropolitan. Pendidikan keluarga mengantarkanku ke jurusanku sekarang, Teologi dan Filsafat. Kebiasaan yang aku lalui sejak kecil membuatku banyak menyimpan tanya tentang agama bahkan Tuhan itu sendiri-yang tak lagi kudapatkan jawabannya dari orang tua. Berangkat dari rumitnya kepalaku memikirkan Tuhan dan semesta membuatku rutin membaca buku apa saja yang berkenaan dengan teologi dan filsafat, selain untuk tugas tentunya. Isi kepalaku semakin bercabang saat mengetahui banyak kekacauan yang terjadi dengan membawa nama Tuhan, berjuta kenapa berpilin bak lampu yang cahayanya semakin lama semakin menyebar ke seantero ruangan. Karena sejauh ini dalam beberapa materi perkuliahan, tidak ada satu agama pun yang mengajarkan pertikaian. Anehnya, dari sekian banyak konflik berdarah antar agama di Indonesia, yang paling aktif berperan adalah dua agama terbesar-yang dalam hal ini adalah agamaku salah satunya.
        Selain di perguruan tinggi, aku mendalami peranku sebagai pemeluk Katolik taat di biara. ya, aku seorang biarawan. resmi beberapa tahun silam setelah mengucakan kaul kebiaraan. Jika boleh dikata, aku adalah pemeluk Katolik tulen. Sebagai religius yang menjadikan Katolik satu-satunya jalan penghayatanku pada Tuhan, tentu aku tidak sepakat dengan konflik yang mengatas namakan Tuhan dari orang  beragama. Pembelaan-pembelaan yang sebenarnya untuk membela ego pribadi atau ego kelompok masing-masing menurutku terlalu kotor disandingkan dengan Tuhan yang begitu suci.  Kurasa, jika memang mereka umat taat dalam beragama, tentu cinta yang akan mereka sebarkan sebagaimana kitab pedoman mengajarkan mereka.