Dalam perkembangannya, Tanah Deli sebutan populer untuk Kota Medan saat itu, tidak bisa lepas dari pengaruh Kesultanan Deli dengan peradaban budaya Melayu Deli-nya yang menjadikannya sebagai pusat pemerintahan sejak tahun 1632.Â
Salah satu kemasyhuran Tanah Deli yang dikenal dunia adalah hasil perkebunan tembakaunya yang konon menjadi salah satu bahan pembuat cerutu terbaik dunia. Sehingga pada jamannya, harum tembakau Deli pernah menjadi komoditas perdagangan penting di Kota Bremen, Jerman yang dikenal sebagai pusat pasar tembakau dunia. Â
Karenanya, tidak heran jika kemudian Kota Medan menyimpan banyak bukti sejarah perjalanan panjang kota yang konon namanya diambil dari kosakata bahasa Tamil, Maidhan atau Maidhanam, yang berarti tanah lapang atau tempat yang luas, yang kemudian teradopsi ke Bahasa Melayu menjadi Medan.Â
Peninggalan-peninggalan bersejarah yang beberapa diantaranya juga berperan sebagai landmark kota inilah daya tarik Kota Medan selanjutnya yang membuat saya jatuh hati dan ingin sekali bisa menikmati staycation sampai puas di Kota Medan.
Beberapa bukti sejarah penting yang kelak juga berperan sebagai landmark Kota Medan yang membuat saya jatuh hati antara lain, Istana Maimun (ada yang menulis dengan Maimoon), salah satu istana terindah dan termegah di Nusantara peninggalan sekaligus saksi bisu kebesaran Kesultanan Melayu Deli di masa lampau, begitu juga dengan Masjid Raya Al Mashun atau Masjid Raya Medan, warisan dari Kesultanan Deli yang mulai dibangun pada masa pemerintahan Sultan Ma'mun Alrasyid Perkasa Alam pada 1906 dan selesai pada 1909.Â
Selanjutnya ada Masjid Raya Al-Osmani atau Masjid Labuhan Deli masjid tertua di Kota Medan dan juga di Sumatera Utara yang dibangun pada 1854 oleh Raja Deli ke-7, yaitu Sultan Osman Perkasa Alam dengan menggunakan bahan kayu pilihan. Pada 1870 hingga 1872, masjid dibangun permanen oleh anak Sultan Osman, yakni Sultan Mahmud Perkasa Alam, Raja Deli ke-8.
Selain Istana dan Masjid peninggalan Kesultanan Melayu Deli, saya juga penasaran dengan ikon Kota Medan peninggalan "konglomerat"  yang juga filantropis Medan kelahiran Guangdong, Negeri Cina, Tjong A Fie yang pada tahun 1911, diangkat sebagai "Kapitan Tionghoa" (Majoor der Chineezen) oleh penjajah Belanda untuk memimpin komunitas Tionghoa di Medan.
Tjong A Fie Mansion, sebutan "istana" megah nan mewah berlantai dua bekas rumah tinggal Tjong A Fie yang terletak di  Jalan Ahmad Yani, Kesawan, Medan ini merupakan bangunan yang didesain dengan gaya arsitektur Tionghoa, Eropa, Melayu dan art-deco. Didirikan sejak tahun 1900, saat ini selain menjadi tempat tinggal cucunya, juga difungsikan sebagai Tjong A Fie Memorial Institute yang dibuka untuk umum mulai 18 Juni 2009 untuk memperingati ulang tahun Tjong A Fie yang ke-150.
Sayangnya, pengelola Tjong A Fie Mansion tidak menyediakan tempat menginap bagi pengunjung yang ingin merasakan kemegahan "istana" yang telah bermur 120 tahun tersebut. Padahal kepingin banget! Tapi nggak usah khawatir! Karena di Medan, sekarang telah beroperasi Cordela Hotel Medan bagian dari jaringan hotel Omega Hotel Management yang akan memanjakan keperluan akomodasi "nginep kita" selama staycation di Kota Medan.