Rektor Undip berziarah ke makam Pangeran Diponegoro di Makassar. Beritanya ada di sini. Dia diiringi 10 guru besar dan anggota wali amanat. Apa tujuannya?
Meski kuliah di "Universitas Diponegoro", tampaknya tak banyak mahasiswa civitas yang merasa memiliki ikatan emosional. Sama halnya mahasiswa UGM tak memiliki "ikatan batin" dengan Gadjah Mada.
Itulah mengapa ziarah Prof Yos Johan Utama ini terasa istimewa. Memang sebelumnya banyak, tetapi menurut juru kunci makam, baru kali ini ada ziarah yang bersifat "resmi".
"Jumlah rombongan juga lebih banyak," kata kuncen Harto Diponegoro.
Sejarah hidupnya yang kontroversial membuat nama Diponegoro tak terlampau "berkilau" di mata anak muda. Apalagi di kalangan mahasiswa yang kritis.
Selain epos perjuangan yang heroik, terselip juga banyak sisi kelam kehidupan pribadinya. Sebagian cerita miring itu benar sesuai konteks zaman, sebagian lain cuma hoaks, fitnah yang dilancarkan Belanda. Tujuan akhirnya, tentu menyudahi perlawanan Pangeran Ontowiryo dan pengikutnya.
Perang Diponegoro meletup selama lima tahun (1825-1830). Merupakan perang terlama pada era kolonial. Belanda rugi besar, tak kurang dari 8.000 tentaranya tewas. Belum lagi kerugian harta. Belum termasuk korban prajurit Keraton Yogyakarta yang kala itu "sekubu" dengan Belanda.
Pemerintah kolonial melakukan berbagai cara untuk membasmi perlawanan. Termasuk dengan melancarkan fitnah untuk menghancurkan karakternya agar pangeran pemberontak itu kehilangan kredibilitas.
Akhir perjuangannya, Diponegoro ditangkap di Magelang. Kemudian diasingkan ke Manado dan wafat di Makassar.
Sejumlah kisah kelam di antaranya banyaknya pejuang yang kecanduan opium. Ini sesuai konteks zaman itu. Peredaran candu kala itu memang marak.
Ada lagi kisah tentang skandal seksual, pergundikan, dan kegemaran akan kehidupan mewah. Di antaranya mengkonsumsi anggur buatan Eropa.