Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Sudah Saatnya Dunia Pertanian Kita Mendapat Sentuhan Entertainment

22 Mei 2019   22:51 Diperbarui: 23 Mei 2019   07:49 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pak Tani Membanak Sawah (antarafoto.com)

Ayem tentrem ing desane pak tani

Urip rukun bebarengan
Mbangun desa sak kancane, pak tani
Nyambut gawe tanpa pamrih

Wayah esuk wis podho nggiring sapine
Rame rame nggarap sawah lan kebonne

Pancen luhur bebudene, pak tani
Keno kanggo patuladhan
Nyambung urip sak anane, pak tani
Jujur tindak lan lakune

Bagi penggemar lagu-lagu Koes Plus, tentu familiar dengan lirik lagu berjudul "Pak Tani" diatas. Lagu dengan aransemen sederhana khas Koes plus dengan lirik bahasa Jawa yang dirilis tahun 1974 ini digubah dan dinyanyikan langsung oleh sang drumer, Kasmuri atau biasa dipanggil Cak Muri.

Lagu yang secara haris besar mengisahkan kearifan profesi seorang petani dengan latar belakang pedesaan di Pulau Jawa tahun 50-70an ini terasa menenangkan dan ngangeni lho, terutama bagi generasi kelahiran 50-70an yang mengalami sendiri masa-masa keemasan band asal Tuban tersebut, termasuk saya anak petani yang juga pernah merasakan akhir era keemasan Koes plus sekaligus era keemasan dunia pertanian termasuk kearifan pak tani di awal tahun 80-an di Pulau Jawa, khususnya di lumbung padinya Jawa Timur di daerah Karesidenan Madiun, seperti yang diabadikan oleh Cak Muri dalam lagunya Pak Tani.

Apa kabar Pak Tani?

Bagi saya secara pribadi, lirik lagu Pak Tani ini mempunyai dua fungsi sekaligus, yaitu sebagai hiburan dan sebagai “monumen” atau bukti bahwa negeri kita benar-benar pernah menjadi negeri agraris yang gemah ripah loh jinawi tata tentrem Kerta lan raharja. 

Bagaimana kabar terkini Pak Tani? Apakah dengan kearifannya mereka masih mbangun desa sakkancane atau nggiring sapinerame-rame nggarap sawah lan kebone? 

Sepertinya ilustrasi Pak Tani "versi" Koes Plus diatas relatif susah untuk ditemui lagi, apalagi di Pulau Jawa. Kenapa? Karena jaman telah berubah mas bro! 

Memang benar, jaman memang telah berubah. Tapi tidak seharusnya dunia pertanian kita ikut berubah mundur, tidak menarik, tidak produktif, tidak efektif, tidak mempunyai daya saing, tidak modern dan yang paling mengerikan adalah tidak ada generasi penerusnya! Wauuuw.

Ayem tentrem salah satu cirikhas kehidupan Pak Tani di desa-desa, sekarang telah banyak tergantikan oleh deru mesin pabrik dan dentuman drop hammer menancapkan paku bumi di sawah-sawah yang telah beralih fungsi menjadi ruang hunian babi manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun