Mohon tunggu...
kalam jauhari
kalam jauhari Mohon Tunggu... -

pelajar sejarah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tuyul dan Makhluk Gaib Lainnya dalam Sejarah Ekonomi Jawa

20 Oktober 2010   11:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:16 1476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Taussig lebih berhati-hati daripada Quinn. Ia membedakan kapitalisme modern di satu pihak dan uang dan perdagangan di lain pihak. Selama studi lapangannya di Lembah Cauca, Kolumbia, sekitar 1970, Taussig menemukan cerita ‘mistisisme rakyat’ tentang hantu pengumpul uang yang serupa dengan yang di Jawa. Rumor tentang kontrak dengan setan itu beredar di kalangan pekerja perkebunan tebu. Bagi Taussig, perkebunan tebu merepresentasikan hubungan impersonal, relasi produksi kapitalis modern. Perkebunan datang di utara Lembah Cauca antara dua perang dunia dan dengan cepat meluas ke daerah-daerah sekitarnya. Jadi, ketika Taussig mendegar cerita ini, perkebunan telah berada di sana selama kurang dari limapuluh tahun. Jika Taussig benar dalam berasumsi bahwa cerita-cerita ini berkaitan dengan pembangunan kapitalis modern, dia harus memberi bukti bahwa cerita ini tidak lebih tua dari pada perkebunan itu. Tetapi dia gagal membuktikannya.

Karena dirinya tidak melakukan studi tentang dongeng rakyat Kolumbia, Boomgaard tidak dalam posisi untuk mengatakan apakah cerita ini ‘baru’, ‘lama’, atau merupakan adaptasi dari cerita ‘lama’. Menurut pendapatnya, pernyataan Taussig itu hanyalah jalan untuk melakukan studi yang lebih serius tentang perubahan mentalitas dalam masyarakat berhadapan dengan penetrasi perlahan-lahan kapitalisme modern (Boomgaard, Illicit…: 199-200).

***

Tuyul mungkin hampir belum dikenal sebelum 1929, tetapi hantu-pencuri-uang lain tidak. Setangundul, atau hanya gundul, adalah contoh yang baik. Boomgaard menemukanya pertama kali disebutkan dalam suatu sumber yang bertahun 1860. Seperti tuyul, gundul mencuri uang untuk tuannya tanpa bisa ketahuan korbannya. Dia bisa dibeli dari dukun spesialis. Dia harus diberi ruangan khusus yang hanya boleh diakses oleh tuannya. Jika si pemilik merawatnya dengan baik, gundulakan mengganjarnya dengan kekayaan, dan melindunginya dan rumahnya dari musuh-musuh.

Deskripsi mengenai gundul muncul pada 1894. Dia tampak sebagai anak kecil yang telanjang, empat sampai lima tahun, kepalanya gundul, seperti normalnya anak laki-laki Jawa. Ia adalah pengirim kekayaan, tetapi ia juga menjaga tuannya dari hal-hal yang gaib yang tidak diinginkan. Gundulbisa dikontrak selama satu periode tujuh tahun, setelah itu sang pemilik akan menerima siksaan abadi di neraka. Hal yang mengerikan ini bisa di tunda dua kali tujuh tahun, jika si pemilik sanggup dan mau mengorbankan orang lain sebagai pengganti. Bila sang pemilik bersedia menerima kekayaan yang sedang-sedang saja, ia hanya perlu mengorbankan binatang, misalnya kerbau, tetapi gundulkemudian harus di beri kacang hijau setiap hari dan disusui ketika sang pemilik mempunyai bayi. Gundulsebagai hantu jahat menghilang entah kemana pada 1930-1940-an, dan hanya bertahan sebagai pengusik yang tak berbahaya. Ini adalah periode ketika tuyulmemulai kariernya.

Selama masa depresi dan Perang Dunia Kedua, kapitalis modern di Jawa terpukul sangat keras, dan kesempatan untuk mendapatkan gaji besar di semua sektor menghilang. “Nasib baik” yang telah dimiliki sebelum 1930-an meleleh habis, dan kesempatan untuk menjadi kaya dengan cepat menjadi sangat jarang. Cerita gundultidak berhasil dalam atmosfir ini. Setelah 1940-an, ketika ekonomi mulai tumbuh dengan cepat dan kesempatan baru mulai muncul, orang-orang memerlukan hantu ‘baru’ untuk menjelaskan kaya mendadak. Tuyul yang telah ada sebagai hantu (lokal?) yang tidak terkenal, terbukti menjadi bejana yang sempurna (Boomgaard, Illicit…: 201).


Cerita itu belum seluruhnya. Foklor orang-orang Indonesia menggambarkan banyak setan lain yang bisa menganugerahkan kekayaan. Baik ama menthek—setan penghancur panen padi pada cerita lama atau hantu pencuri padi untuk majikannya pada cerita yang kemudian—yang juga termasuk kategori setan anak kecil, maupun hantu dalam kategori hewan-hewan. Kategori hewan-hewan masih perlu di pecah lagi menjadi dua sub-kategori berikut.

Pertama, Makhluk halus yang berwujud binatang. Kategori ini sangatlah rumit. Harta karun, baik yang alami maupun “ciptaan manusia”, tersembunyi di dalam bumi. Oleh karena itu, makhluk halus ini, yang tinggal di tanah dan di dalam air, tahu di mana harus menemukan harta karun. Emas, perak dan berlian adalan simpanan alam, meskipun di mata orang Indonesia simpanan ini dihuni atau di jaga oleh makhluk supranatural. Tetapi juga harta karun “buatan manusia”. Di Jawa, juga di banyak tempat di Asia, terdapat “kegemaran untuk menimbun” baik emas, perak, berlian, maupun uang di sumur atau di tempat-tempat lainnya yang sukar dan sukar diketahui orang. Salah satu alasan penimbunan ini adalah kecemburuan dan, oleh karena itu, mereka akan takut jika diketahui oleh tetangganya berapa kekayaanya. Sir Thomas Stamford Raffles mengatakan bahwa orang-orang Jawa “iri dan dengki pada orang lain yang sukses”. Tetapi orang-orang Jawa tidak hanya khawatir pada “manusia-manusia pencemburu”, mereka juga khawatir pada “makhluk halus pencemburu”, atau “makhluk halus suruan manusia pencemburu”. Oleh karena itu mereka juga menimbun makhluk halus bersama harta karunnya, untuk melindungi harta karun itu dari makhluk hidup maupun makhluk halus. Bukan hanya agar harta karun itu tidak dicuri, melainkan juga agar mereka tidak dituduh sebagai pemilik tuyuldan sejenisnya.

Contoh dari makhluk halus dalam kategori ini adalah blorong, yang mengalami transformasi jender. Pada literatur lama yang ditemukan Boomgaard (1855-1875), blorongadalah laki-laki: KyaiBlorong; selama masa transisi (1879-1924) ditemukan baik Kyaidan NyaiBlorong; dan setelah 1929 ia telah sepenuhnya dikenal sebagai Nyai atau Nyi. Blorong adalah ular berkepala manusia—kadang-kadang berlengan banyak dan berkaki banyak seperti lipan—yang tinggal di dalam gua. Nyi Blorongadalah pemberi kekayaan pada seseorang yang melakukan kontrak dengannya, dengan syarat orang tersebut menyediakan sebuah kamar untuk berhubungan dengan NyiBlorong, dan setelah beberapa tahun orang tersebut harus mengorbankan manusia untuknya.Selain blorong, banyak makhluk halus yang berwujud binatang lainnya seperti buaya, katak, dan tikus (Boomgaard, Illicit…: 202-5).

Kedua, Binatang jadi-jadian. Kategori ini masih bisa digolongkan lagi menjadi: (1) orang yang sementara waktu menjadi hewan; (2) orang yang rohnya masuk secara temporer ke tubuh hewan ketika hewan tersebut tidur atau tidak sadar; (3) orang-orang yang jiwa/rohnya berubah menjadi atau masuk ke dalam binatang setelah meninggal, sebuah tema yang berkaitan dengan gagasan reinkarnasi.

Cerita mengenai binatang jadi-jadian berkaitan dengan orang-orang yang ingin menjadi kaya dengan memuja binatang, atau roh dalam bentuk binatang, yang kemudian mencuri untuknya. Alternatifnya, seseorang yang berubah bentuk menjadi binatang atau rohnya memasuki binatang, lalu melakukan pencurian. Kadang-kadang, setelah meninggal orang yang melakukan praktik ini akan berubah menjadi binatang. Binatang jadi-jadian yang paling banyak ditemukan adalah monyet, anjing, babi atau celeng (Boomgaard, Illicit…: 207).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun