Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Warisan "Adat Badamai" dan Implikasinya pada Kehidupan Sosial Budaya Urang Banjar

29 April 2023   23:23 Diperbarui: 29 April 2023   23:21 1373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermaaf-maafan Sebagai Manifestasi Adat Badamai | @kaekaha

Sampai saat ini, "hukum adat" yang di dalamnya juga melazimkan musyawarah-mufakat tersebut  masih tetap menjadi landasan norma serta perilaku komunal masyarakat Banjar dalam menyelesaikan masalah atau dalam konteks ini bisa saling maaf memaafkan agar tidak ada perasaan dendam antara pihak-pihak yang berselisih.

Menurut Prof. Dr. Ahmadi Hasan, M.H., cendekiawan UIN Antasari, Banjarmasin dalam desertasi doktoral nya menyebut,  adat badamai merupakan upaya penyelesaian sengketa secara damai yang dikerjakan atau dilakukan secara berulang-ulang dan menjadi suatu kebiasaan yang lazim dan melembaga pada masyarakat Banjar.

Layaknya media "musyawarah" pada umumnya, adat badamai juga menjadi media komunikasi yang efektif untuk mempererat silaturahmi dan jalinan kekerabatan antar masyarakat, sehingga bisa memperkuat dan memperketat proses kontrol sosial dalam masyarakat.

Interaksi di Pasar Terapung | @kaekaha
Interaksi di Pasar Terapung | @kaekaha

Menariknya, pada perjalanannya ternyata adat badamai yang terbukti mampu meredam lahirnya berbagai perselisihan dan persengketaan, juga berhasil membentuk tradisi-tradisi kesahajaan yang merefleksikan kehati-hatian, mawas diri dan juga kontrol diri pada masyarakat agar "tidak mudah kebablasan" dalam praktik ber-muammallah  dengan lingkungannya.

Baca Juga :  "Menabung Gula", Tradisi Sehat Finansial Selama Ramadan ala Urang Banjar

Jika anda pernah berkesempatan beranjangsana ke Kota 1000 Sungai , Banjarmasin nan Bungas atau kota-kota lainnya, terlebih lagi yang ke arah kawasan pahuluan atau hulu sungai di enam kabupaten paling Utara Kalimantan Selatan, tradisi-tradisi sahaja yang sebelumnya mungkin tidak akan pernah terpikirkan, bisa kita temukan dangan mudah dalam aktifitas kehidupan sehari-hari.

Jika selesai berinteraksi dengan orang lain, termasuk seperti ngobrol,  makan bareng, olahraga bareng atau apa saja, apalagi selesai  bertransaksi jual beli, selain melakukan akad jual-beli yang tidak kalah uniknya, biasanya mereka juga meminta maaf, meminta ikhlas, meminta Ridha dan meminta halal! Nah lho...

bapanduk-644d3ff908a8b50bc80a1623.jpg
bapanduk-644d3ff908a8b50bc80a1623.jpg

Interaksi di Pasar Terapung | @kaekahaVerbal permintaan maaf Urang Banjar yang sebenarnya tidak dalam posisi salah saja sangat panjang, apalagi jika bersalah!  Hal ini pernah saya tuliskan dalam artikel berjudul "Panjangnya Kalimat Permintaan Maaf Urang Banjar". Ini juga bagian dari kesahajaan mereka, bentuk mawas diri dan kehati-hatian agar interaksi diantara mereka sebelumnya tidak membawa dampak buruk yang membekas dihati. Apalagi sampai menyebabkan perselisihan dan pertengkaran sampai waktu yang lama.

Baca Juga  :  3 Treatment Tradisional "Galuh Banjar" Untuk Kulit Sehat dan Segar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun