Mohon tunggu...
kaekaha
kaekaha Mohon Tunggu... Pemotret

Penikmat tradisi kuliner berkuah kaldu khas Nusantara yang juga suka motret. Ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Belajar dari Elegi Si Pony, Jejak Tragis dan Taumatisnya Orangutan "PSK" dari Kereng Pangi

7 September 2025   19:19 Diperbarui: 7 September 2025   19:19 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Si Pony | Foto kolase tribunnews

Selama sekolah, perilaku lamanya sebagai cerminan aktual pengalaman masa lalu sebagai korban pelacuran, seperti berteriak meminta perhatian saat melihat ada pria (manusia) di sekitarnya juga masih muncul. Tapi, setiap mendapatkan kunjungan dari mami alias germonya semasa tinggal di lokalisasi dulu, respon si Pony sangat menyayat hati. Pony pasti langsung berteriak dan berak atau BAB seketika. Duh kasihan ya!

Setelah "sekolah" 2 tahun atau di tahun 2005, Pony sempat dicoba untuk pra-pelepasliaran di Pulau Bangamat, Kota Palangka Raya, Kalteng untuk mengetahui kesiapannya kembali ke habitat aslinya. Sayang, uji coba ini masih gagal! Beratnya trauma dan  habitusnya yang terlanjur terbentuk menyebabkan Pony kesulitan untuk bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan alami.

Selain minim bergerak dan minim juga berupaya mengeksplorasi serta bersosialisasi dengan lingkungan alaminya, Pony juga masih lebih suka menghabiskan waktu sendirian di tanah, bahkan masih juga lebih memilih menunggu jatah makan buah di feeding platform dari petugas. Karena tidak ada kemajuan, pada Juli 2010 Pony dikembalikan ke pusat rehabilitasi Orangutan di Nyaru Menteng. 

Tiga tahun berselang atau tepatnya pada 29 Juni 2013, Pony kembali diuji coba pra-pelepasliatran lagi, kali ini dipindahkan ke Pulau Kaja di tengah-tengah aliran Sungai Kahayan masih di seputaran Kota Palangkaraya, Ibu Kota Kalimantan Tengah yang juga tercatat sebagai ibu kota propinsi terluas di Indonesia.

Kondisi Pony di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng (2015) | orangutan.or.id
Kondisi Pony di Pusat Rehabilitasi Orangutan Nyaru Menteng (2015) | orangutan.or.id

Di sini, awalnya Pony mulai menunjukkan perilaku selayaknya orangutan liar pada umumnya, jauh lebih cekatan, sudah pandai mencari pakan alaminya sendiri, lebih banyak beraktivitas di atas pohon termasuk untuk membangun sarang yang kuat dan memadai daripada di tanah seperti sebelumnya dan juga mulai terbiasa untuk  menjelajah lebih jauh ke sudut-sudut pulau untuk bersosialisasi lebih intensif dengan orangutan lainnya.

Tapi sayangnya, perkembangan positif si Pony di Pulau Kaja terhenti di bulan ke-3, setelah pemeriksaan rutin tim medis di Bulan September menemukan tanda-tanda malnutrisi kronis pada orangutan remaja berusia 17 tahun itu, seperti berat badan yang turun sampai 16 kg, temuan sejumlah luka di tubuh dan juga rambut Pony yang sangat kering.

Setelah mendapatkan perawatan intensif dari tim medis, meskipun kondisinya terus membaik, tapi karena Pony masih dianggap belum layak untuk dilepas liarkan, akhirnya tim BOSF memutuskan untuk mengembalikan Pony ke Nyaru Menteng, hingga saat ini!

Elegi kisah si Pony yang mendapatkan perlakuan keji dan biadab diluar akal sehat ini bukan sekedar ilusi apalagi fiksi, tapi kejadian nyata yang memberikan pesan sekaligus pelajaran berharga bagi kita, bahwa perlakuan tidak pantas kepada satwa-satwa atau binatang-binatang tidak berdaya yang seharusnya kita lindungi memang benar-benar ada, masih ada dan pastinya memerlukan tindakan hukum yang tegas dan nyata!

Tidak hanya melanggar hukum perlindungan satwa, utamanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 yang diperbarui dengan UU Nomor 32 Tahun 2024 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (UU Konservasi), yang menetapkan sanksi pidana cukup jelas dan gamblang bagi perburuan, penangkapan, dan pemeliharaan satwa liar yang dilindungi secara ilegal saja lo! 

Eksploitasi satwa liar secara ekstrim dan tidak beradab yang memamerkan keserakahan dan kurangnya empati ini juga menunjukkan betapa bejat dan rendahnya moral juga pengetahuan manusia-manusia yang terlibat, terhadap penting dan perlunya kelestarian satwa-satwa yang dilindungi bagi kehidupan, hingga tega menyebabkan penderitaan berkepanjangan terhadap satwa-satwa yang tidak berdaya itu, bahkan kepada Orangutan yang jelas-jelas dilindungi negara! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun