Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Evolusi Celengan, Literasi Menabung Berikut Peran Sosialnya yang Sering Terlupakan

31 Agustus 2020   21:50 Diperbarui: 31 Agustus 2020   21:57 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Celengan Bambu | cendananews.com/Jatmika H Kusmargana

Masyarakat nusantara tentu sangat familiar dengan istilah "celengan", yaitu segala bentuk wadah yang didesain khusus untuk menyimpan/menabung uang (biasanya koin) di rumah, sehingga ada yang menyebutnya sebagai  "bank primitive" atau juga "piggy bank" seperti sebutan orang Eropa untuk celengan yang berkembang sejak sekitar abad ke-15 masehi.

Untuk istilah celengan sendiri, kemungkinan besar memang merujuk pada kata "celeng", kosakata bahasa Jawa yang diserap bahasa Indonesia untuk menyebut babi hutan atau babi yang masih liar. 

Kenapa celengan?

Ada beberapa versi dan kemungkinan untuk menjawabnya!

Pertama, kemungkinan merujuk pada terjemahan istilah "piggy bank" (celengan berbentuk babi) yang populer di Eropa. Uniknya, bentuk celengan babi di Eropa awalnya justeru terinspirasi dari nama bahan untuk membuat gerabah, yaitu sejenis tanah liat berwarna oranye yang dalam bahasa Inggris kuno disebut sebagai pygg yang mempunyai kesamaan penyebutan (fonetik) dengan pig (babi).

Kedua, melihat bentuk kosakatanya, kata celengan berasal dari bahasa Jawa. Sangat wajar istilah ini kemudian menjadi populer ke seluruh nusantara, karena bahasa Jawa merupakan bahasa daerah dengan penutur terbanyak di Indonesia, sehingga kemudian resmi diserap kedalam bahasa Indonesia. 

Ketiga, Selain merujuk pada terjemahan "piggy bank", ada kemungkinan juga istilah celengan merujuk pada pemahaman dan pengetahuan umum masyarakat nusantara yang mengenali babi hutan sebagai pemakan segala alias suka mengisi perutnya dengan apapun yang dijumpainya atau mungkin juga merujuk pada kisah-kisah folklore ataupun mite yang banyak berkembang di berbagai daerah di nusantara, seperti "babi ngepet" atau "celeng daden", yakni ilmu pesugihan yang dipercayai masyarakat sebagi babi jadi-jadian yang bisa mencuri uang tanpa terlihat oleh siapapun.

Menurut kamu mana yang paling identik?  


Tradisi Literasi Celengan 

Menurut bukti-bukti penemuan arkeologis, masyarakat nusantara, khususnya di seputar Ibu Kota Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur telah mengenal celengan dari tanah liat bakar (terakota) sebagai media menabung sejak abad 13-15 Masehi. 

Maknanya, masyarakat nusantara telah tersentuh literasi menabung alias "melek nabung" sekaligus mentradisikannya sejak enam ratusan tahun silam. Bukti hebatnya, jejak celengan masih tetap terlihat sampai hari ini dengan berbagai varian evolusinya. 

Uniknya, meskipun transformasi bentuk, bahan bahkan teknologi celengan sekarang lebih variatif, tetap saja masyarakat menyebutnya celengan! Bukan Ayaman untuk bentuk ayam, gajahan untuk bentuk gajah, blekan untuk celengan dari bekas blek/kaleng biskuit  atau bambuan untuk model celengan yang terbuat dari ruas batang bambu atau mungkin digitalan untuk celengan digital yang bayak dijual secara online.

Sampai saat ini, meskipun pesatnya teknologi komunikasi ikut membantu dunia perbankan melahirkan produk-produk perbankan berbasis digital yang relatif memudahkan, hingga sepertinya juga punya andil meminggirkan "celengan" tradisional, tapi kedekatan budaya, keunikan bentuk, model, warna dan bahan pembuat "celengan" tradisional yang beragam, tetap saja menjadi model literasi paling efektif untuk mengedukasi perlu dan pentingnya menabung sejak dini kepada anak-anak, khususnya dalam lingkup lingkungan keluarga.

Tradisi menabung Urang Banjar yang unik dan inspiratif pada masanya! 

Bagi masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan yang dikenal luas sebagai komunitas pedagang yang ulung, tradisi menabung benar-benar telah ditanamkan sejak dini, juga melalui media celengan. Hal ini tidak terlepas dari "rumus penghasilan" dari pedagang yang memang tidak menentu. 

Jadi, bagi masyarakat Banjar menabung merupakan salah satu bentuk pertahanan diri dari berbagai bentuk ketidak pastian!

Menariknya, menabung di celengan ini merupakan media perantara saja, karena tradisi menabung Urang Banjar tidak menggunakan instrumen uang, tapi emas yang umumnya diprioritaskan sebagai simpanan untuk menunaikan ibadah haji dan umrah.

Sejak anak-anak, kami sudah biasa diberi pemahaman terkait road map tradisi menabung ala Urang Banjar tersebut, termasuk dibiasakan "menganggarkan" sejumlah uang untuk ditabung.  Baik uang hasil pemberian untuk ditabung, maupun menyisihkan segera sebagian jatah uang jajan sebelum digunakan. Biasanya, uang akan kami tabung di celengan. Setelah celengan penuh, biasanya dibongkar dan dibelikan emas, untuk kembali disimpan sebagai bekal untuk menunaikan ibadah haji kelak atau sekarang juga berkembang untuk melanjutkan pendidikan.

Jaman Telah Berubah!

Dalam perjalanannya, tradisi menabung tradisional ala Urang Banjar seperti diatas mulai bergeser secara signifikan sejak pemerintah menunjuk lembaga perbankan (syariah) sebagai penerima setoran pelunasan ONH (Ongkos Naik Haji) atau sekarang dikenal sebagai BPIH (biaya perjalanan ibadah haji), sekaligus mewajibkan calon jamaah haji membuka rekening di berbagai lembaga perbankan yang ditunjuk untuk keperluan pengelolaan biaya berhaji.

Sejak saat itu juga Urang Banjar secara umum mulai mengenal institusi perbankan khususnya bank syariah, berikut edukasi terkait teknis menabung sebagai salah satu produk keuangan berikut mekanisme kebermanfaatnya bagi pembangunan daerah dan nasional.

Sayangnya, edukasi ini masih sangat terbatas pada sebagian masyarakat saja. Belum menyentuh semua lapisan masyarakat.  Akibatnya, masih banyak masyarakat yang under estimate dengan dunia perbankan, apalagi untuk berpikir mekanisme "peran sosial-nya" atau mekanisme kebermanfaatnya bagi pembangunan daerah dan nasional. Masih kejauhan!

Masyarakat perlu mengetahui secara gamblang berbagai kelebihan dan keuntungan menabung di bank, seperti aman, terjamin, berkembang, praktis, dan hemat, termasuk bagaimana manfaat atau "peran sosial"  uang yang ditumpuk di bawah kasur atau di dalam lemari di rumah tersebut jika ditempatkan di institusi perbankan, apalagi disaat ekonomi nasional dalam posisi yang kurang baik akibat pandemi covid-19 seperti saat ini!

Ini serius! Masih banyak pedagang besar di daerah saya yang tidak mau berhubungan dengan bank dan memilih menyimpan uangnya di rumah dengan berbagai alasan yang sebagian kadang-kadang geli juga mendengarnya!

Kenapa Harus Menabung?

Memang harus diakui, banyak sekali media berinvestasi selain menabung yang tidak kalah menguntungkan, tapi karena menabung merupakan salah satu bagian dari tradisi budaya kita yang secara historis mempunyai kedekatan emosional dan bisa dibilang "sacara teknis" paling mudah, sederhana sekaligus juga aman, menabung di institusi perbankan yang "amanah" tetap akan menjadi pilihan investasi yang paling diterima oleh masyarakat, sekaligus bisa menjadi modal besar pemerintah untuk menjaga stabilitas ekonomi nasional yang terus melemah sejak covid-19 mulai menjadi pandemi di Indonesia dan dunia. 

Semua tergantung kepada "seni" pendekatan yang dibangun pemerintah dan juga institusi perbankan kepada masyarakat Indonesia, sekarang atau tidak untuk selamanya!

Semoga bermanfaat!

Salam dari Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun