Mohon tunggu...
Ahmad Kafin azka
Ahmad Kafin azka Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa dan Santri

mahasiswa dan santri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Beruntung Tak Ada TV di Pesantren

9 Maret 2019   11:49 Diperbarui: 9 Maret 2019   12:17 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
lifestyle.sindonews.com


"Infotainment tidak mendapat anugerah KPI, di mana infotaintment mendapatkan indeks paling rendah. Agar tidak hanya menyebarkan gosip, tapi lebih bisa memberikan contoh positif kehidupan," ungkap Hardly Stefano selagi Komisioner KPI .Ia mengungkap bahwa nilai standar kualitas infotaiment yang tayang dalam TV Indonesia belum memenuhi standar 3.00 yakni masih 2.51. nilai standar yang bisa dibilang cukup jauh untuk menjadikan TV indonesia sebagai TV yang berkualitas. (indeks.com)

Itulah kekurangan channel TV indonesia yang menurut penilaian Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), lebih banyak menyebarkan gosip ketimbang hal-hal fakta dan bermanfaat bagi masyarakat. Tentunya hal seperti itu akan berimbas buruk pada masyarakat nantinya baik bagi anak-anak maupun orang dewasa. Maka dari itu, masyarakat sendirilah seharusnya bagaimana mereka menanggapi apa yang tengah mereka tonton.

Selain menyajikan berita-berita penting, televisi terkadang juga menyajikan acara-acara yang dirasa kurang berguna untuk dipertontonkan oleh khalayak. Karena ada yang bermuat merugikan ataupun hal yang tidak penting. Menurut Deddy Corbuzier, televisi industri infotaiment hanya menyajikan acara yang membuat masyarakat menjadi semakin bodoh, alasannya karena rata-rata hanya menyajikan acara seperti dibawah ini, simak baik-baik:

1. Gosip, Hampir semua channel televisi Indonesia tak pernah luput dengan acara yang satu ini, dengan selalu menyajikan isu-isu hangat yang membuat heboh para netizen, khususnya para kaum hawa. Objeknya sesalu saja para artis baik yang dari artis lawak, film, band bahkan yang dilapangan hijau pun tak luput menjadi sasaran objeknya. 

Seperti misalnya acara silet, insert dan lain-lain. Yang dibahas hanya tentang dinamika kehidupan artis saja, baik dalam hal kebaikan ataupun hal keburukannya. Bila kebaikan masih mending, kalau isinya menyebarkan kejelekan apa jadinya? Itu sama saja dengan ghibah ! udah tahu perkara dosa, tapi masih saja ditonton. Itulah kelemahan bangsa kita.

2. Sosial drama, Banyak channel yang mulai berkompetisi menyajikan acara yang satu ini, yakni sinetron atau darama. Episodenya pun sampai tak ada kunjung habisnya ,ada yang sampai ratusan. Sebenarnya isinya hanya hal keseharian saja, semuanya fiktif. Bila dikalkulasikan waktu untuk menonton hal seperti itu sungguh akan terbuang sia-sia, karena memang semua yang ditujukan dalam sinetron itu hanya drama.  

Coba diteliti, waktu dimulai acara nya pun terkadang mengundang kontraversi karena disengaja atau bukan, acara yang dirasa menarik bagi sebagian orang, waktu tayangnya itu pada saat menjelang maghrib dan isya'. Sehingga secara tidak langsung membuat orang-orang muslim enggan meninggalkan TV-nya dari pada menyegerakan shalat mereka.

3. Negative news, Tak kalah dengan acara yang lain yakni negative news, sebenarnya banyak sekali kasus-kasus yang terjadi yang secara tidak langsung tersangka kejahatan itu telah meniru apa yang ada di berita yang pernah mereka tonton. Berita negative akan berimbas pada penontonnya, meskipun bersifat informatif, tapi efeknya akan berdampak buruk bagi penonton. Terkadang beberapa channel televisi pun masih mengunggah beberapa opini yang masih belum jelas fakta atau kebenarannya.
Dari pendapat Deddy Corbuzier diatas sudah jelaslah bahwa Televisi Indonesia masih berisikan hal-hal yang belum terkesan berdampak baik bagi masyarakat, terlebih santri yang berdomisili di pesantren yang hari-harinya selalu diisi dengan mengaji dan mengkaji tentang akidah dan syari'at agama.  

"Dirumah saya tidak ada koran dan tidak ada chanel TV indonesia, saya hanya menggunakan TV kabel untuk belajar anak-anak saya" ujar Emha Ainun Nadjib. Kemudian beliau menjelaskan bahwa koran dan acara infotaiment yang ada di TV itu belum tentu benar, lebih baik menonton yang jelas-jelas benar, fakta dan sportif seperti acara tinju. Karena dalam tinju semuanya bersifat sportif, tanpa ada unsur rekayasa.

Kemudian Cak Nun menambahi bahwa informasi dalam media sosial, di media sosial mengajarkan seseorang menjadi pengecut, karena bisa saja seseorang membuat akun palsu supaya tak ada seorang pun yang dapat mengetahui identitasnya. Dengan itu ia bisa bersembunyi dengan tenang. Kemudian hal ini dapat digunakan sebagai kesempatan bagi oknum yang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan informasi-informasi yang dapat memecah-belah kedamaian dan ketentraman  masyarakat diakhir-diakhir ini yang disebut "hoax".

Disamping memberikan banyak informasi penting, dalam televisi juga ada tak kalah banyak  memberikn efek negative bagi masyarakat, seperti yang telah dijelaskan di sebelumnya. Terlebih dalam lingkup Pesantren. Maka tak perlu proteslah bila dalam pesantren tidak menyediakan televisi, karena pengurus dan kyai terlebih dahulu mengetahui apa dampak televisi bila disediakan pada santri.

Selain gosip, sosial drama dan negative news, kebanyakan dalam televisi juga menayangkan gambar-gambar yang melanggar syari'at seperti mengumbar aurat atau adegan-adegan panas yang terbilang jauh dari norma agama. Maka dari itu, televisi sangat tidak cocok diperuntukan kepada para santri. interpretasi yang akan membuat santri jauh dari "akhlaqul karimah".

Melihat kondisi para santri yang masih terbilang rentan, akan sangat berbahaya bagi akhlaq santri kedepannya bila santri disajikan layar kaca dalam kesehariannya. Melihat begitu banyak para remaja yang bobrok diluar sana dikarenakan dari dampak tayangan yang tidak baik dari televisi. Maka, yang namanya pesantren harusnya menghindari perkara-perkara diluar batas syari'at seperti yang ditayangkan dalam beberapa tayangan di televisi.

Akulturasi yang terjadi bangsa kita mayoritas melalui televisi, sehingga secara perlahan kebiasaan-kebiasaan orang barat pun mulai ditiru oleh generasi indonesia. Inilah salah satu motif dari orang kafir untuk menghancurkan umat islam. Maka dari itu sebagai seorang santri dan generasi bangsa haruslah santri lebih berhati-hati dalam menonton dan meniru apa yang ada dihadapan mereka. Jangan sampai terbawa arus era  globalisasi yang semakin gila ini.

Alangkah Lebih baiknya bila santri jangan memikirkan tentang televisi terlebih dahulu, meskipun mereka akan ketinggalan berita-berita aktual, tapi berbahagialah karena mereka bisa terhindar dari informasi-informasi yang "hoax" dan lebih baik mereka(santri) dan kita semua agar lebih fokus pada dua hal yakni :

1. Hobi , Fokuslah pada hobimu karena dengan terus menggali potensi yang kamu tekuni saat ini insyaallah kamu bisa sukses dengan hobi tersebut, selama bukan hal negatif dan tidak mengganggu kegiatan dan kewajibanmu.

2. Belajar, Belajar dan mengajilah dengan tekun, carilah ilmu sebanyak-banyaknya dan rubah masa yang kamu rasa masih suram menjadi masa depan yang terang benderang. Sabarlah dalam mencari ilmu karena mencari ilmu akan selalu dibarengi dengan yang namanya cobaan, maka kamu harus bisa melaluinya.

Terakhir yaitu untuk para santri dan generasi bangsa marilah kita bangun negara indonesia ini menjadi lebih maju. Karena B. J Habibie berkata "Hanya anak bangsa sendirilah yang dapat diandalkan untuk membangun Indonesia, tidak mungkin kita mengharapkan dari bangsa lain"  karena kalau bukan kita yang akan membagun negara ini, lalu siapa lagi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun