Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Unik & Menantang! Berkubang dengan Si Jago Renang, Kerbau Rawa Danau Panggang

4 Januari 2016   22:18 Diperbarui: 4 Januari 2016   23:05 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerbau rawa (Bubalus Bubalis) termasuk ternak ruminansia (plasma nutfah) yang perlu dijaga kelestariannya. Berbeda dengan kerbau pada umumnya yang sesekali saja berendam di kubangan air, kerbau rawa justeru menghabiskan hampir seluruh harinya di dalam rawa, Mereka naik ke kandang yang juga berada di tengah rawa-rawa ketika sore menjelang malam dan segera turun ke lagi rawa-rawa untuk mencari akan dan aktifitas lainnya begitu matahari pagi menampakkan sinarnya.

Populasi kerbau rawa terbanyak ada didaerah Paminggir, sekitar 1-2 jam perjalanan dari Kota Amuntai, Ibu Kota Kabupaten Hulu Sungai Utara. Dari Amuntai untuk menuju Paminggir tidak bisa melalui jalan darat, tapi menggunakan transportasi air seperti speedboat atau kelotok (sejenis perahu bermesin tempel)) dari dermaga Danau Panggang, pintu yang menghubungkan wilayah daratan dengan daerah pedalaman yang memang tidak ada sarana transportasi darat. Wooooow menantang bukan?  

Perjalanan dari Dermaga Danau Panggang menuju Paminggir, merupakan perjalanan yang sensasional yang akan memberikan pengalaman tak terlupakan. Kita akan disuguhi oleh pemandangan deretan rumah panggung dengan arsitektur khas banjar berikut aktifitas khas masyarakat setempat. Anak-anak yang pergi ke sekolah, ibu-ibu yang berangkat ke pasar, atau bapak-bapak yang akan berangkat memantau ternak kerbau rawanya, semuanya mengendarai jukung (perahu), satu-satunya alat transportasi masyarakat di daerah ini.

Selain itu di sepanjang perjalanan, kita juga disuguhi pemandangan ekosistem rawa dengan berbagai vegetasi tanaman air seperti eceng gondok dan padihiang, makanan utama kerbau rawa, yang sebagian menutupi permukaan rawa (masyarakat setempat menyebutnya danau). Sekitar satu jam perjalanan, kita akan mulai menemukan kandang-kandang kerbau rawa dengan konsep rumah lanting (apung) terbuka yang terbuat dari susunan kayu gelondongan yang dirangkai menjadi semacam rakit raksasa dan dilengkapi dengan pagar keliling di sekitarnya (kalang). Inilah sebabnya kerbau rawa oleh masayakat setempat juga desebut dengan hadangan kalang.

Semua yang melekat pada identitas kerbau rawa merupakan hal unik yang benar-benar memberikan pemahaman dan pengetahuan baru tentang keberagaman fauna Nusantara. Mulai dari kerbaunya sendiri dengan perilakunya yang lebih suka hidup berkubang (bakunyung ; bhs.banjar) di rawa dalam, cara mereka makan dan mencari makan dengan cara berenang yang bisa mencapai puluhan kilometer, padihiang jenis makanan mereka. 

Selain itu, cara penggembalaan mereka, kandang mereka dan cara menandai kepemilikan kerbau dengan cara menggunting bagian telinga semuanya menawarkan sensasi wisata yang luar biasa.  


Rekomendasi waktu yang paling bagus untuk melihat aktifitas kerbau rawa, termasuk untuk mengambil gambar adalah pada pagi hari waktu kerbau rawa turun ke air, siang waktu makan dan sore hari waktu mereka naik ke kandang.

Sumber gambar : travel.kompas.com 

Potensi pengembangan produksi ternak kerbau rawa sebagai sumber protein hewani dan pariwisata masih sangat terbuka lebar.  Sebagai komoditi ekonomi utama bagi sebagian besar masyarakat Kecamatan Paminggir, kerbau rawa bisa dibilang sebagai komoditi sentral bagi perekonomian setempat. Dengan budget pemeliharaan dan perawatan yang relatif rendah (karena sebagian besar disediakan alam), tapi hebatnya harga kerbau rawa relatif mahal, harga kerbau rawa dewasa bisa mencapai 10 juta per-ekor. Tentu ini peluang bisnis yang menggiurkan. 

Hanya saja, seiring terdegradasinya alam secara global dan daya dukung lingkungan rawa-rawa di daerah Paminggir dan sekitarnya yang mulai menurun, menyebabkan beberapa masalah baru yang berimbas pada kerbau rawa. Banjir yang sekarang sering melanda daerah paminggir bila musim hujan, sering menyebabkan rawa-rawa semakin dalam dan menenggelamkan tanaman-tanaman rawa yang menjadi sumber makanan kerbau rawa. Hal ini menyebabkan terjadinya krisis pakan pada kerbau rawa. Tentu ini sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup kerbau rawa, kalau tidak ada solusinya. Apalagi banjir di daerah Paminggir bisa berlangsung sampai berbulan-bulan, bahkan pernah sampai 5 bulan.

Sumber gambar : thepresidentpostindonesia.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun