Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

[Wisata Banua] Jembatan Gantung Tandipah, Mengantarku Pulang dari Pasar Terapung Lok Baintan

16 Mei 2016   00:40 Diperbarui: 16 Mei 2016   08:21 455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambaran Desa Tandipah 9 Foto : Koleksi Pribadi)

Khusus untuk  rombongan paunjunan, yang biasa berburu ikan haruan (Channa striata), papuyu (Anabas testudineus), sapat siam (Trichogaster pectoralis) dll dengan cara berkelompok, biasanya mereka mempunyai jadwal kunjungan ke lokasi pemancingan berupa rawa-rawa lebak secara teratur dan bergantian di tiap lokasi atau daerahnya dan biasanya mereka sudah hapal betul dengan siklus musim berburu ikan, maklum aktivitas maunjun (Bhs.Banjar ; memancing) bagi masyarakat Banjar bukan hanya sekedar hobi atau aktifitas menghabiskan waktu saja, tapi bisa menjadi profesi.

ikan haruan (Channa striata) di pasar semua produksi dari alam (Foto : Kolekso pribadi)
ikan haruan (Channa striata) di pasar semua produksi dari alam (Foto : Kolekso pribadi)
Sebagai gambaran, ikan haruan (Channa striata), papuyu (Anabas testudineus), sapat siam (Trichogaster pectoralis) adalah 3 jenis ikan paling diminati masyarakat Banjar, sebagai lauk untuk makan sehari-hari. Kebetulan kuliner andalan masyarakat Banjar seperti nasi kuning dan ketupat Kandangan, bahan utamanya ya ikan haruan (Channa striata) itu. 

Jadi permintaannya dari hari-kehari semakin tinggi seiring semakin populernya kuliner nasi kuninmg dan ketupat Kandangan dan sayangnya untuk budidaya ternak masih belum bisa maksimal. 

Mungkin ada yang sudah tahu harga sekilo ikan haruan atau ikan gabus di Banjarmasin? Sekarang untuk ukuran besar yang sekilo isi satu ekor, harganya sekitar 110.000,- /kg jadi kalau rata-rata sehari dapat 5 kg ikan haruan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, bahkan untuk menyekolahkan anak sampai perguruan tinggi. Ini fakta lho! (Insha Allah, akan saya tulis dalam artikel terpisah).

Di Lokasi ini kawanan burung itu terlihat menyeberang jalan (Foto : Koleksi Pribadi)
Di Lokasi ini kawanan burung itu terlihat menyeberang jalan (Foto : Koleksi Pribadi)
Di perjalanan ini beberapa kali saya bertemu dengan beberapa satwa-satwa, seperti sejenis unggas, tupai, biawak dan entah apa namanya. Khusus untuk jenis unggas, beberapa kali saya melihat jenis yang belum pernah saya lihat sebelumnya, baik yang bertengger di dahan pohon maupun yang berjalan diatas tanah. 

Salah satunya, saya sempat terkaget-kaget, ketika tiba-tiba melihat sejenis burung yang hidup berkelompok sekitar 3-5 ekor, bentuknya seperti ayam mutiara tapi larinya sangat kencang diatas tanah  menyeberang jalan di hadapan saya.

Memasuki kampung Tandipah (Foto : Koleksi Pribadi)
Memasuki kampung Tandipah (Foto : Koleksi Pribadi)
Gambaran Desa Tandipah 9 Foto : Koleksi Pribadi)
Gambaran Desa Tandipah 9 Foto : Koleksi Pribadi)
Setelah berjalan sekitar, 3-4 km saya baru bertemu dengan perkampungan yang sedikit ramai, bangunan rumah lebih bervariasi dan tekstur jalanan kampung ini terlihat berbeda dengan kampung sebelumnya yang bertabur batu koral. 

Di kampung ini, terlihat sisa-sisa jalanan beraspal yang sepertinya sudah sangat lama sekali tidak diperbarui lagi, sehingga terkelupasnya sebagian besar aspal jalanan menyisakan kerikil dan batu split yang tampak di sepanjang jalan. 

Papan penunjuk arah SDN Sungai Tandipah (Foto : Koleksi Pribadi)
Papan penunjuk arah SDN Sungai Tandipah (Foto : Koleksi Pribadi)
Aktifitas masyarakat di luar rumah juga semakin terlihat, warung-warung kelontong juga mulai banyak terlihat menghiasi sepanjang jalan. Bahkan saya juga melihat ada papan penunjuk keberadaan sekolah, walaupun dari jalanan yang saya lalui bangunan fisik sekolah tidak nampak terlihat. 

Betul dugaan saya, ternyata saya memang sudah memasuki desa Tandipah yang menjadi muara dari perjalanan pulang saya menuju Kota Banjarmasin, karena setelah berjalan lagi sekitar 1-2 km  akhirnya saya bertemu dengan titian kayu ulin yang menuju ke Jembatan Gantung Tandipah. 

Setelah melewati titian sepanjang sekitar 50 meter, akhirnya jembatan gantung Tandipah mulai terlihat membentang panjang diatas Sungai Martapura.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun