Entah kenapa, membaca pengumuman dari koran milik Pak Guru madrasah di sebelah rumah itu, aku justeru dibayang-bayangi terus oleh ketulusan dan kesederhanaan pak Menteri saat beliau mau cipika-cipiki denganku saat itu.  Padahal aku ini siapa?
Akhirnya, setelah kuambil beberapa lembar uang berwarna merah dalam dompet itu untuk keperluan logistikku beberapa hari kedepan, aku bertekad bulat untuk mengembalikan dompet itu kepada Pak Menteri yang menurut berita di koran masih berada di kotaku untuk acara konsolidasi partai dan berbagai agenda lainnya.Â
Setelah melalui proses berliku, bahkan hampir dipolisikan oleh ormas tertentu, justeru dengan kebijaksanaan dan keikhlasan si-Pak Menteri, aku bisa bebas dari semuanya, bahkan bisa bertemu langsung dengan beliau di hotel tempat beliau dan rombongan menginap. Saat itulah aku ceritakan semua kronologinya, termasuk beberapa lembar uang dalam dompet beliau yang akhirnya juga ku ambil untuk mencukupi kebutuhan hidupku.
Baca Juga : Â Kisah Jail Nu'aiman, "Ngeprank" Para Sahabat dan Juga Rasulullah SAW
Luar biasanya, setelah mendengar semua pengakuanku dan memeriksa surat-surat dalam dompet, tanpa menghitung lagi uang yang tersisa didalamnya, beliau langsung mengeluarkannya dan menyerahkan semuanya kepadaku. "Ini, sama yang kamu ambil untuk beli makan, semuanya halal. Ambilah!"Â
Alhamdulillah, sejak saat itu aku dan keluargaku menjadi dekat dengan Pak Menteri dan pastinya juga berhenti mencari rejeki dengan cara tidak halal. Luar biasanya, setelah "kembali" menjadi orang biasa alias bukan tukang copet lagi, Allah SWT justeru selalu melimpahkan rejeki yang cukup kepadaku dan keluargaku.
Semoga Bermanfaat!
Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!