Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ayam Masak Bom, Lezatnya Olahan Ayam "Berpenyedap" Arang Membara

24 Mei 2021   13:25 Diperbarui: 24 Mei 2021   13:45 1766
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gema dari hari kemenangan, Idul Fitri 1442 H atau lebaran tahun ini yang masih dalam suasana pandemi covid 19, memang masih belum pulih layaknya lebaran-lebaran pada tahun-tahun sebelumnya. 

Berbagai bentuk kedaruratan dan juga pembatasan aktifitas masyarakat oleh pemerintah sebagai bentuk upayanya mengendalikan sekaligus meminimalisir potensi penyebaran covid 19, terlebih karena terdeteksinya varian baru dari covid-19 yang diklaim banyak pihak mempunayi daya tular lebih cepat, ikut membentuk kebiasaan baru masyarakat dalam "berlebaran", tidak terkecuali masyarakat Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Baca Juga :  Mengenal Alat Musik Dayak Sape' dan Keledi, Instrumen "Sound of Borobudur" dari Kalimantan

Meskipun sebagian masjid dan mushalla sudah mulai banyak yang bisa menyelenggarakan berbagai kearifan lebaran, mulai takbiran, shalat id berjamaah dan lain-lainnya, tapi masih banyak juga di kawasan yang belum "naik kelas" menjadi hijau, aktifitas berlebaran masyarakat.

Bailang | Twitter Bank Indonesia 
Bailang | Twitter Bank Indonesia 

Jika biasanya, berlebaran selalu identik dengan acara badadapatan alias kumpul-kumpul baik dengan keluarga besar, handai taulan, sahabat-karib, teman-teman, kolega dan lain-lainnya, maka sekarang aktifitas yang melibatkan banyak orang tersebut sudah dua kali lebaran terakhir tak begitu tampak lagi.

Baca Juga :  "Bailang" Penyelamat Tradisi Silaturahmi Lebaran di Masa Pandemi

Sekarang, Urang Banjar seperti layaknya umat Islam di belahan dunia lainnya, selain lebih memilih menggunakan media online untuk "berlebaran", juga menerapkan tradisi bailang alias berkunjung dalam sekala kecil, jika memang merasa perlu/wajib berkunjung kepada seseorang yang bisanya dihormati dan atau di tuakan, seperti orangtua/mertua, saudara yang lebih tua dan tuan guru.

Katupat Kandangan Salah Satu Sajian Lebaran Urang Banjar | @kaekaha 
Katupat Kandangan Salah Satu Sajian Lebaran Urang Banjar | @kaekaha 

Tradisi Jamuan Lebaran

Meskipun lebaran tidak semeriah biasanya dan tradisi badadapatan atau kumpul-kumpul akhirnya termodifikasi menjadi tradisi bailang alias saling berkunjung dalam skala kecil dan diprioritaskan hanya kepada yang paling dihormati dan dituakan saja, tidak berarti menghilangkan tradisi bahari alias jadul masyarakat Banjar untuk menjamu setiap tamu yang datang berlebaran.

Hanya saja, karena dalam masa pandemi covid-19 yang serba berbatas, maka dalam dua edisi lebaran kali ini, tradisi menjamu tamu dengan makanan berat, apalagi kuliner tradisional  ini "hanya" dipertahankan oleh keluarga-keluarga tertentu. Biasanya, keluarga paling tua atau dituakan, termasuk tuan guru/ulama.

Baca Juga :  Ketika "Urang Banjar" Berlebaran

Sedangkan unetuk keluarga yang lebih muda, kalaupun memberikan jamuan makan, biasnaya menu yang disajikan bukan lagi menu-menu tradisional legendaris khas Urang Banjar seperti masak habang, bistik ayam,  AyamMasak Bom, Soto Banjar Bapukah, lontong tampusing, Katupat Kandangan dan lain-lainnya, tapi lebih memilih jenis kuliner kekinian yang paling populer, seperti bakso dan segala kuliner turunannya.

Ayam Masak Bom Masih di Wajan | @kaekaha
Ayam Masak Bom Masih di Wajan | @kaekaha

Sedapnya Ayam Masak Bom! 

Tidak sengaja! Begitulah kira-kira diskripsi yang paling tepat untuk menggambarkan pertemuan saya dengan salah satu kuliner legendaris khas Urang Banjar yang mulai jarang ditemukan ini. Namanya, Ayam Masak Bom!

Baca Juga :  Uniknya Silbo Gomero, "Bahasa Siul" Orang Gomera di Kepulauan Canary

Namanya yang unik jelas akan membuat penasaran siapapun yang mendengarnya, tak terkecuali saya! Apalagi kalau sudah merasakan sendiri bagaimana sensasinya menikmati bom-nya ayam yang bercitarasa gurih, agak pedas dan sedikit manis dengan aroma smokie yang unik nan lezat. Hadeeeh bisa membayangkan sedapnya kan?

Sekedar informasi aja, adanya aroma smokie inilah yang berhubungan erat dengan cikal-bakal penamaan masak bom! Penasaran!? 

Bom! Efek Bara Arang yang Dimasukkan ke Masakan | Youtube Santri Pondokan Channel
Bom! Efek Bara Arang yang Dimasukkan ke Masakan | Youtube Santri Pondokan Channel

Kebetulan, pada lebaran hari kedua saya dan keluarga bailang kepada Acil  atau tante-nya istri saya. Beliu adalah satu-satunya tatuha atau orang tua yang dituakan yang masih hidup dari keluarga besar istri saya, karena semua dingsanak atau saudara kandungnya, termasuk mertua saya, semua sudah dipanggil Sang Khaliq.

Seumur-umur badadapatan maupun bailang kerumah beliau saat lebaran,  baru kali ini beliau menjamu kami dengan sajian kuliner tradisional legendaris yang dipasaran juga relatif sulit dicari ini. Biasanya, beliau yang memang jago memasak lebih sering menjamu dengan sajian yang relatif umum seperti Soto Banjar.

Baca Juga :  "Adat Badamai", Tradisi Saling Memaafkan ala Urang Banjar

Akhirnya, dari beliaulah saya mendapatkan langsung resep sekaligus berbagai keunikan menu lebaran spesial nan legendaris khas Urang Banjar dengan citarasa ber-smokie yang unik dan lezat ini.

Menurut beliau, hal yang paling unik dari olahan kuliner Ayam Masak Bom ini, ya ... aroma smokie-nya itu! Aroma smokie itu didapat dari arang membara yang dimasukkan pada olahan masakan. Kalau pernah menikmati atau paling tidak melihat proses pembuatan wedang kopi Joss khas Jogjakarta, ya kurang lebih seperti itulah proses menjadikan arang membara tersebut sebagai penyedap rasa kuliner yang satu ini.


Resep Ayam Masak Bom

Menurut Acil, untuk bumbu memasak ayam bom ini memang ada beberapa dan berbeda-beda masing-masing orang. Biasanya, menurut sidin (beliau;bhs Banjar) sangat tergantung dari latar belakang pembuatnya. 

Baca Juga :  Kisah "Baliman" yang Menghilang, Setelah Kojima Datang!

Bila ada latar belakang suku Jawa, biasanya ada citarasa kari atau kare didalamnya, begitu juga bila ada latar belakang banjar pahuluan atau banjar hulu, biasanya citarasanya agak pekat dengan racikan bumbu yang lebih berani. Begitu juga kalau Urang Banjar-nya berlatar belakang Banjar pesisir beda lagi olahan ayam masak bom-nya. Tapi, semua disatukan dengan bumbu penyedap yang sama yaitu, bara harang.

Meskipun citarasa masak bom ini bisa jadi sedikit berbeda-beda pada masing-masing orang pembuatnya, karena pada dasarnya setiap tangan memang akan memberikan warna berbeda pada citarasa masakan yang diolahnya, tapi karena sama-sama memasukkan "penyedap" yang sama yaitu bara harang alias arang yang membara, maka cita rasa hangit alias smokie dalam masakan tetap menjadi cirikhas utama yang tidak bisa ditinggalkan. 

Baca Juga :  Bagarakan Sahur dalam Kelindan Semangat Egalitarian "Tidak Ingin Masuk Surga Sendirian"

Berikut resep memasak ayam masak bom ala Acil, (karena beliau mengaku tidak suka jahe dan masakannya cenderung gurih-asin dan agak pedas, maka beliau tidak pernah menambahkan jahe dalam setiap masakan beliau, termasuk dalam masakan ayam bom ini yang biasanya ada juga yang suka menambahkan jahe, begitu juga penguat rasa manis baik gula pasir, maupun gula merah, beliau hanya menambahkannya sebatas secukupnya selera saja)

Bahan-bahan : 

  1. 1/2 ekor ayam
  2. 3 potong arang
  3. 1 sdm gula merah
  4. secukupnya garam
  5. kaldu ayam
  6. secukupnya minyak goreng untuk menumis 
  7. secukupnya bawang goreng untuk taburan 
  8. secukupnya air 

Bumbu halus : 

  1. 100 gram kacang tanah goreng 
  2. Secukupnya cabe rawit
  3. 10 butir bawang merah
  4. 6 siung bawang putih
  5. cabe merah kering (bisa juga diganti dengan cabe keriting merah bila tidak ada)
  6. 4 butir kemiri
  7. lengkuas secukupnya

Catatan : Kecuali kacang tanah, elemen bumbu halus ini bisa diganti dengan bumbu masak habang atau bumbu karih/kare sesuai selera.

Baca Juga :  Shalat di Masjid Kayu Tertua di Kota Banjarmasin Ini Bikin Adem Lahir-Batin

Bumbu Ayam :

  1. 2 siung bawang putih
  2. 1 ruas jari kunyit
  3. 1 sdt garam

Langkah Memasak

  1. Potong dan cuci bersih daging ayam sesuai kebutuhan . 
  2. Haluskan bumbu untuk ayam, setelah halus lumurkan sampai merata dan diamkan beberapa saat agar meresap.
  3. Goreng ayam hingga mangkal alias setengah matang, lalu angkat dan tiriskan
  4. Haluskan bumbu halus, lalu tumis bumbu dengan menambahkan secukupnya gula merah, sampai matang dan harum.
  5. Masukkan ayam yang sudah digoreng, tambahkan air secukupnya, garam dan kaldu 
  6. Masak hingga ayam matang dan kuah menyusut, koreksi rasa dan matikan api.
  7. Bakar arang hingga membara, lalu masukkan kedalam wajan yang sudah dimasak tadi dan ketika keluar api langsung tutup rapat rapat (kalau perlu beri pemberat diatasnya) dan diamkan sampai gemuruh dalam wajan atau asapnya tidak keluar lagi dari celah-celah tutup.
  8. Buka tutup dan ambil semua arang dari dalam wajan dan taburkan bawang goreng.
  9. Ayam masak bom siap disajikan dengan nasi hangat plus kerupuk tahu yang gurih, pasti nagih dah!

Semoga Bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Selamat Idul Fitri 1442 H | @kaekaha
Selamat Idul Fitri 1442 H | @kaekaha

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun