Mohon tunggu...
Panji Joko Satrio
Panji Joko Satrio Mohon Tunggu... Koki - Pekerja swasta, . Lahir di Purbalingga. Tinggal di Kota Lunpia.

Email: kali.dondong@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tukiman Lebih Terhormat Dibanding Pahlawan Bertopeng

25 April 2015   07:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:42 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tukiman selalu ada di kawasan esek-esek.  Tukiman ibarat superhero, atau setidaknya body guard.  Berperan sebagai "pacar" sekaligus pelindung para pekerja seksual di kawasan itu.

Tukiman merupakan akronim dari turu, laki, mangan. Dalam kosakata Jawa artinya tidur, bersetubuh, dan makan. Para Tukiman ini berperan sebagai pacar sekaligus pelindung PSK. Mereka hidup satu atap dengan para penjaja tubuh itu.

Sebagai pacar mereka mendapat tiga servis gratis. Ya itu tadi: tidur, bersetubuh, dan makan. Asyik bukan? Tugasnya hanya melindungi PSK dari tindak kriminal atau pelanggan yang ingin berbuat tak semestinya. Sesekali, mereka bertugas mengantar "pacarnya" itu menemui pelanggan yang memesan jasanya. Karenanya, mereka juga acap dijuluki anjelo (antar jemput lonte).

Fenomena Tukiman itu diceritakan seorang aktivis LSM yang melakukan pendampingan para PSK di sana, sebagaimana dikutip sebuah koran lokal. Uniknya, para Tukiman ini tak cuma lelaki lokal. Banyak yang merupakan orang bule. "Ada yang dari perancis dan Belanda," kisah seorang aktivis

Wah, menarik juga. Gagal deh upaya memanfaatkan PSK untuk meraup devisa negara. Lha wong bule-nya juga maunya gratisan je...

Kata Beno
Dulu saya pernah baca puisi kalau tidak salah karya Beno Siang Pamungkas. Salah satu baitnya mengatakan, senista-nistanya pelacur, masih lebih nista germo.


Mengapa? Pelacur barangkali memang nista. Menjual tubuhnya kepada sebarang lelaki. Bersetubuh bukan atas dasar kasih sayang (atau terdesak napsu bagi si lelaki), tapi atas nama rupiah.

Tapi pelacur, setidaknya kebih mulia. "Pelacur mendapat uang dari tetesan keringatnya sendiri. Sedangkan si germo, mendapat uang di atas perasan keringat orang lain," kata Beno.

Analogi yang sama, pelacur juga lebih mulia dibanding Tukiman. Karena si Tukiman ini cuma benalu alias parasit. Numpang makan, nunut tidur, turut bersetebuh.

Tapi kata aktivis LSM, seorang Tukiman harus punya hati yang sabar. Maksudnya bagaimana? Ya, maksudnya sabar ketika "pacarnya" itu melayani pelanggan. Tidak cemburu. Hmmm,  entahlah. Saya juga tidak bisa mereka-reka bagaimana sih relasi sosial dan psikologis antara Tukiman dan pacarnya. Tapi yang jelas, tidak malu juga ya melakoni "profesi" seperti itu.

Analog juga, Tukiman menurutku juga lebih terhormat dibanding pahlawan bertopeng. Yakni orang-orang yang ikut menikmati keuntungan dari "rantai pasok" aktivitas PSK itu.

Beda dengan PSK yang harus pasrah mendapat label "perempuan nista". Para pahlawan bertopeng itu tetap menjadi orang terhormat. Karena mereka memberi pendampingan dan penyuluhan.

Banyak PSK yang terpaksa terjun ke lembah nista karena desakan ekonomi. Tapi para pahlawan bertopeng punya seribu satu kesempatan untuk menerjuni pekerjaan lain.

Tapi, sungguh tak elok kita sebagai manusia biasa mencari-cari siapa lebih terhormat. Karena sesungguhnya hanya yang maha melihat yang berhak menjadi hakim. Maka daripada menengok kanan-kiri, cukuplah kita becermin. Seraya tak henti memohon ampun, berdoa, dan (kalau bisa) berbuat bagi diri sendiri dan orang lain. Semoga seusai gelap akan terbit terang. Mari bertafakur karena kita ini cuma hamba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun