Tulisan ini memang dalam konteks "Wartawan Release dan Nasib Generasi", tetapi rasanya  tidak begitu menyimpang jika kritik soal media juga karena peran media sangat berpengaruh terhadap kepercayaan publik, namun sekarang ini sudah sangat banyak media hanya menjadi corong informasi pencitraan, membunuh karakter sendiri dengan menggadaikan harga murahan keluar dari tupoksinya.
Akibat kemerdekaan Pers yang tergadaikan itulah, para oknum APH tak lagi segan-segan kencing depan umum, bahkan kerap kali transaksi hukum tak lagi jadi rahasia, realita ini tak dapat dibendung, karena semua saling butuh membutuhkan, oknum pengedar narkoba takut terhukum, Oknum APH rakus uang, sehingga keduanya saling silang, "anda mau bebas? Anda punya berapa?,". Begitulah transaksional yang terjadi di Maya pada, sementara Wartawan Release apa punya kekuatan dengan semua itu? Oh tentu tidak, kalau ibarat hewan, Mereka seperti Kerbau dibuling.
Saat ini bukan lagi rahasia di masyarakat, setiap kabar bandar narkoba tertangkap mereka sudah tau itu rezeki oknum APH, sehingga paham di tengah masyarakat sudah terkontaminasi seperti itu, herannya para oknum APH yang seperti ini tidak punya urat malu lagi, sekarang masyarakat hanya punya rasa takut tanpa rasa percaya, yang ada dipikiran masyarakat jika terjerat kasus, kalau tidak ada uang siap-siap jadi penghuni tahanan.
Dalam hal ini mungkin wartawan release punya naluri untuk membelah nasib generasi, guna mengedukasi masyarakat dengan karya tulis, namun mereka tak punya kecakapan lagi untuk menyuarakan kebenaran, karya tulis kreatif mereka hilang karena terbiasa menunggu Release Humas, sementara nasib generasi sudah terkesampingkan demi uang Recehan.
Bersambung.....