Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengenang "Jempol Oke" Acil Ida dan Eksotika Pasir Terapung yang Kelak Mendunia

26 Juni 2020   15:11 Diperbarui: 26 Juni 2020   15:14 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Acil Ida dalam ID Station RCTI | rcti.tv

Baca Juga :  Sisi Unik Pasar Terapung Banjarmasin yang Masih Jarang Diketahui Publik                        

Terakhir terlihat di media, saat sidin bersama-sama dengan Walikota Banjarmasin, Ibnu Sina bersama-sama meresmikan pembukaan pasar terapung "buatan" Kuin Alalak, di Dermaga Makam Sultan Suriansyah, Banjarmasin Utara yang digadang-gadang bisa mengobati kerinduan masyarakat kota lama atau ibu kota kesultanan Banjar tersebut kepada eksistensi keramaian pasar terapung, setelah pasar terapung muara sungai kuin pamornya terus meredup, seiring semakin tenarnya beberapa destinasi pasar terapung lain di beberapa titik di Kota 1000 Sungai. 

Hj. Noor Parida bersama Walikota Ibnu Sina dan Istri Saat Peresmian pasar terapung
Hj. Noor Parida bersama Walikota Ibnu Sina dan Istri Saat Peresmian pasar terapung "buatan" Kuin Alalak, di Dermaga Makam Sultan Suriansyah | kanalkalimantan.com

Mengenal Acil Ida

Acil (bibi,tante ; bhs Banjar) Ida atau lengkapnya Hj Noor Parida, bersama-sama suaminya H Bahrul, seorang pengusaha kayu  telah menunaikan haji jauh sebelum sidin dikenal sebagai "bintang" dari iklan ID Station RCTI dengan tema budaya pasar terapung yang juga melambungkan nama sidin pada  akhir dekade 90-an, setelah selama sekitar dua tahun  iklan ID Station tersebut wira-wira sepanjang hari di antara jeda program siaran RCTI. 

Acil Ida turut merasa bangga berkat iklan ID Station yang dibuat saat sidin berusia sekitar 40-an tahun tersebut, nama pasar terapung di Muara Sungai Kuin di tepian Sungai Barito itu akhirnya mendunia, dikenal secara luas oleh masyarakat, bahkan kelak juga dikenal sebagai salah satu icon pariwisata penting bagi banua, Kalimantan Selatan.

Seperti Urang Banjar kebanyakan, Acil Ida juga sangat akrab dengan budaya sungai. Bahkan, Acil Ida tidak sebentar menjadi bagian dari aktifitas pasar terapung di Muara Kuin, yaitu sekitar 13 tahun sidin  setiap pagi buta berangkat menuju pasar terapung untuk berjualan beragam sayuran dengan menggunakan jukung atau kelotok.

whatsapp-image-2020-06-25-at-14-01-41-5ef59b3e097f36721a07d772.jpeg
whatsapp-image-2020-06-25-at-14-01-41-5ef59b3e097f36721a07d772.jpeg
Rumah Mendiang Acil Idah di kawasan Alalak Selatan, Kecamatan Banjarmasin Utara | kanalkalimantan.com

Dari berbagai usaha, termasuk usaha kayu sang suami yang kebetulan lebih dulu berpulang dan juga usahanya berjualan di pasar terapung, sidin bisa menghidupi delapan orang anak-anaknya, meskipun tetap merasakan pedihnya "jatuh bangun" dalam kehidupan, terutama pasca sang suami berpulang menghadap Sang Khaliq pada bulan Juni empat tahun silam.

Di masa tuanya, sebelum berpulang, Acil Ida menikmati masa tuanya bersama anak-anak dan 16 cucu-cucunya di rumah sederhana di kawasan Alalak Selatan, Kecamatan Banjarmasin Utara. Sidin sudah "pensiun" dari aktifitas berjualan di Pasar Terapung Muara Kuin sekitar sepuluh tahun yang lalu, atau sesaat sebelum pamor pasar terapung mulai memudar dan memilih membuka lapak jualan di depan rumahnya dengan berjualan nasi kuning, lontong dan juga wadai (kue tradisional Banjar).

Baca Juga :   Minggu Pagi di Pasar Terapung, Siring Tendean, Banjarmasin

Dalam berbagai kesempatan, sidin juga mengungkapkan keprihatinannya terkait kondisi Pasar Terapung di Muara Sungai Kuin yang hidup segan mati tak mau! Dulu,  begitu ramai dan mendunia. Terlebih, sejak muncul iklan ID Station RCTI, pengunjung datang dari seluruh penjuru nusantara, bahkan manca negara, tapi saat ini meskipun setiap pagi masih ada saja pedagang yang berjualan maupun wisatawan yang berkunjung, tapi euforia-nya tidak eperti dulu.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun